Sabtu, 02 Desember 2006

KANKER PROSTAT

Nomor dua tersering setelah karsinoma buli. Gejala bervariasi biasanya muncul setelah usia 50 tahun. Ditemukan pada saat prostatektomi jadi merupakan karsinoma insidentil. Skrining dengan menggunakan pemeriksaan colok dubur, USG dan PSA.
Penyebaran karsinoma prostat ditandai dengan klinis nyeri pada tulang, fraktur patologis atau hematuria (kencing warna merah)
Penatalaksanaan tergantung stadium. Pada low stage (stadium T1 dan T2) dilakukan prostatektomi radikal atau radiasi kadang diberikan juga androgen ablation pre surgical dan pre radiasi. Pada stadium lanjut (T3, T4) dilakukan radiasi ditambah dengan orkiektomi.
Ada yang ingin berbagi soal kanker prostat ?

Rabu, 04 Oktober 2006

Bedah Laparoskopi - Minimal Invasif
Dengan Bedah laparoskopi, lebar sayatan pada dinding perut dapat diminimalkan, sehingga kerusakan otot perut juga dapat dikurangi. Akibatnya penderita dapat menjalani rawat inap yang lebih singkat dan nyeri yang dirasakan juga amat sangat minimal.
Dengan laparoskopi, selain objek organ yang hendak dioperasi kita dapat juga melihat keadaan organ lain lewat beberapa sayatan yang sangat amat kecil (1/2 cm). Amat sangat berguna bagi mereka yang gemuk, kasus TB atau dalam keadaan malnutrisi dimana proses penyembuhan lukanya sulit, anak-anak atau orang dewasa dengan banyak kelainan dalam rongga perutnya yang pada saat operasi perlu di "lihat" juga.
Ada yang punya pengalaman dengan tehnik laparoskopi ?

Sabtu, 12 Agustus 2006

Pemanfaatan Informasi Kesehatan Untuk Pemasaran *)

Oleh: Rano I S

Latar Belakang
Perkembangan komputerisasi informasi kesehatan telah semakin meningkatkan baik sisi penyimpanan maupun menggunaan data kesehatan. Seorang profesional informasi kesehatan harus memahami bagaimana mengelola berbagai jenis permintaan berkaitan dengan informasi kesehatan. Permintaan informasi kesehatan untuk keperluan pemasaran semakin banyak, baik dari dalam maupun dari luar institusi. Ada kebutuhan yang yang signifikan tentang data kesehatan individual untuk kebutuhan pemasaran secara langsung. Contoh penggunaan eksternal tentang hal ini meliputi kebutuhan dari pemasok medis, alat bedah, dan perusahaan farmasi – yang membutuhkan informasi mengenai konsumen potensial. Perusahaan-perusahaan ini berminat untuk membeli daftar nama individual untuk kebutuhan pemasaran mereka. Dalam kaitan ini, data pasien sangat mungkin untuk digunakan sebagai konsumen potensial dalam hal pemberitahuan adanya fasilitas baru (misalnya, pasien penyakit jantung akan dikontak untuk pemberitahuan adanya fasilitas pemeriksaan atau pengobatan baru di unit pelayanan jantung / coronary care unit).

Contoh kebutuhan internal misalnya penggunaan data pasien untuk penawaran pelayanan atau suatu fasilitas. Daftar ini bisa merupakan daftar dari individu terpilih melalui kriteria tertentu yang memenuhi kategori khusus dari dari layanan yang ditawarkan.

Sebagai konsumen, kita juga sering menerima selebaran, brosur, atau leaflet yang berkaitan dengan pemasaran secara massal. Mereka yang tidak ingin hidupnya diganggu dengan model pemasaran massal ini tentu tidak akan mengisi informasi pada lembar yang telah disediakan. Penolakan untuk mengisi dan melengkapi instrumen pengumpulan data seperti kartu garansi, lembar undian, dan lembar pilihan konsumen, akan memutus rantai informasi yang dibutuhkan oleh perusahaan pemasaran tersebut.

Data yang terkandung dalam berkas informasi kesehatan pasien tidak dapat diperlakukan sama dengan informasi yang terkumpul melalui kertu garansi atau lembar undian seperti diatas. Sekali disalahgunakan, informasi kesehatan dapat merusak dan membahayakan profesi pasien dan kehidupan pasien. Seorang profesional pelayanan kesehatan memikul tanggung jawab untuk menjaga kerahasiaan informasi yang terkumpul saat melayani pasien. Pihak rumah sakit, perawat, profesi manajemen informasi kesehatan, dokter, terapis, dan petugas pelayanan kesehatan lainnya akan menanggung resiko tanggung jawab apabila kerahasiaan informasi dari rekam medis pasiennya tidak terjaga sebagaimana mestinya.

Informasi Rahasia vs. Informasi Tidak Rahasia
Saat menghadapi permintaan untuk pelepasan informasi, selalu harus diingat untuk membedakan jenis informasi mana yang bersifat rahasia dan informasi yang tidak rahasia. Informasi rahasia dapat meliputi antara lain data klinis dan alamat pasien saat keluar – apabila berbeda dengan alamat saat masuk / mendaftar. Pelepasan informasi kesehatan yang berkaitan dengan penggunaan alakohol dan penyalahgunaan obat selayaknya mengacu pada aturan pemerintah yang berlaku. Begitu juga pelepasan informasi yang berkaitan dengan kesehatan jiwa dan kondisi sensitif lainnya, harus sangat hati-hati dan memperhatikan batasan hukum yang berlaku.

Informasi yang tidak rahasia adalah hal-hal yang secara umum telah diketahui. Untuk jenis informasi ini tidak dibutuhkan ijin khusus daripasien untuk pelepasannya. Informasi tidak rahasia antara lain :

· Nama pasien
· Verifikasi perawatan atau pelayanan rawat jalan
· Tanggal pelayanan
Penggunaan Sekunder dari Informasi Kesehatan
Berkas rekam medis telah menjadi sumber informasi yang sangat berharga bagi individu dan institusi yang tidak terlibat secara langsung dalam pelayanan kesehatan dan proses pembayaran. Kita harus tetap mengingat prinsip dasar pelepasan informasi kesehatan pada saat mengelola permintaan informasi dari mereka yang tidak terkait langsung dengan pelayanan. Ingatlah bahwa berkas rekam medis (apapun bentuknya) adalah milik rumah sakit / provider pelayanan kesehatan, tapi informasi kesehatan yang terkandung di dalamnya merupakan milik pasien.

Pelepasan informasi kesehatan harus dilakukan dengan sangat hati-hati untuk menjamin hak pasien terhadap privasi dan kerahasiaannya. Berkaitan dengan semakin luas dan semakin meningkatnya penggunaan sekunder dari informasi kesehatan, Sekretaris bidang Kesehatan dan Pelayanan Kemanusiaan (Secretary of Health and Human Services) Donna Shalala mengajukan rekomendasi kepada Konggres AS pada tanggal 11 September 1997, tentang kerahasiaan informasi kesehatan. Beberapa rekomendasi tersebut antara lain :

· Informasi yang berkaitan dengan identitas pasien hanya boleh dibuka dengan ijin dari pasien atau atas perintah pengadilan
· Informasi tentang pasien selayaknya hanya digunakan dalam lingkungan organisasi untuk tujuan yang sesuai dengan tujuan pengumpulan data dan informasi pasien tersebut
· Provider dan penanggung pembayaran tidak diijinkan untuk mengakses catatan kondisi, pengobatan, pembayaran, dan lembar kesepakatan pasien – kecuali bila informasi itu dibutuhkan untuk keperluan pengobatan atau pembayaran.
· Semua pelepasan informasi yang berkaitan dengan identitas pasien harus diupayakan seminimal mungkin dan hanya untuk kebutuhan pelepasan informasi itu saja.
Shalala juga mengajukan rekomendasi kepada Konggres AS berkaitan dengan pembatasan penggunaan informasi kesehatan, antara lain :
· Provider dan penanggung pembayaran diijinkan untuk menggunakan informasi kesehatan hanya untuk kebutuhan yang berkaitan langsung dengan tujuan pengumpulan informasi tersebut, atau untuk tujuan yang memang mereka diberi hak untuk menggunakan infomasi kesehatan tersebut. Misalnya, provider boleh menggunakan informasi kesehatan berkaitan dengan identitas pasien untuk mengirim surat pemberitahuan yang mengingatkan jadwal kontrol. Informasi kesehatan berkaitan dengan identitas pasien ini tidak boleh digunakan untuk pengiriman surat pemberitahuan adanya produk atau jasa servis baru – walaupun mungkin produk atau jasa tersebut bermanfaat bagi si pasien.
· Kenyataan bahwa organisasi (RS) memegang keberadaan informasi tidak lalu menjadikan organisasi tersebut dapat menggunakan informasi itu dengan “seenaknya” baik untuk keperluan didalam maupun diluar organisasi. Organisasi pemegang informasi ini justru harus bisa menentukan dengan tepat dan secara eksplisit – aktifitas mana yang berkaitan langsung dengan kegiatan pelayanan kesehatan mereka – untuk menjamin penggunaan informasi kesehatan yang berkaitan dengan identitas pasien. Penggunaan lainnya hanya dapat dibenarkan setelah ada ijin dari pasien, atau atas permintaan pengadilan.

Rekomendasi Untuk Mengelola Permintaan Pemasaran
· Lakukan peninjauan / review terhadap kebijakan pelepasan informasi yang berlaku. Apakah kebijakan tersebut telah mengatur pula pengelolaan permintaan informasi untuk keperluan pemasaran ?
· Tentukan aturan kepemilikan untuk pelepasan informasi bagi keperluan pemasaran. Pastikan juga siapa yang bertanggung jawab terhadap proses ini.
· Kembangkan kebijakan yang mengatur akses terhadap informasi pasien untuk tujuan pemasaran baik internal maupun eksternal. Salah satu pendekatan untuk mengembangkan kebijakan ini adalah dengan advokasi kepada direksi yang berwenang (institutional review board). Jika institusi / RS Anda belum memiliki institutional review board, Anda dapat bekerja sama dengan komite yang bertanggung jawab untuk hal ini – misalnya manajer informasi kesehatan atau komite rekam medis.
· Lindungi identitas pasien dan provider. Identitas pasien dapat diambil dari berbagai elemen data. Data tunggal maupun kombinasi yang dapat berisi identitas pasien, antara lain : nama, nomor RM, tanggal lahir, jenis kelamin, status marital, pekerjaan, alamat, nomor telepon, termasuk juga karakteristik fisik yang unik.
· Latih dan didik staf terkait tentang issue sekitar penggunaan sekunder dari informasi kesehatan – siagakan mereka agar selalu sadara terhadap tanggung jawabnya berkaitan dengan kegiatan pelepasan informasi kesehatan.
· Bersikaplah proaktif dalam proses pengambilan keputusan berkaitan dengan penggunaan informasi pasien.
· Ikuti perkembangan mengenai hukum dan peraturan yang berkaitan dengan hal ini

Sumber :

Julie J. Welch, RRA, Issue: Release of Information for Marketing Purposes, Journal of AHIMA, Januari 1998
*) Artikel ini pernah dimuat dalam buetin ESSENSI (buletin rekam medis dan manajemen informasi kesehatan) edisi 3

Kamis, 10 Agustus 2006

Elemen Data Inti untuk KIUP *)

Oleh : Rano IS


Deskripsi
Kartu Indeks Utama Pasien (KIUP), baik dalam bentuk kertas maupun dalam format elektronik, selayaknya disusun secara akurat karena merupakan sumber data yang sangat penting dalam sarana pelayanan kesehatan. KIUP berfungsi sebagai alat pelacak data pasien dan sarana komunikasi antar bagian dalam pelayanan kesehatan pasien. KIUP digunakan untuk mengidentifikasi semua pasien yang pernah mendapat pelayanan dan merupakan catatan nomor rekam medis mereka berkaitan dengan nama pasien sebagai kuncinya. Indeks nama ini dapat dikelola secara manual atau sebagai bagian dari sistem komputer. Masa retensi KIUP bergantung kepada penggunaannya. Umumnya, untuk fasilitas pelayanan kesehatan (misalnya rumah sakit) KIUP disimpan secara permanen (diabadikan). Untuk pihak asuransi atau badan lainnya, bisa jadi memiliki kebijakan masa retensi KIUP yang berbeda.

