Jumat, 02 Maret 2012

dr. Tofan Widya Utami, SpOG

dr. Tofan Widya Utami, SpOG
“Tidak ada keberhasilan atau kesuksesan tanpa perjuangan dan pengorbanan,” ujar dr. Tofan Widya Utami, SpOG. Dengan konsep dasar hidup sebagai ibadah, ia termotivasi untuk selalu memperbaiki diri. ”Perasaan sedih dan kecewa atas suatu kegagalan itu wajar, tapi jangan berlarut-larut. Perbaiki diri dan jangan bosan untuk belajar dari apa pun, dari siapa pun,” katanya.
Anak bungsu dari 8 bersaudara ini, punya motivasi kuat dalam mencapai karir di dunia kedokteran. Dorongan keluarga, termasuk motivasi dari mertua, sangat berharga baginya. Keberhasilan yang ia raih, semata karena perjuangan keras. “Kalau ada yang bilang anak bungsu selalu dimanja orangtua, itu salah,” katanya.
Sebagai staf pengajar muda Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, ia menilai pemerintah seharusnya dapat membenahi sistem pendidikan nasional. ”Sistem pendidikan di Indonesia sekarang ini, sangat mahal. Kita bisa mencontoh Malaysia, yang memberi kemudahan dan biaya pendidikan yang murah,” katanya.
Andai sekarang masih duduk di bangku SMA, ”Mungkin, saya harus mengubur cita-cita menjadi seorang dokter. Kasihan anak-anak dengan otak cemerlang, namun tidak punya kemampuan finansial.”
Bagi ibu tiga anak (M. Rafli Pratama, Versario Quadro dan Aeesha Bella Vivany) dan istri Iwan Lukita, SE, Msi ini,  keluarga merupakan bagian yang sangat berharga dan berjasa dalam hidupnya. Mereka menguatkan saat kita lemah, membangkitkan saat kita jatuh dan menghibur saat kita sedih. Maka, setiap ada waktu ia selalu mengajak anak-anak untuk mengunjungi orangtua, olahraga atau ke tempat hiburan. Di sela-sela kesibukanya sebagai seorang dokter dan staf pengajar, ia tak pernah lupa menelepon anak-anak dan pengasuh mereka. Tak ketinggalan, ketika anak-anak sudah tidur, ia berdo’a agar Sang Pencipta senatiasa “menjaga” agar anak-anak menjadi orang yang beriman, sehat dan cerdas.
Dokter yang tertarik dunia seni dan interior design ini, hoby traveling dan collecting souvenir. Di sela-sela mengikuti symposium atau kongres di dalam dan luar negeri, ia sempatkan untuk hunting souvenir dan mencoba makanan setempat, meski waktunya terbatas.