Jumat, 02 Maret 2012

dr. Budianto Komari, Sp.THT

Ketika melakukan penelitian di Cina Selatan, dr. Budianto Komari, Sp.THT. (55 tahun) sempat terkaget-kaget. Di sana, jumlah kasus kanker  nasofaring sangat tinggi yaitu 40-50 kasus per-100 ribu penduduk. Orang Indonesia yang diemui sedang berobat ke Cina, juga merasa heran. ”Dokter di sana sambil tersenyum mengatakan bahwa kasus kanker nasofaring di Cina sudah biasa. Dan penderitannya santai-santai saja,” dr. Budianto tertawa.
Kanker nasofaring merupakan penyakit yang dapat disembuhkan. Kendalanya, butuh perawatan waktu lama dan pemeriksaannya cukup sulit karena tersembunyi di seputar hidung bagian belakang. Jika tidak ditangani, bisa menyebabkan kematian,” katanya, di sela seminar “Kanker Nasofaring, Diagnosis dan Penanganannya,”, 22 Maret 2009 di RS Kanker Dharmais, Jakarta.
Penyakit ini disebabkan oleh virus Epstein-Barr, zat nitrosamine yang biasa terdapat pada ikan asin. Bisa juga oleh tingginya tingkat polusi udara dari kendaraan atau pabrik yang kita hirup. Saat ini, jumlah kasus terbesar memang di Cina Selatan. Penyebabnya karena penduduk terbiasa mengosumsi makanan asin dari kecil sampai tua. Gejala yang timbul biasanya mual, gangguan tuli sebagian dan infeksi pernapasan. Jika sudah stadium lanjut akan berbahaya bagi organ lain, seperti otak dan pendengaran.
Dr. Budianto selalu mengatakan kepada pasien bahwa kesembuhan itu datangnya dari Tuhan. Tetapi, jika kita tidak pernah berusaha mengatasi maka kesembuhan tidak akan pernah terjadi. Keinginan kelahiran Salatiga, 12 November 1954, ini menjadi dokter karena keluarga besarnya banyak yang berprofesi di bidang teknik. Ia ingin menginginkan sesuatu yang berbeda, dengan menekuni ilmu kedokteran.
Sebagai dokter, ia sangat khawatir pada berbagai faktor yang bisa menimbulkan penyakit. Pola hidup sehat tidak hanya harus dilakukan oleh pasien, tapi harus diterapkan dalam keluarga. “Saya bersyukur, isteri berprinsip tiada hari tanpa olahraga. Anak-anak kami di hari dan waktu lowong juga selalu menyempatkan diri bersepeda,” terang pria yang hobi driving ini.
Apa prinsip yang dijadikan pegangan selama menjadi dokter? “Menolong sesama sebatas kemampuan. Saya juga ingin terus menambah ilmu dan ketrampilan di bidang yang saya geluti,” ujar ayah 3 anak ini (Rizki Komari, Wahyu Setyabekti, Dinda Ganhi Lestari).