Elemen Data
Elemen data yang terkandung dalam KIUP akan membantu untuk : selayaknya memenuhi hal-hal berikut ini :

  • Mencocokkan pasien yang sedang didaftar dengan data pribadi mereka.
  • Memperkecil terjadinya berkas ganda, baik dalam suatu fasilitas pelayanan maupun antar fasilitas pelayanan kesehatan.
  • Menunjang penggabungan seluruh KIUP yang ada untuk membentuk satu KIUP global.
  • Menunjang akses terhadap berkas pelayanan kesehatan jangka panjang

Semua hal ini akan dapat mempercepat akses informasi pasien, yang pada akhirnya merupakan keuntungan bagi pihak pasien maupun rumah sakit (provider kesehatan).
Untuk mencapai tujuan ini, AHIMA telah merekomendasikan elemen data inti yang harus terkandung dalam KIUP, seperti dalam tabel 1 berikut ini :

Elemen Data Inti yang Harus Terkandung Dalam KIUP

* Tipe data sesuai dengan deskripsi dari Health Level 7 Versi 2.3 (HL7, 1996) dan E1238.94 (ASTM, 1994)

Identifikasi pasien internal

  • Identitas primer yang dibutuhkan oleh rumah sakit untuk mengidentifikasi pasien saat mendaftar (misalnya, nomor rekam medis)

Nama pasien

  • Nama lengkap dan sah dari pasien, termasuk inisial, sebutan akhir (misalnya, Junior, IV), dan juga awalan (misalnya, Pastor, Dokter)

Tanggal lahir

  • Tanggal lahir pasien. Meliputi tanggal, bulan dan tahun. Tahun kelahiran sebaiknya dicatat lengkap (4 digit), bukan hanya 2 angka tertakhirnya saja.

Catatan tanggal lahir (qualifier)

  • Catatan penegasan yang menyatakan bahwa tanggal lahir pasien merupakan tanggal sebenarnya, atau hanya perkiraan (estimasi). Catatan ini akan menjelaskan bagian mana yang pasti diketahui dan mana yang hanya kira-kira (misalnya berbunyi “aktual”, “estimasi”)

Jenis kelamin (gender)

  • Jenis kelamin pasien (misalnya laki-laki, perempuan, tidak diketahui atau tidak dapat diidentifikasikan)

Suku bangsa (ras / etnik)

  • Suku bangsa pasien (atau jenis ras). Di Amerika, ras dicatat untuk keperluan statistik.

Alamat

  • Catatan alamat atau lokasi tempat tinggal pasien. Pencatatan alamat ini harus lengkap, meliputi nama jalan, nomor (rumah / apartemen), kota, propinsi, kode pos, negara, dan juga jenis tempat tinggal (misalnya tempat tinggal tetap / permanen atau hanya alamat surat)

Alias / nama lain

  • Nama lain yang dimiliki dan dikenal sebagai sebutan dari pasien tersebut selain nama aslinya.

Nomor identitas penduduk

  • Nomor identifikasi personal yang diterbitkan oleh pemerintah (misalnya KTP di Indonesia atau SSN di Amerika)

Kode identitas fasilitas pelayanan kesehatan

  • Nomor identitas dari fasilitas pelayanan ksehatan yangdituju oleh pasien. The Health Care Financing Administration (HCFA) telah mengembangkan sistem kode penomoran yang berlaku universal untuk setiap jenis fasilitas pelayanan kesehatan. Hal yang sama juga telah dikembangkan oleh the American Hospital Association (AHA). Sistem kode penomoran dari AHA dikembangkan secara terpusat, diperbarui secara periodik, mencakup sektor swasta dan pemerintah.

Kode nomor keuangan (Account number)

  • Kode nomor yang digunakan oleh bagian keuangan atau akunting untuk mencatat semua pembiayaan dan pembayaran

Tanggal kunjungan (masuk)

  • Tanggal kunjungan pasien. Setiap kunjungan dicatat secara lengkap tanggal, bulan dan tahunnya.

Tanggal pulang (discharge)

  • Tanggal kepulangan atau kematian pasien. Setiap tanggal dicatat secara lengkap dengan bulan dan tahunnya.

Jenis kunjungan

  • Kategori dari jenis kunjungan, misalnya IGD, URI, URJ, Home care, layanan elektronik (e-mail, Internet, telemedicine), dan sebagainya

Disposisi pasien

  • Disposisi saat pasien pulang / keluar dari perawatan. Misalnya pulang ke rumah, dikirim ke RS khusus, pulang dengan pemantauan kunjungan rumah, pulang paksa, meninggal, dikirim ke RS lain, atau disposisi lainnya sesuai jenis dari KIUPnya.

Elemen Data Tambahan (Opsional)

Elemen data berikut ini merupakan data tambahan dan bersifat opsional. Pencatatan satu atau beberapa elemen data ini dapat diharapkan membantu pelayanan gawat darurat, menunjang keakuratan identifikasi pasien selama proses registrasi, dan menunjang pencarian informasi pada masa mendatang. Bagaimanapun, tetap harus diperhatikan bahwa elemen data klinis bersifat sensitif dan rahasia. Oleh karena itu, akses terhadap jenis data ini hendaklah tetap terbatas hanya kepada mereka yang berhak untuk tahu saja.

Status Marital

  • Catatan status perkawinan, misalnya belum menikah, menikah, hidup berpisah, janda, duda, atau tidak terdefinisikan

Nomor telepon

  • Nomor telepon pasien yang dapat dihubungi pada saat dibutuhkan. Dalam hal ini bisa nomor telepon rumah, kantor, teman, tetangga, atau saudara.

Nama keluarga dari ibu

  • Catatan nama keluarga, nama kecil, atau nama akhir dari ibu pasien.

Tempat lahir

  • Kota, propinsi, dan negara tempat pasien dilahirkan

Konsultan langsung (advance directive) dan Pengganti pengambil keputusan (surrogate decision making)

  • Advance directive adalah catatan tentang seseorang yang dapat segera dihubungi karena mengetahui / memahami keadaan dan riwayat kesehatan pasien tersebut. Advance directive akan dibutuhkan saat pasien tidak dapat berkomunikasi atau tidak mampu menjelaskan keadaannya kepada petugas medis. Surrogate decision making adalah catatan tentang seseorang yang dapat menggantikan pasien untuk mengambil keputusan medis. Hal ini merupakan cara alternatif untuk mengambil keputusan medis terhadap pasien. Langkah ini ditempuh apabila tidak ada advance directive pada saat pasien tersebut tidak mampu untuk memberikan keputusan medis.

Status sebagai donor organ tubuh

  • Catatan yang menyatakan apakah pasien tersebut telah bersedia untuk mendonorkan organ tubuhnya apabila meninggal.

Kontak kegawatdaruratan

  • Catatan tentang nama, alamat, telepon, dan hubungan terhadap pasien yang merupakan alternatif pertama untuk dihubungi berkaitan dengan keadaan kesehatan pasien.

Alergi / reaksi

  • Catatan mengenai riwayat alergi yang pernah dialami pasien berkaitan dengan riwayat medisnya. Informasi ini selayaknya berdasarkan kepastian dari pasien atau orang yang bertanggung jawab untuk memberikan informasi ini. Catatan ini juga meliputi bentuk / manifestasi dari reaksi alergi tersebut.

Daftar masalah

  • Catatan tentang daftar masalah kesehatan dari pasien tersebut atau diagnosanya.

Sumber :
Issue: Master Patient (Person) Index (MPI)-Recommended Core Data Elements. Journal Of Ahima -- Practice Briefs, July 1997

*) Artikel ini pernah dimuat di buletin ESSENSI (buletin Rekam Medis dan Manajemen Informasi Kesehatan) edisi 5

Hak Pasien Terhadap Informasi Kesehatan Mereka *)

Oleh : Rano I S

Apa saja hak pasien terhadap berkas rekam medis mereka berkaitan dengan informasi kesehatan yang terkandung didalamnya ?. The Medical Records Institute merumuskan hak-hak pasien tersebut seperti berikut ini :

1. Hak privasi – pasien memiliki hak untuk menjaga kerahasiaan informasi kesehatan mereka. Informasi yang terkandung dalam berkas rekam medis harus dijaga kerahasiaan dan keamanannya. Penggunaan rekam medis berbasis komputer / elektronik selayaknya harus lebih terjaga kerahasiaan dan keamanannya dibandingkan dengan rekam medis berbasis kertas.

2. Hak untuk mengakses / melihat informasi kesehatan pribadi Meskipun perdebatan tentang kepemilikan rekam medis masih sering diperdebatkan, namun secara umum telah mulai disepakati bahwa pihak provider (rumah sakit, klinik, dll) berhak atas kepemilikan rekam medis secara fisik. Fisik atau media rekam medis ini dapat berupa lembaran berkas atau media penyimpanan di komputer. Isi / kandungan informasi dari rekam medis dimiliki secara bersama oleh pihak provider dan pasien. Beberapa provider mungkin belum siap untuk mengijinkan pasiennya melihat / mengakses berkas rekam medisnya atau melayani permintaan fotokopi untuk itu. Namun secara umum, pihak provider akan melayani kebutuhan hak pasien ini. Jadi, pasien berhak melihat, mengakses, atau meminta fotokopi / salinan dari berkas rekam medis mereka. Tentu saja hal ini akan berkaitan dengan konsekuensi adanya biaya penggantian fotokopi dan pengelolaannya. Hak untuk memasukkan / menambahkan catatan dalam rekam medis Pelaksanaan hak ini tentu melalui prosedur dan alur yang telah ditentukan oleh pihak provider, misalnya melalui unit atau komite yang bersangkutan. Pasien memiliki hak untuk menambahkan catatan atau menambahkan penjelasan kedalam berkas rekam medis mereka.

3. Hak untuk tidak mencantumkan identitas (anonim) Hak ini berlaku apabila pasien tersebut membayar sendiri biaya pelayanan kesehatannya (tidak melalui penjaminan atau asuransi). Dalam hal ini pasien berhak untuk menutup / menjaga informasi dirinya selama pelayanan kesehatan (termasuk juga rencana kesehatannya). Beberapa informasi hanya boleh dibuka untuk kepada dokter atau pihak tertentu saja dengan pernyataan tertulis dan spesifik dari pasien yang bersangkutan.

4. Hak untuk mendapatkan riwayat kehidupan medis yang baru Beberapa pasien akan merasa terperangkap dalam diagnosis medis tertentu atau catatan tertentu dalam rekam medis mereka, misalnya saja pasien kesehatan mental. Pasien memiliki hak untuk memulai kehidupan medis yang baru dengan mulai membuat rekam medis yang baru.

Sumber : Patient Rights Regarding Your Health Information. Medical Records Institute’s web site.

*) Artikel ini pernah dimuat di Buletin ESSENSI (buletin Rekam Medis dan Manajemen Informasi Kesehatan) edisi 5

Rabu, 02 Agustus 2006

Pengelolaan Rekam Medis Multimedia *)

Panduan bagi Manajer Informasi Kesehatan
oleh: Rano I Sudra

Latar Belakang

Informasi kesehatan telah banyak mengalami perkembangan dalam beberapa tahun terakhir ini. Hampir keseluruhan konsep tentang apa informasi kesehatan telah kembali di definisikan. Berkaitan dengan itu, peran seorang manajer informasi kesehatan harus terus pula dikembangkan untuk mendukung tugas dan tuntutan baru ini. Kemampuan mengelola rekam medis multimedia merupakan perkembangan alamiah dari profesi informasi kesehatan. Beberapa issue yang berkembang disekitar pengelolaan rekam medis saat ini antara lain :

  • Apa yang dimaksud dengan Manajemen Informasi Kesehatan (MIK) / Health Information Management (HIM) ?
  • Bagaimana kita mengelola data multimedia ?
  • Bagaimana kita mengatasi peralihan ini ?

Manajemen Informasi Kesehatan

Manajemen rekam medis telah berkembang menjadi manajemen informasi kesehatan dengan dukungan perkembangan teknologi. Rekam medis bukan lagi sekedar membuat ringkasan pasien keluar, laporan perkembangan, lembar perintah dokter, atau resume. Laporan langsung dari laboratorium dan farmasi, x-ray, fotografi, video, film, dan rekaman suara / audio juga merupakan bagian dari data klinis seorang pasien. Semua informasi yang dihasilkan tentang seorang pasien dalam fasilitas kesehatan – harus digolongkan sebagai bagian dari rekam medis.
Manajemen informasi kesehatan tidak hanya mengumpulkan data pasien di fasilitas tersebut (misalnya RS), tetapi juga melindungi dan menjaga kerahasiaannya, melakukan interpretasi, dan menganalisanya untuk membuat keputusan. Jadi, memadukan berbagai jenis data untuk membentuk rekam medis yang utuh merupakan tantangan baru. Penggunaan rekam medis atau informasi kesehatan bervariasi mulai dari pelayanan kesehatan pasien dasar hingga akreditasi RS, dari tren peningkatan kualitas sampai riset medis dan pendidikan. Semua ini – dan pemanfaatan lain dari informasi kesehatan – membutuhkan ketersediaan informasi yang lengkap dan terkini. Kenyataan bahwa data kesehatan saat ini dibuat dan dihasilkan dalam berbagai tipe media menjadikan tantangan bagi profesi informasi kesehatan.

