Kamis, 03 Mei 2012

Ospek dengan Cadaver

Reza adalah seorang mahasiswa baru suatu universitas swasta di Jawa. Ia diterima di Fakultas Kedokteran, layaknya mahasiswa baru maka ia diwajibkan untuk mengikuti kegiatan ospek. Ia sudah melalui pengarahan untuk kegiatan ospek nanti, dan keesokan harinya akan menjalani hari pertama sebagai MABA yang diospek.

“Duh, gimana nih? Denger-denger kabar waktu ospek nanti kita disuruh ngehadapin mayat ya?” tanya Reza kebingungan dijalan menuju pulang setelah diberi pengarahan mengenai ospek.

“Ah tenang…” jawab Indra teman SMA-nya dan calon teman seangkatannya di FK “ Paling cuman pengarahan doang ko. Kata kakak kelas kita di SMA sih gitu.”

“Iya sih… tapi tetep aja rada takut”

“Lah kamu muka kaya mayat aja ko malah takut mayat sih?”

“……..”

Sesampainya di rumah ia menyiapkan pakaian dan alat-alat yang disuruh oleh panitia. Kebetulan alat yang diminta tidak aneh-aneh, sehingga ia tak perlu bingung kesana kemari mencari alat permintaan panitia.
Tanpa terasa malam sudah tiba, Reza masih tetap cemas dan kebingungan. Ia sangat takut apabila harus berhadapan dengan mayat, terlebih untuk yang pertama kalinya. Waktu sudah menunjukan pukul 1 malam, palpebra-nya masih tetap tidak mau berkompromi untuk menutup. Sesekali ia kembali mengecek persiapan alat yang dibawa untuk besok apakah ada yang kurang atau tidak. Hingga akhirnya tanpa tersadar ia telah tertidur pulas di lantai kamar.

##

Ia terbangun oleh suara ayam tetangga-nya yang berkokok sangat nyaring. Kemudian ia mengecek jam di dinding.

“ASTAGA! Sudah pukul 7!” teriaknya panik.

Panitia ospek menyuruh seluruh MABA untuk berkumpul di halaman kampus pukul 7 pagi. Dan seperti yang sudah diperkirakan Reza pun terlambat untuk datang ke kampus, karena ia harus mengendarai motor yang memerlukan waktu sekitar 15 menit untuk dapat tiba di kampus.

Setibanya di kampus, ia melihat kerumunan mahasiswa yang juga MABA sudah berbaris rapi di halaman kampus. Didepannya berdiri panitia sekaligus senior mereka. Dengan tergopoh-gopoh Reza berlari menuju barisan, dan salah satu panitia melihat ia dari kejauhan. Panitia itu mendatangi Reza.

“Heh kamu! Kenapa kamu terlambat?”

“Ma…maaf ka” Reza gemetaran “saya telat bangun”

“Sadar dek! Kamu itu sudah mahasiswa bukan anak SMA lagi! Kebiasaan masa sekolah jangan dibawa-bawa disini!”

“Iya ka maaf”

Dan senior itu meninggalkan Reza.

Setelah berjam-jam berjemur di halaman kampus, akhirnya mereka dibagi menjadi beberapa kelompok, dan menuju ruangan yang terpisah setiap kelompok. Reza sekelompok dengan mahasiswa baru lainnya yang tak satupun ia kenal.

“Perkenalkan nama saya Fahmi angkatan 2007, saya akan memandu kelompok kalian di kegiatan ospek kali ini. Pertama-tama kita akan berkeliling di lingkungan kampus ini supaya kalian bisa mengenal. Ayo kalian ikuti saya.”

Reza dan teman sekelompoknya bergegas mengikuti Fahmi. Jalan yang mereka lalui cukup jauh, hingga akhirnya mereka tiba di suatu ruangan luas yang cukup gelap. Tampak dinding depan ruangan tersebut tidak terawat sehingga tanaman tumbuh liar di dindingnya. Kaca disekitar ruangan tersebut sangat berdebu, sehingga sinar matahari tak dapat melewati kaca tersebut.

“Baiklah ini adalah ruang anatomi. Disini tempat kita akan melaksanakan kegiatan praktikum anatomi. Coba sekarang kamu yang tadi terlambat datang, masuk ke dalam ruangan disebelah sana. Ambil kertas yang diletakkan didekat bak”

DEG! Reza berkeringat dingin, ia mendadak pucat. Dengan perasaan tegang ia akhirnya memberanikan diri masuk ke dalam ruangan yang ditunjuk oleh Fahmi. Ruangan tersebut tidak begitu luas, di pinggir ruangan tersebut berjejer rapi dirigen berisi cairan. Jendela ruangan tersebut tertutup rapat dan ditutupi oleh sejenis kain. Nafas Reza menjadi sangat sesak, ia tidak terbiasa dengan bau aneh yang ia cium, dan tak lain itu adalah bau formalin. Ia melihat ada bak di pojokkan ruangan tersebut, dan ada kertas yang tertempel menggunakan selotip pada sisi luar bak tersebut.

Perlahan-lahan ia melangkahkan kaki mendekati bak tersebut untuk mengambil kertas, tapi semakin ia mendekati bak semakin pekat pula bau yang ia cium. Reza menahan nafas untuk beberapa saat dan memberanikan diri untuk mengambil kertas yang menempel. Di saat itu pula ia secara tidak sengaja melihat isi dalam bak tersebut yang setengah terbuka terhalang oleh jejeran kayu. Alangkah kagetnya ternyata ia melihat sosok mayat. Terlihat otot mayat tersebut berwarna kecoklatan, matanya terbuka lebar, dan tubuh mayat tersebut tergenangi oleh cairan formalin.

Pikirannya mendadak melayang, nafasnya menjadi tak beraturan, dan perlahan ia melangkah mundur. Disaat itu ia merasakan ada yang memegang pundaknya. Ia kemudian menatap kebelakang, dan ia melihat sosok berambut panjang dengan tatapan yang dalam. Sosok itu semakin keras menepuk pundaknya dan Reza hanya bisa terdiam karena tak tahu apa yang akan ia lakukan.

Sosok tersebut kemudian mendekati wajah Reza dan berbisik

“BANGUUUUUNNNNN WOYYYY!!!! Katanya hari ini mau ospek! Udah jam 6 nih, buruan siap-siap. Nanti telat lagi.”

Dan Reza-pun terbangun dari tidurnya karena dibangunkan oleh ibunya. Ia berangkat menuju kampus untuk mengikuti ospek, dan seperti yang dibilang oleh kakak kelasnya, ospek tersebut hanya berisi pengarahan. Tak ada sesi berkenalan dengan sosok mayat atau yang akrab disapa cadaver.

THE END