Format Data Multimedia

Bentuk sediaan kertas masih tetap merupakan bentuk yang paling umum dari rekam medis. Namun, saat ini telah berkembang bentuk dan format lain yang mendampingi rekam medis bentuk kertas. Sudah banyak fasilitas pelayanan yang memiliki sistem laboratorium dan farmasi elektronik yangmemungkinkan untuk melihat dan memantau informasi pasien secara online. Bersamaan dengan itu, timbul kebutuhan untuk menyimpan versi cetak dari data pasien kedalam berkas rekam medisnya.
Selain kertas, bahan lain yang sering ditemukan dalam berkas RM adalah monitoring strip. Strip ini biasanya diarsip dalam lembar grafik, ditempelkan di kertas, atau disimpan dalam kantong folder. Bisa juga sebagian strip digabungkan dalam rekam medis sebagai sample, sedangkan sisa keseluruhannya disimpan secara terpisah. Hasil foto juga sering digabungkan dalam berkas RM. Bagaimanapun juga, masih ada bentuk data lainnya yang harus dikelola untuk membentuk rekam medis yang lebih lengkap dan komprehensif.
Rekaman video, suara / audio, x-ray, dan bentuk media lainnya harus dianggap dan diperlakukan sebagai bagian dari rekam medis pasien. Hal ini ternyata juga menimbulkan kesulitan karena umumnya bentuk-bentuk media ini tidak dapat diarsipkan begitu saja kedalam rekam medis kertas. Seorang manajer informasi kesehatan harus menyadari adanya tantangan ini dan berupaya menemukan cara yang tepat untuk bisa memadukan semua bentuk informasi kesehatan pasien – sehingga tercipta rekam medis pasien yang kompleks dan lengkap.

Berikut ini adalah beberapa langkah untuk memadukan semua informasi kesehatan pasien :

  • Pelajari bentuk komposisi rekam medis yang saat ini digunakan
  • Tentukan apakah semua informasi kesehatan pasien telah dikumpulkan dan apakah telah dikelola secara terpadu
  • Lakukan evaluasi, apakah masih ada data pasien yang belum dipadukan dalam rekam medis yang bersangkutan
  • Pelajari bagaimana penggunaan dan pelepasan informasi - yang umumnya belum dipadukan dalam rekam medis ini. Apakah prosedurnya telah menjamin aspek kerahasiaannya ?
  • Pelajari media penyimpanan yang dibutuhkan untuk model informasi yang saat ini masih belum terpadu dalam rekam medis
  • Adakan pertemuan dan diskusi dengan staf yang terkait dengan pengelolaan informasi kesehatan yang belum terpadu dalam rekam medis tadi
  • Tawarkan dan diskusikan model koordinasi untuk memadukan bagian-bagian informasi kesehatan tersebut agar terbentuk satu kesatuan rekam medis multimedia yang lengkap

Memadukan Format Data Multimedia

Memadukan berbagai format data multimedia dapat dilakukan melalui beberapa cara. Sistem rekam medis berbasis komputer (Computer-based patient record / CPR) dapat didayagunakan dan menghasilkan rekam medis multimedia. Sistem CPR ini mampu menangkap dan menyimpan data dalam berbagai format yang berbeda. Jika semua format media seorang pasien telah disimpan dan dikelola dengan menggunakan satu identitas / nomor RM yang bersangkutan (unit numbering system), maka akan terbentuk satu rekam medis yang komprehensif.
Karena sebagian besar RS belum memiliki dan mendayagunakan sistem CPR, maka seorang profesional informasi kesehatan harus paham benar saat memadukan berbagai format data multimedia dengan data dasar pasien. Bentuk microfilm dan microfiche adalah contoh dari rekam medis yang sudah banyak dikenal oleh seorang profesional informasi kesehatan. Namun, rekaman video, audio, film, foto, dan x-ray sering kali belum dianggap sebagai bagian dari rekam medis. Semua ini merupakan tanggung jawab profesi informasi kesehatan untuk menginformasikan dan mendidik unit lain tentang betapa pentingnya bagian dari data ini dalam manajemen informasi kesehatan.

Melalui Masa Transisi

Disamping pertimbangan untuk mengimplementasikan sistem CPR, langkah esensial lainnya adalah membentuk tim yang terdiri dari multidisiplin sektor untuk menyusun dan mengembangkan issue yang berkaitan dengan rekam medis multimedia. Seorang profesional informasi kesehatan harus dapat berperan sebagai organisator tim dan mengarahkan visi tim. Salah satu tujuan utama tim ini adalah untuk mengembangkan rencana terpadu. Rencana ini hendaknya mencakup daftar data pasien yang membutuhkan keterpaduan untuk membangun rekam medis yang lengkap. Rencana ini juga hendaknya mengidentifikasi kebijakan dan prosedur dalam membangun dan mengelola rekam medis multimedia. Tim ini juga dapat membantu proses identifikasi issue dan solusi sekitar pengelolaan rekam medis multimedia ini.
Penerimaan lingkungan dan ketersediaan tempat penyimpanan merupakan dua issue yang harus dihadapi oleh profesi informasi kesehatan. Unit atau departemen lain mungkin tidak sependapat bahwa produk mereka, misalnya x-ray, merupakan bagian dari rekam medis. Pertemuan dengan staf departemen / unit tersebut dan berdiskusi mengenai keuntungan memadusatukan data pasien tersebut – bisa mendorong mereka dan ikut membentuk pola pikir yang searah.
Bekerja sama secara multidisiplin sektor lain ini akan membantu membuka pintu kearah penerimaan untuk memadusatukan format multimedia guna membentuk rekam medis yang lengkap.
Issue tentang tempat penyimpanan dapat menjadi masalah saat berbagai format multimedia harus disimpan di unit rekam medis (URM). Kebanyakan URM biasanya telah memiliki prediksi kebutuhan tempat penyimpanan ini. Dengan masuknya tambahan bermacam format multimedia kedalam berkas atau unit dapat menyebabkan tempat yang telah direncanakan untuk mengelola rekam medis menjadi tidak cukup lagi. Pengorganisasian ulang tempat dan media penyimpanan mungkin perlu dibahas dan menjadi bagian dari rencana tim. Tim ini mungkin bisa mengembangkan ide untuk mengatasi keterbatasan tempat dimasa mendatang.

Sumber :
Jennifer E. Carpenter, RRA, Issue: Managing Multimedia Medical Records: A Health Information Manager's Role, Jurnal of AHIMA - HIM practice associate, Februari 1998.

*) artikel ini pernah dimuat dalam Buletin ESSENSI (buletin rekam medis & manajemen informasi kesehatan, edisi 3)

Minggu, 30 Juli 2006

Program Transfer S-1 Manajemen Informasi Kesehatan (MIK) Akhir Pekan di UMS

Fakultas Ilmu Kedokteran Univ Muhammadiyah Surakarta - Program studi Kesehatan Masyarakat membuka program transfer S-1 MIK.

Program ini untuk menampung minat alumni D3 Kesehatan (APIKES, AKPER, AKBID, AKZI, AKLI, dll) dan D3 non Kesehatan (D3 manajemen, D3 komputer, dll).

Program dengan jadwal 4 semester ini direncanakan untuk kuliah Akhir Pekan (Jumat-Sabtu).
Pendaftaran sampai akhir Agustus 2006.

Kurikulum lengkap akan segera dipublish di RanoCenter's Blog ini.

Kamis, 18 Mei 2006

The Beginning of A Journey (Jambi part One)



Setelah hampir sebulan tidak menulis di sini, akhirnya ada kesempatan juga. Ceritanya kami sedang mampir sebentar ke Jakarta, setelah mengikuti pelatihan satu minggu di Balai Pelatihan Kesehatan (Bapelkes) prop. Jambi, untuk dokter dan dokter gigi PTT angkatan 41 dan 35, yang memilih propinsi Jambi untuk lokasi PTT-nya. FYI, PTT atau pegawai tidak tetap adalah program pemerintah (dalam hal ini dilaksanak oleh Depkes) untuk semua dokter dan dokter gigi Indonesia yang ingin mendapatkan surat ijin praktik (SIP), sejak tahun 1991. Sebelumnya namanya Inpres atau WKS (wajib kerja sarjana). Bisa dikatakan inilah masa bakti wajib bagi dokter/dokter gigi. Dan pelaksanaannya bisa ditunda, misalnya ketika seorang dokter/gigi ingin mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) langsung setelah jadi dokter. FYI lagi, lebih dari 30 persen teman seangkatanku di FKUI sudah menjadi peserta PPDS. Aku masih harus banyak menabung untuk bisa melanjutkan spesialisasi Ada yang mau jadi sponsor biaya untukku? Hehehe

Singkatnya, sepuluh hari setelah melaksanakan pernikahan, aku dan istri segera meluncur ke Kota Jambi untuk menjalankan tugas sebagai dokter/dokter gigi PTT Pusat. Selama seminggu, 32 orang dokter/dokter gigi mengikuti pelatihan pra PTT yang diadakan oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Propinsi Jambi, untuk kemudian disebar ke sepuluh kabupaten/kota di propinsi Jambi, mulai dari Kota Jambi, Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Bungo, Tanjung Jabung Barat, Tanjung Jabung Timur, Sarolangun, Batanghari, Kerinci, Merangin, dan Tebo. Silakan lihat peta untuk detil lengkapnya. Aku sendiri dan istri memilih dan ditempatkan di Kabupaten Muaro Jambi bersama tujuh orang dokter lainnya, dari berbagai almamater seperti UNISSULA Semarang, UNAIR Surabaya, UNAND Padang, UNSRI Palembang, UMY Yogyakarta, USAKTI Jakarta, dan YARSI Jakarta. Sebelum melaksanakan tugas di Puskesmas yang harus ditempuh menggunakan kendaraan offroad 4 WD (kebayang kan gimana akses menuju lokasi Puskesmas-nya? Hehehe), kami pulang sebentar ke Jakarta mengambil beberapa barang yang tertinggal.

Okeh, sekian untuk saat ini. Siap-siap untuk menjalankan tugas di Puskesmas yang relatif sepi pengunjung (karena memang terletak di daerah terpencil di Kabupaten Muaro Jambi), selama enam bulan ini tidak ada dokter/dokter giginya (penduduk sekitar berobat ke mantri/perawat yang menjabat sebagai kepala Puskesmas, dan kebetulan istrinya pun seorang bidan), mempersiapkan segala program preventif dan promotif (Puskesmas dibentuk bukan untuk kuratif/pengobatan semata, tetapi lebih pada aspek pencegahan penyakit dan penyuluhan hidup sehat), berpetualang menjelajah daerah-daerah yang terletak agak ke pedalaman dengan dikelilingi hutan kelapa sawit, memancing di pinggiran sungai Batanghari, mengemudi ambulans Puskesmas Keliling (Pusling) melewati jalan rusak dengan lobang mencapai 30 cm, dan tenang hidup berumah tangga alias cuci-masak-membersihkan rumah sendiri sebagai pasangan suami istri yang baru belajar. Hehehe.

Belum kebayang kapan bisa online lagi dan kirim tulisan ke MP. Mohon doanya

dr Arifianto
drg Ratna Sari

Kamis, 27 April 2006

Setiap tumor (benjolan abnormal) harus di operasi. Operasi dilakukan dengan mengangkat seluruh tumor atau sebagian tumor untuk kemudian diperiksa ke lab patologi anatomi untuk mengetahui jelas jenis tumor yang ada. Apakah jinak atau ganas.
Jika setelah operasi hasilnya jinak, terapi selesai. Jika hasilnya ganas, tergantung stadiumnya. Pengobatan dapat operabel atau non operabel. Non operabel dilakukan dengan pemberian obat sitostatika, radioterapi.
Jadi semua tumor, tindakannya adalah operasi untuk menentukan jenis tumor.
Ada cuplikan email (pasti ada gunanya buat dibaca-baca).
From: Eddie yonk To: lakshminawasasi@centrin.net.id
Sent: Wednesday, April 26, 2006 9:52 AM
Subject: tanya tentang benjolan di paha kanan
Salam, Saya lagi browsing internet utk mencari informasi tentang benjolan, kebetulan masuk ke blognya dokter, tapi karena harus daftar blog dulu, jadi agak susah, makanya saya ke email Anda saja ya :) ( semoga masih aktif emailnya )
Gini loh, di paha kanan saya ( 10 cm-an dari kelamin ) ada sebuah benjolan, dulu sih kecil tapi belakangan kok makin besar, sudah sekitar 8 tahunan, saya biarin aza, karena tidak begitu mengganggu kesehatan saya, kecuali belakangan ini kalo pagi hari sering sakit perut. Umur saya 32 tahun , laki-laki dan suka fitnes 3 kali seminggu, tidak berat dalam takaran sedang sajaaktivitas fisiknya.
Yang ingin saya tanyakan :
01. Apakah benjolan di paha kanan saya yg sebesar telur puyuh itu hernia ato tumor ?
lakshmi : Jawaban yang tepat setelah saya lihat sendiri Pak Eddie benjolannya, lokasi tepatnya dimana .
Jika dulunya benjolan bisa keluar masuk (kalau berdiri benjolan keluar, waktu berbaring benjolan menghilang/masuk)
bisa jadi itu adalah hernia.
Tapi jika dari dulunya ga pernah keluar masuk, benjolan tersebut adalah tumor.
Setiap tumor dimanapun, harus di operasi (eksisi/insisi biopsi) untuk menentukan jenis tumor itu sendiri.
Penanganan selanjutnya tergantung dari jenis tumor yang ditemukan
02. kalo operasi , berapa biayanya ?
lakshmi : Kalau soal biaya, lebih baik Pak Eddie tanya ke RS yang bersangkutan. Biasanya beda-beda antara RS swasta dan pemerintah.
03. Yang dioperasi itu di paha ato di perut sih dokter ?
lakshmi : Selintas melihat ceritanya Pak Eddie, besar kemungkinan operasinya hanya di paha tidak sampai ke perut
04. Operasinya butuh berapa lama ? Bahaya kayak ya ?Takut terjadi komplikasi setelah operasi.
lakshmi : kalau memang benar tumor yang harus di eksisi/insisi biopsi atau benjolan
itu hernia operasi tidak sampai 1 jam.
Setiap operasi apapun selalu mempunyai komplikasi ... dokter akan menjelaskan komplikasi sebelum menjalankan operasi.
Jika benjolan tersebut memang sudah indikasi untuk operasi, justru sangat berbahaya jika tidak dilakukan operasi.

Thanks.
RgdsEddiePontianak

Jumat, 14 April 2006

SEPUTAR CERITA TENTANG PAYUDARA


Beberapa kelainan pada payudara yang WAJIB diperiksakan lebih lanjut ke Dokter
1. Benjolan pada payudara
Berupa benjolan nodul, asimetris atau simetris, abses /peradangan yang dengan antibiotik tidak menyembuh serta benjolan berupa kista
2. Nyeri pada Payudara
3. Keluarnya cairan tidak normal / abnormal pada puting payudara
4. Retraksi atau distorsi puting (puting masuk kedalam), eksim pada puting.
5. Perubahan warna dan kontur kulit payudara
ABSES / NANAH PADA PAYUDARA
Merupakan komplikasi akibat peradangan payudara / mastitis yang sering timbul pada minggu ke dua post partum (setelah melahirkan), karena adanya pembengkakan payudara akibat tidak menyusui dan lecet pada puting susu.

Pada lokasi payudara yang terkena akan tampak membengkak, kemerahan, nyeri dan teraba masa yang fluktuatif / ‘empuk’
Kadang-kadang keluar cairan nanah melalui puting susu.
Bakteri terbanyak penyebab nanah pada payudara adalah stafilokokus aureus dan spesies streptokokus.

Terapi : Evakuasi abses dengan cara dilakukan operasi (insisi abses) dalam anestesi umum.
Setelah diinsisi, diberikan drain untuk mengalirkan sisa abses yang ‘mungkin’ masih tertinggal dalam payudara.
Abses / nanah kemudian diperiksa untuk kultur resistensi dan pemeriksaan PA.
Jika abses diperkirakan masih banyak tertinggal dalam payudara, selain dipasang drain juga dilakukan bebat payudara dengan elastic bandage.
Setelah 24 jam tindakan, pasien kontrol kembali untuk mengganti kassa.
Pasien diberikan obat antibiotika dan obat penghilang rasa sakit.

TUMOR PAYUDARA
adalah benjolan abnormal yang terdapat pada payudara. Tumor terbagi atas tumor jinak dan tumor ganas. Tumor ganas payudara disebut sebagai kanker payudara

Untuk mendeteksi DINI adanya kanker payudara maka :
Teratur melakukan SADARI (perikSA payudaRA sendiRI) setiap bulan sekali.
Dilakukan beberapa hari setelah menstruasi selesai. Disaat payudara tidak dalam keadaan membengkak dan tegang seperti pada waktu mens.
Jangan panik jika menemukan benjolan pada payudara. Segera periksa lebih lanjut ke dokter.
Delapan dari 10 kasus benjolan pada tumor adalah tumor jinak.
Usia lebih dari 40 tahun ditambah dengan secara teratur melakukan mamografi

Tehnik SADARI
Langkah PERTAMA
Berdiri didepan cermin, dada dibusungkan dan tangan diletakkan di pinggang.
Perhatikan UKURAN, BENTUK dan WARNA payudara, serta puting.
Wajib memeriksakan ke dokter, jika ada kulit payudara pada satu tempat ‘masuk’ kedalam, berkerut, kemerahan , terdapat luka yang sulit menyembuh atau membengkak. Puting susu retraksi/masuk kedalam atau letak abnormal.

Langkah KEDUA
Kemudian angkat tangan, perhatikan payudara seperti pada langkah pertama diatas.
Kemudian tekan / pencet puting susu. Jika ada cairan abnormal yang keluar, maka segeralah periksakan diri ke dokter.


Langkah KETIGA

Berbaring dengan tangan (pada sisi yang sama dengan payudara yang akan diperiksa) , diletakkan dibawah kepala. Tangan kiri dipakai untuk memeriksa payudara kanan begitu sebaliknya.
Raba seluruh payudara (seperti pada gambar) mulai dari atas kebawah, sisi kiri ke sisi dalam, dari lekukan ketiak sampai kearah payudara. Bisa juga mulai dari puting, dengan arah melingkar terus sampai ke sisi luar lingkaran payudara.
Pastikan seluruh payudara terdeteksi, raba dengan kekuatan yang ringan, halus tapi mencapai seluruh kedalaman payudara (bisa merasakan tulang iga dibelakang payudara)

Langkah KEEMPAT

Langkah terakhir, lakukan dengan berdiri atau duduk. Lakukan perabaan seperti pada langkah ke tiga.
Beberapa wanita sering melakukan pada waktu mandi, karena lebih mudah melakukan perabaan payudara dalam keadaan kulit payudara basah.
Secara berkala memeriksakan diri ke dokter, terutama jika mempunyai FAKTOR RESIKO terkena kanker payudara.

FAKTOR RESIKO KANKER PAYUDARA, hubungannya dengan

1. Usia Penderita ( lebih dari 30 tahun )
2. Usia melahirkan anak pertama
3. Tidak / belum menikah
4. Tidak memiliki anak
5. Riwayat menyusui
6. Riwayat menstruasi (mencakup usia menstruasi pertama kali, keteraturan siklus menstruasi, dan menopause usia berapa)
7. Riwayat pemakaian obat hormonal
8. Riwayat keluarga sehubungan dengan kanker payudara atau kanker lain
9. Riwayat pernah operasi tumor payudara atau tumor kandungan
10. Riwayat pernah mendapat pengobatan radiasi di dinding dada

Pemeriksaan Histopatologik atau PATOLOGI ANATOMI (PA)
Adalah pemeriksaan gold standard untuk menentukan jenis tumor payudara. Setiap tumor pada payudara harus di ambil / BIOPSI dengan jalan operasi, kemudian diperiksakan ke bagian PA.

Setelah melakukan operasi / eksisi-insisi biopsy Tumor Payudara
1.Elastic Bandage dipakai sampai 24 jam setelah operasi, bisa dibuka atas rekomendasi dari dokter yang mengoperasi.
2.Obat-obatan oral/yang diminum harus dihabiskan dan luka di rawat terbuka
3.Hasil lembaran PA (pemeriksaan jaringan tumor) HARUS DISIMPAN, jangan sampai hilang (kalau perlu di foto kopi), untuk arsip. Sangat berguna untuk tindakan pengobatan selanjutnya.

Jika hasilnya TUMOR JINAK maka :
Setiap bulan sekali melakukan SADARI
Setiap enam bulan sekali kontrol kembali pada dokter yang melakukan operasi

Jika hasilnya TUMOR GANAS maka :
Ikuti petunjuk dokter, tindakan terapi selanjutnya yang sesuai dengan stadium tumor yang bersangkutan.
Apakah harus di operasi (mastektomi simple atau mastektomo radikal) dan kemudian dilanjutkan dengan pengobatan sitostatika dan radiasi ATAU tanpa dioperasi tapi dengan pengobatan hormonal dan sitostatika (mengingat stadium kanker yang sudah berat).

Ada yang ingin berbagi soal Tumor Payudara ?

Perlukah Suplementasi AA/DHA dalam Susu Formula? (Iklan Produk Kesehatan yang Menyesatkan part 2)



Mohon maaf kalau tulisan ini jadinya seperti artikel semi ilmiah. Hanya berusaha menyumbangkan sedikit informasi yang saya punya sebelum meninggalkan Jakarta menuju lokasi tanpa koneksi internet sama sekali (listrik dan telepon saja belum tahu ada/tidaknya).

Maraknya iklan susu formula di mana-mana: TV, majalah, koran mendorongku menelusuri lebih lanjut, perlukah suplementasi AA/DHA dalam susu formula. Tujuan tulisan ini adalah menekankan tidak ada yang mampu menggantikan ASI dalam enam bulan pertama kehidupan bayi.

Susu formula dibuat dengan berusaha meniru semirip mungkin kandungan yang ada dalam ASI, untuk memenuhi segala kebutuhan nutrisi bayi: karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air. Sebagian besar formula ini diambil dari susu sapi, yang dinilai kandungannya hampir menyerupai air susu manusia, dan mampu memenuhi kebutuhan gizi bayi. Sebagian kecil adalah susu kedelai.

Ada satu kandungan dalam ASI yang tidak terdapat dalam susu formula kebanyakan, yaitu AA/DHA. Berbagai penelitian menunjukkan bayi yang mendapatkan ASI sampai usia satu tahun memiliki perkembangan otak lebih baik dibandingkan bayi yang tidak mendapatkan ASI. Kandungan yang menentukan ini adalah asam arakidonat (arachidonic acid/AA) dan asam dokosaheksaenoat (docosahexaenoic acid/DHA), suatu asam lemak tak jenuh ganda rantai panjang (long chain polyunsaturated fatty acids/PUFA), yang merupakan batu bata utama pembangun jaringan saraf di retina (saraf mata) dan otak. Mengetahui hal ini, para peneliti biokimia berlomba-lomba memasukkan AA dan DHA dalam kandungan susu formula, dan melihat dampaknya apakah menyerupai keuntungan bayi yang mendapatkan ASI.

Sebuah tulisan dalam jurnal Nutrition Noteworthy tahun 2002 yang berjudul: “Finding the Magic Formula: Should Polyunsaturated Fatty Acids be Used to Supplement Infant Formula” yang ditulis Mailan Cao menjelaskan tiga hal utama yang menjadi indikator utama outcome (keluaran) suplementasi AA/DHA ini, mengingat tidak semua hal yang terbukti di laboratorium (in vitro) atau hewan percobaan, lantas sama efeknya ketika diterapkan pada manusia.

  1. Suplementasi AA/DHA dan kadarnya dalam asam lemak plasma (darah)

Setelah dibuktikan aman untuk dikonsumsi tubuh manusia, peneliti ingin membutikan apakah suplementasi AA/DHA dapat diserap tubuh sama halnya kandungan dalam ASI, melihat bukti kadar AA/DHA dalam tubuh bayi yang mendapatkan susu formula tanpa suplementasi AA/DHA lebih rendah dibandingkan dengan yang mendapatkan ASI.

Ternyata terbukti, suplementasi AA/DHA meningkatkan kadarnya dalam plasma darah, membran sel darah merah (eritrosit), dan jaringan korteks otak, dalam jumlah menyerupai yang mendapatkan ASI. ARTINYA: suplementasi AA/DHA mampu diserap tubuh dengan baik. NAMUN ini sama sekali tidak menunjukkan dampaknya dalam perkembangan saraf otak dan ketajaman penglihatan.

  1. Suplementasi AA/DHA dan Pengaruhnya dalam (Fungsi) Ketajaman Penglihatan

Sebuah penelitian ‘meta-analisis’ menunjukkan adanya peningkatan fungsi penglihatan pada bayi yang mendapatkan susu formula dengan suplementasi AA/DHA dibandingkan yang mendapatkan susu formula biasa, dengan melihat indikator perilaku dan elektrofisiologi mata pada bayi berumur 2 dan 4 bulan. Beberapa penelitian terdahulu tidak menunjukkan adanya perbedaan.

  1. Suplementasi AA/DHA dan Perkembangan Kecerdasan/Perilaku

Inilah KUNCI dari impian semua peneliti mengenai suplementasi AA/DHA: mampukah menyamai dampaknya dalam meningkatkan kecerdasan bayi, layaknya bayi yang mendapatkan ASI? Ternyata dari berbagai penelitian: belum terbukti. Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupannya, dan diteruskan sampai usia 1 tahun, memiliki kecerdasan lebih daripada yang mendapatkan susu formula dengan AA/DHA sekalipun.

Beberapa kendala juga menghadang model penelitian ini. Antara lain jenis uji yang digunakan untuk mengukur tingkat kecerdasan adalah: Bayley Mental Development Index (MDI) dan the Psychomotor Developmental Index (PDI). Berbagai penelitian menunjukkan hasil berbeda-beda, ada yang menggambarkan hasil signifikan pemberian suplementasi AA/DHA, dan sebagian lain tidak ada bedanya. Belum lagi pengaruh sosioekonomi responden yang mempengaruhi uji statistik. Kadar AA, DHA, dan asam lemak lain semacam ALA dan LA juga bervariasi antar penelitian. Sampai perbedaan genetik dan lingkungan di berbagai belahan dunia tempat penelitian dilakukan (Amerika Utara, Australia, dan Eropa). Juga terkadang jumlah sampel terlalu sedikit, umur bayi yang terlalu dini untuk dilakukan pengujian, dan jangka waktu penelitian yang seharusnya cukup panjang, sehingga dapat dilihat dampaknya hingga usia remaja dan dewasa.

Pada akhirnya penelitian mengenai dampak suplementasi AA/DHA masih terus dikembangkan, dan belum berakhir.

Bagaimana dengan pemasarannya di negara kita? Berbagai iklan dan informasi yang tidak jarang datang dari dokter spesialis anak sendiri seolah-olah mengklaim perannya signifikan dalam meningkatkan kecerdasan bayi.

Di AS, Food and Drug Administration (FDA) atau serupa Badan POM-nya Indonesia, memberikan ijin kepada dua perusahaan: Abbott Laboratories dan Mead Johnson Nutritionals untuk mengedarkan susu formula dengan suplementasi AA/DHA kepada khalayak sejak awal 2002. Harganya 15-20% persen lebih mahal dibandingkan dengan susu formula tanpa suplementasi, dan ini pun memberikan keuntungan kepada dua perusahaan tersebut untuk membiayai penelitian mengenai AA/DHA.

American Council on Science and Health memiliki pandangan ”the current data has not consistently shown that supplementation of formulas with DHA and AA has a lasting beneficial effect on infant development” juga hal lain seperti keamanan menambahkan asam lemak dalam susu formula belum teruji.

Pada akhirnya keputusan berpulang pada tangan si konsumen. Apakah akan memberikan susu formula dengan suplementasi AA/DHA atau tidak. Yang penting adalah memberikan ASI Eksklusif selagi mampu. Sejak masa kehamilan, persiapkan diri sebaik mungkin dengan pengetahuan menyusui bayi secara optimal. Menjelang persalinan, jika Anda berencana melahirkan di Rumah Bersalin atau Rumah Sakit, bukan di rumah, mintalah kamar rawat gabung. Anda bisa bersama bayi Anda sejak lahir hingga saatnya pulang, tanpa dipisahkan sedikit pun dari sisi sang ibu. Satu hal yang sangat sulit dilakukan di kota besar seperti Jakarta. Begitu bayi lahir, segera dekatkan ke payudara ibu, untuk early latch-on—menyusui dini—dengan teknik yang telah Anda ketahui baik. Sehingga dipastikan kemampuan Ibu untuk menyusui bayinya penuh sangat baik. Maka tidak ada alasan lagi: “ASI saya tidak keluar”, dan harus memberikan susu formula pada bayi.

Dukungan dari keluarga juga sangat penting. Tidak sedikit alasan ibu memberikan susu formula pada bayinya yang mendapatkan ASI dengan baik adalah: khawatir ASI tidak cukup. Pembahasan ASI sangat panjang, tidak dalam bahasan ini.

Kecerdasan bayi tidak hanya monopoli ASI dengan AA/DHA-nya saja. Tapi juga stimulasi eksternal, dari lingkungan, melalui rangsangan yang diberikan Papa-Mamanya, dengan percakapan verbal, pengenalan media visual, dan perhatian penuh orangtua terhadap perkembangan kecerdasan anak. Apalah artinya anak dengan asupan AA/DHA baik, tapi tidak pernah dirangsang kemampuan verbal dan visual oleh orangtuanya. Bisa jadi akan lebih buruk dibandingkan dengan anak yang tidak pernah mendapatkan ASI atau susu formula, tetapi ibunya mampu memberikan perhatian penuh terhadap stimulasi kecerdasan buah hatinya.

cisauk, 7 hari menjelang hari-H

Ratna Sari dan Arifianto: Sebuah Undangan Pernikahan


Penyatuan dua hamba Allah dalam bahtera pernikahan

drg. Ratna Sari (Ratna)

putri kedua Kel. Kolonel Cpl (Purn) H. Didi Sadikin, SIP

dr. Arifianto (Apin)

putra pertama Kel. Ir. H. Riyanto Marosin

Akad nikah

Jum'at, 21 April 2006 pukul 8.00 WIB

Masjid Agung At-Tin, Taman Mini Indonesia Indah (TMII)

Resepsi pernikahan

Jum'at, 21 April 2006 pukul 19.00 - 21.00 WIB

Gedung Pewayangan Kautaman, Taman Mini Indonesia Indah (TMII)

Mohon Doa Keberkahannya, agar dimudahkan dan dilancarkan hingga hari-H nanti, dan sesudahnya. Aamiin.

Terima kasih

Silakan melihat peta lokasi dan mengisi buku tamu di http://ratna-apin.uni.cc dan melihat yang lainnya di Multiply

Kamis, 13 April 2006

PARONYCHIA
Sering disebut juga cantengan ...
Ada cuplikan obrolan email soal cantengan ....

From: Alida Susanti To: Lakshmi Nawasasi
Sent: Tuesday, April 11, 2006 11:24 AM
Subject: dear dokter bedah, plz advicenya...thnx

(dok, koq blognya ga bisa post comment ya? jd japri aja ya dok)
bgini...pas lg cuti lahiran, saking sibuknya ga perhatiin nih ama jempol kaki hehehe kata org2 sih cantengan...slama ini ga pernah dok cantengan...biasanya kuku rajin saya potong,mungkin terakhir kali potong kuku jempolnya ga teratur ya jdnya ada kuku yg ga rata di potong trus pas numbuh makin lama makin keluar jalurnya alias nusuk ke daging, akhirnya jd bengkak dan bernanah.kesenggol dikit aaw sakiit bgt...saya termasuk org yg paling ga bisa nahan sakit yg 'hebat'...takut/ngeri deh.apalagi pas lahiran di induksi ga mules2 pas tambah dosis jd mules ruaaarrr biasa...ga nahan deh tersiksanya...trauma bgt dok,waduh jd ngelantur.gini,balik lg ke cerita saya ttg 'cantengan'...deket rmh saya ada dokter umum, krn ga bs ninggalin rmh lama2 jd akhirnya ke dokter di komplek aja...blio biasa nangani mshl sunat2an jg...pdhl tempat prakteknya biasa aja loh dok dan krg nyaman...koq bisa ya dok bedah-membedah dgn ruangan praktek yg tdk pas lah utk membedah anak di sunat.naah...akhirnya pas konsultasi,jempol saya hrs di bedah sedikit lah dikeluarin kuku yg keluar jalur dan udah nancep ke dagingnya.kunjungan ke 2 barulah saya bersedia utk di korek2 hehehee...bius sedikit katanya...trus tanpa assisten loh hebat ya dok...dikeluarin deh tuh kuku yg nyempil dan udah menusuk daging yg paling ujung itu loh,sambil berdarah2,emang sih rada meragukan ke-steril-an ruangan prakteknya wlpn msh layak....tp utk membedah? koq gmn gitu...maksudnya peralatan sterilnya itu looh...yaah saya ga ada pilihan lg en bingung hrs ke dokter mana.trus...dibungkus deh jempol kaki saya, kata blio 'dijamin deh ga bakalan cantengan lagi..'woooww makasih ya dok...pulangnya dpt resep AB dan bbrapa obat penghilang rasa sakit.naah,bbrapa bln kemudian...koq jempol saya cantengan lagi ya (tp saya ga menyalahkan dokternya looh)...memang saya aja yg motong kukunya ga rapi jd tuh kuku numbuh keluar lg dr jalurnya ato saya tll rajin memotong kuku ampe ujung2nya yg nyempil itu looh...sampe skr sih hanya saya tetesin dgn ASI memang takjub saya,cantengan ttp msh ada tp mengurangi rasa sakit dan mengurangi bengkaknya, jd tdk separah waktu pertama kali,pdhl klo disenggol sakit jg...tiap hr saya tetesin ASI jd minimal saya msh bisa beraktifitas tp tdk bs memakai sepatu yg ada 'hak'nya,klopun pake ga lama2...yg mau saya tanyakan :

1.jika saya nanti ke dokter lagi trus dibedah kcl,apakah saya hrs mengkonsumsi AB?
lakshmi : saya menjawab sesuai pengalaman di lapangan aja ya :) Untuk kasus ini (paronychia = cantengan) biasanya saya berikan AB yang topikal / salep di lukanya. AB minum ... bisa dikasih bisa tidak tergantung cantengannya. Kalo cantengannya banyak nanahnya atau cantengannya dengan disertai ada granuloma yang dieksisi ... harus saya kasih AB.
Amoksisilin aja cukup (BUSUI atau BUMIL kan ga papa minum amoksisilin)
2. klo stlh bedah kcl itu, wajarlah klo memang di resepkan AB tp koq kunjungan kontrol ke 2 di resepkan lagi,apa perlu diminum dok?
lakshmi : Bedah kecil cantengan maksudnya ?
Ya itu tadi tergantung cantengannya ... kalo nanahnya buanyaaak ya perlu AB minum. Tapi kalo ga ada nanahnya tanpa AB minum, cuma dikasih AB salep aja ...
3.sejauh mana ya pengaruhnya meminum AB sampe 2minggu,jika saya masih menyusui?
lakshmi : Ada AB tertentu yang memang di rekomendasikan untuk diminum oleh bumil dan busui (jika memang diperlukan). Untuk operasi kecil, saya jarang memberikan AB (apalagi sampai 2 minggu) kecuali kalau lukanya kotor.
4.tiap periksa ke blio sll disuntik pantat saya, klo ditanya menurut blio 'ga apa2 koq'...soale galakan blio dok.kira2 suntik apa ya dok? perngaruh ke ASI saya ga dok?
lakshmi : Coba ditanyakan obat suntiknya obat apa ? mungkin cuma vitamin aja ? pake di skin test segala ga ?
5. kira2 saya hrs ke dokter apa ya ,krn cantengan saya timbul lagi,kpn sembuhnya ya dok klo cantengan mll?ada solusi ga dok?
lakshmi : Kalau cantengan timbul lagi yaa harus ke dokter bedah lagi di operasi lagi ...
Kalau kambuhan begitu pasti ada granuloma atau kulit samping kuku yang meninggi ... jadi seharusnya waktu di operasi kemarin, bagian kulit yang meninggi itu harus sekalian di reparasi / di plasty sehingga ga terjadi kekambuhan lagi.

Ada lagi produk dari gehwohl (biasanya dijual di apotik century), katanya ada cairan untuk melunakkan kuku sehingga ga akan terjadi cantengan lagi ... tapi untuk produk ini saya belum yakin apakah betul atau ga ... tapi iklannya sih bilangnya begitu .. :)
Mungkin bisa dicoba Mbak Alida, kalau berhasil melunakkan kuku sehingga ga menjadi cantengan lagi, boleh deh diinformasikan ke saya biar untuk referensi pasien yang lain :).

Ada yang ingin berbagi soal "cantengan" ??

Minggu, 02 April 2006

Iklan Produk Kesehatan yang Menyesatkan (1)

Aduuhh... maafkan daku yang sering sekali menggunakan kata "membodohi", "menyesatkan", etc. dalam judul berkenaan dengan medicine-related-topics. Habisnya sukar mencari pilihan kata lain. Seorang teman sejawat sampai memberi masukan bahwa orang yang "memvonis" orang lain "bodoh", maka dia sendiri "bodoh". Well, motivasi lain adalah supaya eye-catching saja. Jujur! Hehehe

Pernah seorang pasien datang kepadaku dan menyatakan bahwa ia sudah sangat mengurangi konsumsi gulanya. Apa pasalnya? Ia khawatir akan mengalami hal serupa iklan sebuah pemanis buatan bebas gula (maaf, sengaja tidak menyebutkan merek dan menulis link website-nya) yang marak mengisi jeda acara televisi akhir-akhir ini: kehilangan penglihatan alias kebutaan, sampai kehilangan nyawa orang yang kita cintai, gara-gara mengkonsumsi gula!

Oh my God! Sedemikian hebatkah efek iklan tersebut, sampai orang yang menyaksikannya pun ketakutan dalam mengkonsumsi gula?!

Inilah yang membuatku cukup kesal. Karena informasi yang disampaikan si pembuat iklan itu tidak utuh. Atau memang sengaja dibuat tidak utuh?

Iklan tersebut ditujukan khususnya bagi penderita Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis saja. Bukan untuk semua orang sehat yang boleh saja mengkonsumsi gula sesukanya. Perlu Anda ketahui, orang yang mengalami DM perlu mendapat pembatasan gula, dalam hal ini sukrosa, yang dapat meningkatkan kadar gula darah. Diabetes mellitus adalah penyakit rusaknya sel-sel beta pankreas yang menghasilkan insulin, berakibat pada kadar gula darah tubuh tidak terkontrol. Secara umum, kerusakan sel pankreas ini dibagi dua: (1) bawaan sejak lahir atau DM tipe 1, sehingga kadar insulin tubuh senantiasa di bawah nilai normal, maka si penderita membutuhkan suntikan insulin seumur hidup; (2) diperoleh saat dewasa atau DM tipe 2, akibat kerusakan "relatif" sel beta pankreas pada orang dengan faktor risiko.
Insulin berfungsi mengatur kadar gula darah. Jumlahnya yang kurang menyebabkan kadar gula darah melambung tinggi. Yang dikhawatirkan dari DM adalah komplikasinya di seluruh bagian tubuh, mulai dari mata (kerusakan retina, kebutaan), jantung (aterosklerosis, penyempitan pembuluh darah jantung), ginjal (gagal ginjal kronik sehingga harus ditransplantasi), saraf (neuropati, kesemutan, nyeri hebat, rasa baal), infeksi (luka sukar sembuh, sampai jaringan mati yang harus diamputasi), dan masih banyak lagi.

Maka untuk mencegah komplikasi yang ditimbulkan dari DM, seorang penderita harus mampu menjaga kadar gula darahnya dalam ambang normal, dengan cara minum obat atau mendapatkan suntikan insulin, menjaga pola makan sesuai diet yang dianjurkan ahli gizi, dan aktivitas seimbang, termasuk olahraga yang sangat penting, serta gaya hidup sehat lainnya.

Naahh... bagaimana dengan orang yang tidak menderita DM, atau tidak mempunyai faktor risiko DM: bolehkah mengkonsumsi gula sebebasnya? Apakah konsumsi gula berlebih berisiko menimbulkan penyakit DM? Apakah orang tanpa faktor risiko harus mengganti gulanya dengan pemanis rendah kalori atau bebas gula (sukrosa), seperti saran iklan tersebut?

Tentu saja tidak! Konsumsi gula berlebih pada orang tanpa faktor risiko tidak berisiko menimbulkan DM di kemudian hari. Pola makan tinggi gula disebutkan dalam situs produsen pengiklan ini sebagai salah satu faktor risiko DM. Padahal sepanjang pengatahuan yang kudapatkan sejak di bangku kuliah, sampai memeriksa ulang informasi terbaru di internet: konsumsi gula bukanlah faktor risiko DM!

Menurut Konsensus Pengelolaan Diabetes Melitus tipe 2 di Indonesia tahun 2002 yang dikeluarkan Perhimpunan Endrokinologi Indonesia (PERKENI), disebutkan faktor risiko DM adalah:
1. Usia > 45 tahun
2. Berat badan lebih: > 110 % BB idaman, atau IMT > 23 kg/m2
3. Hipertensi (>= 140/90 mmHg)
4. Riwayat DM pada garis keturunan
5. Riwayat abortus/keguguran berulang, melahirkan bayi cacat, atau BB lahir bayi > 4000 gram
6. Kolesterol HDL <= 35 mg/dl dan/atau trigliserida >= 250 mg/dl


Anda tidak mempunyai faktor risiko ini? Tidak perlu mengganti gula Anda!

Gula atau glukosa adalah salah satu zat esensial dalam kehidupan manusia. Wikipedia menjelaskan bahwa glukosa adalah salah satu karbohidrat terpenting yang menjadi sumber energi dan metabolisme sel. Pastinya di masa sekolah dulu, ketika upacara bendera pagi hari, pernah terasakan oleh Anda tiba-tiba berkeringat dingin dan kepala sangat pusing saat berdiri, dikarenakan lupa sarapan. Anda pun menuju ruang UKS, dan mendapatkan segelas teh manis. Apa rasanya? Luar biasa, semua rasa tidak nyaman itu lenyap dalam sekejap. Semua akibat gula yang dikandung dalam teh manis itu. Juga jika Anda tidak sempat makan cukup sebelum beraktivitas, konsumsi makanan atau minuman yang manis membuat cadangan energi tubuh cukup untuk membakar kalori seharian.

Inilah fungsi gula bagi kehidupan manusia: sebagai sumber energi. Otak yang kekurangan glukosa dalam beberapa jam akan mengalami kerusakan.

Beralih pada bagaimana cara pengiklanan di televisi: menurutku produsen pengiklan ini telah melanggar Kode Etik Periklanan Televisi (sayangnya belum menemukan referensinya di internet), dan Undang-undang Perlindungan Konsumen bab 4 pasal 17 ayat 1c:
Pelaku usaha periklanan dilarang memproduksi iklan yang: memuat informasi yang keliru, salah, atau tidak tepat mengenai barang dan/atau jasa. Bagaimana menurut Anda?

Kini, untuk apa harus takut mengkonsumsi gula biasa? Tidak perlu mengganti gula Anda, bukan? Anda tidak akan kehilangan penglihatan Anda saat bercengkerama dengan pasangan, dan Ibu Anda masih dapat meniup lilin ulang tahunnya setahun mendatang.

Masih ada beberapa topik bertajuk "Iklan Produk Kesehatan yang Menyesatkan" (makanya saya tulis "bagian" 1), yang saya rencanakan untuk membahasnya, seperti:
- iklan susu tinggi kalsium bagi manula yang mengalami osteoporosis (padahal kadar estrogen yang seharusnya memetabolisme kalsium sudah jauh berkurang secara alamiah seiring usia)
- iklan susu formula bagi bayi di bawah 6 bulan yang seharusnya masih mendapatkan ASI eksklusif, telah melanggar Kode Etik Internasional Pemasaran Pengganti ASI
- iklan susu formula kaya tambahan yang diklaim mampi meningkatkan kecerdasan yang mahal harganya, dan menimbulkan efek samping sukar buang air besar
- masih ada ide lagi?

* gambar diambil hanya untuk sekedar ilustrasi, dari sini

Kamis, 23 Maret 2006

Bagaimana Dokter 'Membodohi' Pasien


Tulisan ini sebenarnya menceritakan tentang penyakit tuberkulosis paru (TB paru) atau TBC paru.

"Bu, anaknya kena flek paru ya. Ini saya obati. Minum obatnya harus sampai enam bulan, tidak boleh putus," kata seorang DSA (dokter spesialis anak).

"Kata dokter anaknya sakit apa?" tanyaku.
"Flek paru," jawab si ibu.
"Oo.. TBC," timpalku lagi, dengan nada santai.
"Haa, TBC? Masa' sih, Dok?" si ibu kaget. Mukanya agak memerah.
"Iya, flek paru itu ya TBC," jawabku, lagi-lagi dengan nada santai.

Di bawah aku ambil persis dari situsnya IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia):

Banyak sekali anak-anak yang divonis sebagai ΄flek paru΄ dan harus menjalani ΄hukuman΄ minum obat jangka lama, paling tidak hingga 6 bulan. Jika ditanyakan kepada orangtuanya apa yang dimaksud flek paru? Biasanya orangtua pasien tidak tahu, Bila ditanya lebih lanjut apakah anaknya mendapat obat yang membuat air seninya berwarna merah? Jika jawabnya "Ya" kemungkinan besar yang dimaksudkan sebagal ΄flek paru΄ adalah tuberkulosis/TB paru atau saat ini disebut TB saja.
Mengapa dokter tidak menyatakan sebagai TB?
Sebagian kalangan di masyarakat beranggapan bahwa TB bukan penyakit yang ΄bergengsi΄, Beda misalnya dengan penyakit jantung yang dianggap lebih ΄terhormat΄, Sebagian pasien tidak berkenan jika dinyatakan sakit TB. Khawatir pasien tidak dapat menerima, dokter berusaha menyamarkan penyakitnya dengan istilah flek paru. Saat ini umumnya pasien sudah berpikiran terbuka dan dapat menerima jika dinyatakan sakit TB. Sebaiknya dokter berterus terang menyatakan sakit TB tanpa menyamarkan dengan istilah flek paru yang justru tidak mendidik pasien.

Itulah sekilas tulisan dr. Darmawan Budi S, SpA(K) yang berjudul "
΄Flek Paru΄ Istilah yang Rancu: Informasi Singkat Tentang Tuberkulosis (TB) Anak". Tulisan ini kemudian mendorongku untuk tidak 'membodohi' pasien dengan istilah 'flek paru'. Kalau memang TB ya katakan saja TB. Jaman telah berubah. Pasien cukup kritis untuk mengetahui diagnosis pasti penyakitnya. Bahkan tidak jarang, penjelasan yang tidak utuh menciptakan terapi tidak adekuat. Istilah 'flek' yang kurang menakutkan, membuat pasien tidak patuh meminum obatnya. Ah, toh cuma 'flek' ini. Padahal TB harus diobati minimal enam bulan, tanpa adanya putus obat yang berisiko menciptakan resistensi kuman Mycobacterium tuberculosis penyebab TB. Penderita TB yang sudah resisten (kebal) terhadap obat jauh lebih membahayakan, baik bagi dirinya sendiri (risiko perberatan dan komplikasi penyakit) maupun orang lain (jika menularkan).

Hal lain adalah: cukup sukar mendiagnosis TB pada Anak, dibandingkan dengan pada dewasa. Dengan ilmu kedokteran yang terus berkembang, dokter dan dokter spesialis anak yang tidak memperbaharui ilmunya, seringkali menggunakan perangkat yang tidak tepat dalam mendiagnosis TB pada Anak. Berlandaskan pada keluhan tidak spesifik (batuk lama, padahal seringkali batuk akibat alergi, bukan infeksi, berat badan sukar naik, dan demam hilang-timbul), ditambah gambaran Rontgen penuh 'flek' (sukar membedakan gambarannya dengan batuk-pilek biasa), langsung saja dokter mendiagnosis TB dan mengobatinya. Padahal obat TB Anak yang terdiri atas tiga kombinasi obat berbeda mempunyai efek samping, dan harus dimetabolisme di hati dan ginjal. Jika penggunaannya tidak tepat, bisa menimbulkan efek samping yang lebih buruk dibandingkan keuntungannya minum obat.

Setidaknya dokter di Indonesia bisa menggunakan panduan berikut yang mudah diakses di situs GERDUNAS TBC (Gerakan Terpadu Penanggulangan TBC Nasional) mengenai alur deteksi dini dan rujukan TB pada Anak.

Hal-hal yang mencurigakan TBC :

1. Mempunyai sejarah kontak erat dengan penderita TBC yang BTA positif

2. Terdapat reaksi kemerahan lebih cepat (dalam 3-7 hari) setelah imunisasi dengan BCG.

3. Berat badan turun tanpa sebab jelas atau tidak naik dalam 1 bulan meskipun sudah dengan penanganan gizi yang baik (failure to thrive).

4. Sakit dan demam lama atau berulang, tanpa sebab yang jelas.

5. Batuk-batuk lebih dari 3 minggu.

6. Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang spesifik.

7. Skrofuloderma.

8. Konjungtivitis fliktenularis.

9. Tes tuberkulin yang positif (>10 mm).

10. Gambaran foto rontgen sugestif TBC.

Dengan setidaknya tiga dari gejala di atas, seorang anak boleh memulai terapi obatnya.

Tidak semua dokter dan dokter spesialis anak mengetahui dan mau menggunakan panduan ini. Masih banyak yang lebih mengandalkan pada pembacaan Rontgen satu posisi saja misalnya, tanpa melakukan tes tuberkulin (uji Mantoux). Padahal panduan ini disusun mengadaptasi WHO yang merancangnya khusus untuk dapat digunakan di negara berkembang, melalui berbagai penelitian dan pengujian lapangan.

Hal terakhir yang tidak kalah penting adalah: obat TB GRATIS di semua Puskesmas. Ya, gratis boo, gretong, free. Tidak harus berobat ke dokter spesialis yang meresepkan obat paten dengan harga di atas seratus ribu rupiah sekali datang. Padahal penyakit ini terutama ditemukan pada sosioekonomi menengah ke bawah, yang sangat pikir-pikir kalau mau berobat. Ketiadaan biaya malah membuat sesorang tidak berobat, karena tidak mengetahui program pemerintah yang menggratiskan obat TB di seluruh Puskesmas di Indonesia, dan menimbulkan komplikasi berat seperti meningitis, TB tulang, TB milier, dan lainnya yang dapat mengancam nyawa.

Selengkapnya mengenai TB dapat dibaca di situs WHO dan TB Indonesia.

Menyambut hari TB sedunia 24 Maret ini.

Kamis, 16 Maret 2006

Nanah Post Operasi
Setelah menjalani operasi, luka operasi terlihat baik. Luka tidak basah, tidak nyeri, tidak kemerahan dan tidak mengeluarkan pus /nanah. Pasien diperbolehkan untuk pulang.
Beberapa hari setelah pulang, pasien kembali dengan luka operasi yang memerah, nyeri dan agak membengkak.
Kemudian oleh dokter jahitan operasi dibuka sedikit, tampak pus / nanah keluar melalui lubang tempat jahitan yang dibuka tadi.
Selain dengan perawatan pemakaian tampon kassa betadine dan kassa betadine selama beberapa hari banyak diantara pasien yang juga mengkonsumsi obat-obatan tertentu.
Ada yang pernah mengalami kejadian seperti ini ?
Ingin berbagi cerita / pengalaman ?
Ada kisah tidak menyenangkan atau yang menyenangkan yang dirasakan bersama dokter yang merawat ?

Selasa, 14 Maret 2006

HERNIA
Obrolan ini lanjutan dari acara Talk Show radio Sonora Jakarta 92.0 FM topik HERNIA pada hari Selasa 21/3/06 pk 08.00 WIB.
Hernia dikenal sebagai turun berok atau burut atau kondor
Gangguan ini sering terjadi di daerah perut - jadi hernia adalah penonjolan isi rongga perut melalui jaringan ikat tipis yang lemah (defek) pada dinding perut. Dinding yang lemah tersebut membentuk suatu kantong dengan pintu berupa cincin. Penonjolan ini sering terlihat sebagai suatu BENJOLAN.

Benjolan tersering terjadi di lipat paha bahkan bisa turun sampai skrotum (kantung kemaluan).
Benjolan keluar kalau berdiri, dan menghilang jika berbaring/tidur.

Kondisi menjadi lebih parah bila ada dorongan akibat peningkatan tekanan di dalam rongga perut. Misalnya, akibat mengejan ketika buang air besar (pada penderita ambein/wasir), mengejan ketika buang air kecil (pada penderita hipertrofi/pembesaran prostate) batuk-batuk, atau pekerjaan sering mengangkat beban berat. Selain itu dengan adanya benjolan akan memberikan rasa tidak nyaman dan ukuran benjolan jika tidak di terapi besarnya tidak terbatas, bahkan ada yang mencapai 1/3 bawah paha (seperti terlihat pada gambar), namanya hernia permagna.


Hernia tidak hanya terjadi pada usia lanjut tapi dapat juga terjadi pada anak-anak. - semua kalangan, semua umur dan semua jenis kelamin.

Lebih sering dialami laki-laki dibandingkan perempuan. Ini terjadi karena adanya perbedaan proses perkembangan alat reproduksi pria dan wanita semasa janin. Pada janin laki-laki, testis (buah pelir) turun dari rongga perut menuju skrotum (kantung kemaluan) pada bulan ketujuh hingga kedelapan usia kehamilan. Lubang yang berupa saluran itu akan menutup menjelang kelahiran atau sebelum anak mencapai usia satu tahun. Ketika dewasa, daerah itu dapat menjadi titik lemah yang potensial mengalami hernia.
Lokasi yang paling sering adalah daerah lipat paha (groin), skrotum dan femoral. Lebih sering terjadi pada sebelah kanan.

Lokasi lain terjadinya hernia adalah hernia ventral, umbilical, epigastrik, insisional, spigelian, stoma hernia.
Hernia insisional terjadi akibat luka pembedahan pada daerah perut (biasanya irisan tengah) yang tidak menyembuh komplit sehingga tempat irisan tersebut menjadi daerah terlemah / defek yang menyebabkan isi rongga perut menonjol.
Keadaan yang membahayakan dari hernia adalah bila usus yang keluar tidak dapat kembali masuk ke rongga perut kemudian terjepit dan membusuk.
Tindakan operasi harus segera dilakukan, selain menutup lubang dan memperkuat jaringan, pemotongan dan penyambungan usus yang mengalami jepitan tadi juga harus dilakukan jika usus sudah dalam keadaan membusuk / gangrenous

PENYEBAB HERNIA

Pada orang dewasa, hernia terjadi karena faktor kelemahan dinding perut.

Otot dinding rongga perut yang melemah, bisa dikarenakan usia lanjut. Sejalan dengan bertambahnya umur, organ dan jaringan tubuh mengalami proses degenerasi. Pada wanita, kegemukan juga dapat memungkinkan timbulnya daerah yang lemah. Keadaan-tersebut dapat mengakibatkan usus terdorong ke dalam "daerah perbatasan" yang lemah tadi dan menonjol ke luar.

Pendapat lain menyatakan, kebiasaan merokok, penyakit yang mengenai jaringan ikat, dan penyakit gula (diabetes melitus) juga dapat mempengaruhi timbulnya hernia. Hal tersebut berkaitan dengan gangguan metabolisme pada jaringan ikat.
Selain faktor usia, dorongan pada rongga perut yang sering akibat penyakit / pekerjaan tertentu yang mengakibatkan timbulnya kelemahan dinding perut.
Daerah terlemah pada dinding perut adalah kanal inguinal dan anal femoral juga daerah umbilical / pusar.

TERAPI

Tidak ada obat yang dapat menyembuhkan. Karena penyebab hernia adalah kelainan anatomi akibat dinding perut yang melemah, pembedahan memang menjadi satu-satunya terapi.
Terapi nonbedah berupa pemakaian penopang (truss) hanya bersifat menunjang, sama sekali tidak memperbaiki hernia itu, apalagi menyembuhkan. Cara ini diperuntukkan bagi penderita yang menolak operasi atau, karena keadaan yang tidak memungkinkan, tidak dapat dioperasi. Namun, untuk penderita yang menolak operasi, perlu dijelaskan bahwa keadaan penyakitnya dapat berlanjut dan akhirnya tetap diperlukan operasi
Pada orang dewasa, pembedahan dilakukan untuk menutup lubang dan memperkuat bagian yang lemah. Otot perut dirapatkan menutupi lubang yang ada. Pada zaman dulu, operasi dilakukan dengan menempatkan penderita dalam "posisi Trendelenburg" (kepala di bawah) agar isi hernia masuk kembali ke rongga perut oleh gaya gravitasi Bumi.

Pembedahan dapat dilakukan terencana, tidak harus segera.

Khusus untuk hernia inkarserata dan strangulate (hernia dengan usus yang terjepit / usus-benjolan yang tidak dapat masuk kembali kedalam rongga perut), tindakan operasi harus segera dilakukan.
Bila tidak, bagian isi hernia yang terjepit lalu membusuk dan bisa menjadi sumber infeksi ke seluruh dinding usus (peritonitis). Akibat yang lebih buruk adalah kematian bagi penderitanya.

Setelah operasi, semuanya jadi beres? Belum tentu. Penderita biasanya masih mengeluh soal lain. Setelah operasi ia merasakan bagian yang dioperasi seperti tertarik dan nyeri. Rasa nyeri ini lama-lama akan berangsur pulih.

Pada anak-anak, sebelum anak mencapai usia satu tahun, biasanya belum dilakukan tindakan. Diharapkan, lubang akan menutup sendiri mengikuti pertumbuhannya. Namun, jika setelah berusia satu tahun, lubang masih terbuka, dokter akan menganjurkan operasi. Kalau dibiarkan, lubang dapat bertambah besar. Ketika anak mulai berjalan dan beraktivitas, lubang tadi dapat terus membesar akibat dorongan terus-menerus. Akibatnya, tidak hanya cairan yang keluar, usus pun dapat keluar, sehingga berlanjut menjadi hernia." Pada anak-anak, tindakan hanya ditujukan untuk menutup lubang.

CEGAH REKURENSI / KEKAMBUHAN

Penderita hernia pascaoperasi bisa mengalami kekambuhan. Bila kekambuhan terjadi dalam beberapa bulan atau setahun, hal ini mungkin merupakan akibat dari pembedahan yang dilakukan. Namun, bila kekambuhan terjadi setelah dua tahun atau lebih, tampaknya terjadi kelemahan fasia / dinding perut yang progresif. Hati-hati bila kekambuhan terjadi berulang. Kemungkinan hernia berkembang menjadi hernia inkarserata dan strangulata menjadi lebih besar.

Untuk mencegah kekambuhan, penderita harus menghindari hal-hal yang dapat meninggikan tekanan di dalam rongga perut, misalnya batuk dan bersin yang kuat, konstipasi (sembelit), mengejan, serta mengangkat barang berat. Misalnya, untuk menghindari batuk-batuk yang persisten, kalau ia perokok sebaiknya berhenti merokok. Jangan sampai ia harus mengejan, kalau ada kesulitan buang air kecil atau besar, sebaiknya segera berobat dan diatasi dulu. Kalau pekerjaan penderita sering menuntut dirinya mengangkat beban berat, sebaiknya ia minta dipindahtugaskan. Pada wanita yang kegemukan, dianjurkan untuk mengurangi bobot badan.

Instruksi Post Operasi

Dokter memperbolehkan pulang jika sudah dapat berjalan tanpa rasa pusing, sudah dapat makan dan minum tanpa muntah dan mual, dapat BAK tanpa kesulitan dan tidak ada penyulit lain yang membuat pasien harus tetap dirawat di RS.
Dokter akan memberikan resep obat dan harus di minum sesuai dengan aturan yang diberikan
Luka operasi jangan terkena air selama 7 hari setelah operasi
Kontrol ke RS pada hari yang telah ditentukan.
Minggu pertama setelah operasi, istirahat dan melakukan kegiatan di dalam rumah. Jangan masuk kantor dulu (jika bekerja)
Minggu ke dua bisa melakukan kegiatan di luar rumah yang ringan.
Jika ada demam, segera kunjungi RS
Kembali bekerja setelah 2 – 2 ½ minggu setelah operasi
Menyetir mobil dapat dilakukan 1 minggu setelah operasi
Kadang-kadang merasakan nyeri pada puncak skrotum / kantong kemaluan dan berkurangnya sensitifitas pada testis selama beberapa hari.
Konsultasi untuk menyembuhkan faktor resiko seperti batuk kronis, keluhan BAB dan BAK yang sering mengejan, kegemukan, penyakit degeneratif yang cenderung melemahkan otot/fascia dinding perut.

Keadaan lain-lain

Hernia terjadi bersamaan pada kedua sisi, sehingga dilakukan operasi dua-duanya
Dapat terjadi dua macam hernia pada satu sisi, hernia lateralis (sampai ke kantong kemaluan) dan hernia medialis (hanya sebatas pada lipat paha)
Kantong hernia dapat dibentuk oleh usus besar dan organ lain yang terletak di bagian bawah perut.
Hernia dapat disertai dengan tumor kelenjar lemak pada kantong hernia, pada proses yang lama pertumbuhan tumor kelenjar lemak ini dapat terus bertambah besar dan menggantikan jaringan serta fascia pada dinding perut disebelah atas funikulus spermatikus. Pada post operasi, cegah penekanan/trauma langsung pada daerah luka operasi.
Dapat disertai dengan hidrokel, menumpuknya cairan peritoneum dalam kantong kemaluan – biasanya dilakukan operasi secara bersamaan.
Hernia dengan riwayat dilakukan pemijatan, biasanya akan mengakibatkan terjadinya perlengketan hernia dengan struktur jaringan sekitarnya sehingga akan menyebabkan kerusakan jaringan sekitarnya dan merupakan suatu penyulit operasi.
Dapat disertai dengan tumor testis. Tindakan operasi disertai terapi lain untuk tumor testisnya.
Pembesaran benjolan hernia tidak terbatas. Terapi tunggal dengan melakukan operasi. Operasi dengan memotong kantong hernia (herniotomi) dilanjutkan dengan hernioplasty (memperkuat dinding posterior abdomen dan cincin hernia) agar tempat terlemah tadi bisa menjadi lebih 'kuat'.
Pada anak-anak hanya dilakukan herniotomi saja tanpa hernioplasty.
Ada yang hendak berbagi soal Hernia .... ?
Pernah melakukan operasi Hernia ? Kambuh mengalami hernia setelah dilakukan operasi ?

Senin, 13 Maret 2006

Mengakhiri Kemiskinan


We Can End Poverty by 2025… and CHANGE THE WORLD FOREVER

Hehehe, kaya judul lagunya Eric Clapton ya? Itulah yang tertulis dalam sampul belakang buku yang akan kuresensi berikut. Masuk ke dalam angkot, cari tempat duduk di pojok belakang, langsung buka bukunya, dan mataku menyusuri rangkaian ratusan kata di tiap halaman. Inilah buku yang ingin kubaca selama ini, setelah membaca resensi singkatnya dalam sajian utama Majalah TIME beberapa bulan silam. Salah satu kesempatanku membaca buku adalah saat berada di dalam angkot. Jika di rumah, waktuku habis untuk online di depan komputer, atau di luar rumah saat menyetir mobil tentu tidak mungkin. Kadang bisa juga ketika tidak ada pasien pas dinas shift malam. Siapa sangka menemukan buku ini di atas meja teman sejawatku, dr. Jumpa. Tidak kusia-siakan untuk segera meminjamnya.

Buku ini mencerahkan! Itu komentar singkatku. Mulai dari sampul depannya yang cukup sederhana, namun mengena: penonjolan pada kata-kata judul “THE END OF POVERTY, HOW WE CAN MAKE IT HAPPEN IN OUR LIFETIME, JEFFREY SACHS, FOREWORD BY BONO” yang dicetak dalam warna hitam dan merah saja, pembaca langsung mendapatkan salah satu daya tarik buku ini adalah pengantar yang ditulis oleh vokalis legendaris U2.

Paragraf pertama dalam “Introduction” pun cukup jelas: “This book is about ending poverty in our time. It is not a forecast. I am not predicting what will happen, only explaining what can happen… Our generation can choose to end that extreme poverty by the year 2025.” Cukup mengena, bukan?

Buku ini disusun berdasarkan pengalaman sang penulis, Jeffrey D. Sachs, konsultan Bank Dunia (World Bank) dan konsultan khusus bagi Sekjen PBB Kofi Annan, serta seorang profesor ekonomi, yang telah memberikan ‘pengobatan’ bagi banyak ‘pasiennya’ di seluruh dunia. Lihatlah judul-judul babnya. Pengalaman apa yang ia dapatkan dari Bolivia, Polandia, Russia, Cina, India, dan kemiskinan sistemik di benua Afrika.

Jujur saja, aku belum selesai membaca buku ini. Tapi ada beberapa bagian yang menurutku sangat menarik, dan menjelaskan ke dalam ‘golongan’ manakah si penulis? Sama saja dengan pakar ekonomi asing—terutama AS—yang selalu memiliki kepentingan terselubung di semua negara berkembang? Atau seorang yang memang benar-benar idealis, tulus sepenuh hati ingin menolong orang lain.

Bab pertama bertajuk “A Global Family Portrait” (lagi-lagi jadi ingat lagunya Pink). Diawali dengan kisah kemelaratan luar biasa di Malawi, Afrika. Jeffrey D. Sachs memotret satu desa yang hampir musnah akibat AIDS. Ia menemui seorang nenek yang menampung belasan yatim-piatu. Orangtua mereka telah mati akibat penyakit AIDS. Belum lagi penyakit lainnya: malaria. Seorang wanita menggendong cucunya yang dijangkiti penyakit gigitan nyamuk ini, berjalan kaki 10 kilometer menuju RS setempat. Setibanya di sini, tidak ada obat anti malaria yang tersedia. Dengan cucunya mengalami demam tinggi, mereka berdua berjalan kembali pulang. Berikutnya Sachs menuturkan gamblang epidemi AIDS di sini, serta solusi mudah yang bisa dilakukan. Berlanjut ke Bangladesh, dengan kisah sedih kemiskinannya.

Cerita menggembirakan segera dapat kita baca melalui kisah India: “Center of an Export Services Revolution”. Melalui ilustrasi seorang pegawai wanita muda berusia 25 tahun yang bekerja di perusahaan IT, dengan penghasilan 250 – 500 dolar sebulan (sama dengan pendapatan dokter baru lulus di Jakarta, FYI). Dalam bab terpisah: “India’s Market Reforms: The Triumph of Hope over Fear”, pembaca mengetahui jelas rahasia kebangkitan ekonomi negara Bollywood ini mulai tahun 1994. Padahal di tahun 1978, penulis masih mendapati India sebagai satu negara miskin “berat”. Perdana menteri India, Dr. Manmohan Singh, ahli ekonomi yang pernah mendapat pendidikan di Cambridge dan Oxford, dengan kebijakan ekonominya, serta India Institue of Technology (IIT) memegang peran penting ini (kalau ITB/UI masih ga, ya? Hehehe). Begitu dengan kisah Cina dengan keberhasilannya.

Satu pemikiran menarik penulis dalam bab ini adalah: “Progress is hard enough to achieve in the world without being perceived as a danger. One of the ironies of the recent success of India and China is the fear that engulfed the United States that success in these two countries comes at the expense of the United States. These fears are fundamentally wrong and, even worse, dangerous. They are wrong because the world is not a zero-sum-struggle in which one country’s gain is another’s loss, but is rather a positive-sum opportunity in which improving technologies and skills can raise living standards around the world.”

Kalimat ini membuatku yakin penulis termasuk golongan Amerika yang ‘hanif’. Berbeda dengan ketakutan Amerika selama ini yang menganggap India dan Cina adalah ancaman besar mereka.

Tidak cukup di sini. Dalam bab empat: “Clinical Economics”, Mr. Sachs menyebutkan IMF sama dengan penilaian kita selama ini: Dalam seperempat abad terakhir, negara miskin mendatangkan “dokter uang dunia”, IMF, untuk meminta bantuan. “The main IMF prescription has been budgetary belt tightening for patients much too poor to own belts. IMF-led austerity has frequently led to riots, coups, and the collapse of public service”!. Hahaha, kena kau, IMF. Penulis tampa takut-takut menerangkan gamblang banyak kesalahan IMF dan AS dalam buku ini. Sesuatu yang kita semua setujui.

Bagiku sebagai seorang dokter, bab ini juga menerangkan sesuatu yang sangat menarik. Jeffrey Sachs telah mengembangkan model ekonomi pembangunan baru: clinical economics, melihat kesamaan antara praktik ekonomi pembangunan (development economics) dengan praktik kedokteran (clinical medicine). Ia belajar banyak dari istrinya seorang dokter spesialis anak. Ini pulalah, yang memberi ciri khas bagi bukunya. Untuk menyelesaikan permasalahan ekonomi—khususnya kemiskinan—suatu negara, harus melihat semua aspek yang mungkin terlibat. Layaknya seorang dokter dalam menangani pasien-pasiennya.

Inilah “some lessons of clinical medicine”:

· The human body is a complex system. Paduan antara sistem saraf, sirkulasi, pernapasan, pencernaan, endokrin, imun, reproduksi, de el el. Seringkali penasehat ekonomi melupakan semua faktor yang mungkin berperan dalam kemiskinan dan masalah ekonomi negaranya. Bagaimanakah sistem transportasinya, model pemerintahannya, jaringan komunikasinya, penegakan hukunya, pertahanan nasionalnya, sistem perpajakannya, dsb.

· Complexity requires a differential diagnosis. Seorang anak dengan demam tinggi, penyebabnya bisa dari infeksi, trauma, autoimun, kanker, keracunan, dll. Namun selalu ada prioritas kemungkinannya, tidak semuanya dianggap sama. Begitu juga dengan negara. IMF memfokuskan pada isu-isu yang sempit seperti korupsi, membatasi usaha swasta, defisit anggaran, dan kepemilikan sumber-sumber negara. Dan menyamakan semua negara, dengan melakukan saran untuk memotong pajak, meliberalisasi perdagangan, dan memprivatisasi milik negara (salah satu hal menyedihkan untukku di Indonesia adalah privatisasi RS pemerintah. Hiks, kemana orang miskin bisa berobat?) IMF tidak melihat bidang agronomi, iklim, penyakit, isu gender, dan lainnya.

· All medicine is family medicine (sesuatu yang dokter Indonesia juga sering melupakannya). Tidak cukup mengobati penyakit seorang anak, dengan melupakan kemiskinan yang diderita orangtuanya, cukupkah asupan makanan bergizinya, apakah orangtuanya bermasalah secara sosial, dll. Bagaimana mungkin negara seperti Ghana akan lepas dari lilitan kemiskinan jika masih menghadapi sanksi perdagangan internasional (begitu juga dengan Irak. Sachs juga mengkritisi pemerintahan Bush yang memerangi “terorisme”, tapi melupakan perang terhadap kemiskinan yang bisa menjadi benih-benih terorisme).

· Monitoring and evaluation are essential to successful treatment. IMF atau World Bank seringkali mendikte suatu negara untuk mengikuti programnya, tanpa mengevaluasi kemudian apakah programnya tersebut cocok untuk negara bersangkutan.

· Medicine is a profession, and as a profession requires strong norms, ethics, and codes of conduct.

Bagaimana dengan Indonesia? Penulis tidak menyinggung sama sekali negara ini. (Meskipun sudah kucari dalam indeks. Mungkin Mr. Sachs belum pernah menangani Indonesia sebagai salah satu “pasien”-nya, atau tidak ada pelajaran berharga yang bisa diambil dari negara ini!) Padahal dalam edisi TIME yang membahas khusus buku ini, beberapa foto diambil dari Indonesia. Seingatku gambar dua anak jalanan yang tertidur pulas di lantai stasiun Senen, dan seorang pemulung di atas gunung sampah.

Dalam rubrik Ragam Majalah SAKSI edisi 9 Maret 2006, wartawan jurnalisme investigatif Rizky Ridyasmara—veteran SABILI—menulis dengan gamblang, hal-hal yang menurutku penyebab bangkrutnya Indonesia, dan curamnya jurang pemisah dan kesenjangan antara si Kaya dan si Miskin. Bagian dari rentetan perampokan kekayaan negara oleh konspirasi jahat pejabat dan pengusaha negeri ini. Berawal sejak Soeharto berkuasa, dimulailah proses pembangkrutan negara kaya raya ini, hingga menjadi salah satu negara miskin dunia saat ini.

Pada November 1967, beberapa bulan setelah Soeharto berkuasa, presiden mengutus tim ekonomi kepresidenan—populer disebut Mafia Berkeley—ke Jenewa untuk menemui sejumlah konglomerat Yahudi seperti Rockefeller, dan menggadaikan kekayaan alam Indonesia kepada jaringan korporasi Yahudi dunia. Di sinilah untuk pertama kalinya, emas, perak, timah, nikel, minyak dan gas bumi, semen, dan sebagainya jatuh ke tangan asing. Tahun 1970, oil boom dan industrialisasi besar-besaran mengejar pertumbuhan ekonomi dan melupakan pemerataan, digerakkan oleh utang luar negeri, menumbuhkan satu kelompok masyarakat Indonesia yang sangat kaya, dan memelaratkan rakyat banyak. Berpusat di Cendana, kelompok yang terdiri dari kolusi birokrat dan teknokrat korup, dengan pengusaha Cina yang dimanjakan rezim berkuasa, memunculkan istilah Kelompok “Ali-Baba”. Petinggi TNI/Polri digunakan sebagai penjaga stabilitas dan keamanan rezim, untuk menindas setiap suara kritis dari rakyat. Pada tahun 1980-an, tercatat 300 grup bisnis konglomerat, dengan 224 grup dimiliki pengusaha non pribumi, dan sisanya 76 grup oleh pribumi. Di mana-mana terlihat pembangunan, dengan landasan tidak kokoh karena berasal dari utang!

Kejadian ini berlanjut terus sampai terjadi krisis ekonomi tahun 1997, yang disinyalir kuat akibat ulah konglomerat Yahudi George Soros, yang tiba-tiba memborong mata uang dolar AS dari seluruh pasar uang Asia. Di tahun 1998, Soeharto yang tidak mampu mengeluarkan Indonesia dari krisis, menyerahkan penyelesaiannya pada IMF. Lembaga sokongan Yahudi ini menemukan bahwa pemerintah punya utang luar negeri sebesar 60 miliar dolar, sedangkan di luar negeri, para konglomerat berutang lebih besar: 75 miliar dolar!

Seorang teman menceritakan data GAIKINDO tahun lalu menyebutkan penjualan mobil di Indonesia adalah yang tertinggi di Indonesia. Apa artinya? Masih banyak orang kaya di negeri ini. Namun lebih banyak lagi golongan ekonomi sengsaranya. Teringat pula siaran di TV pagi ini, Pilkada di Papua kemarin terhambat di Timika, karena banyak warga setempat yang mencari tumpahan emas di sekitar Freeport. Negara mana selain Indonesia yang penduduk lokalnya bergelimpangan di bawah garis kemiskinan, di tengah-tengah lautan emas milik mereka, yang dibawa pergi ribuan kilometer ke negara asing, akibat ulah segelintir pejabat masa Soeharto!

Buku ini sangat perlu untuk dibaca oleh seluruh ahli ekonomi negara kita tercinta. Meskipun aplikasinya pastinya akan sangat sukar, you know, tahu lah negeri seperti apa kita ini. But let’s not being always pessimistic. Tak sabar menunggu keluarnya edisi terjemahan buku ini (atau sudah ada yang tahu?). Meskipun bahasa Inggrisnya cukup mudah, tapi tetap saja bagiku, menyelesaikan membaca buku ini butuh waku yang sangat lama. Hehehe.

Sachs marries storytelling with acute analysis to explain why, over the past 200 years, wealth and poverty have diverged and evolved across the planet, and why the poorest nations have been so markedly unable to escape the trap of poverty.

The End of Poverty is a Roadmap to a More Prosperous and SECURE WORLD…