Selasa, 06 Maret 2012

Raymond R Tjandrawinata, PhD, MS, MBA

Ramah, murah senyum, penuh prestasi. Itulah Raymond R Tjandrawinata, PhD, MS, MBA, Biochemist/molecular Pharmacologist Director, Scientific Affairs and Business Development PT DexaMedica. Ketertarikanya mengolah bahan alam Indonesia sebagai obat, merupakan salah satu wujud nyata kepedulian untuk ikut menyehatkan bangsa. “Sebagai anak bangsa, saya merasa terpanggil untuk bisa melakukan penelitian tentang herbal, hewan dan tanah Indonesia, untuk bisa dijadikan sesutau yang bermanfaaat bagi kehidupan orang banyak,” ujarnya.
Gagal meraih cita-cita menjadi dokter, ia malah menjadi seorang peneliti dengan gelar doctor. Ia bersyukur, dengan penelitian yang dilakukannya ia bisa membantu pasien, sekaligus memperkenalkan produk asli bangsa Indonesia yang tak kalah bagus dibanding produk bangsa lain. Salah satu temuanya yang kini sedang diperkenalkan kepada para dokter adalah DLBS3233 (Inlacin).
“Ini merupakan produk asli Indonesia, dikerjakan oleh orang Indoneisa,” ujarnya. Ia optimistis, preparat ini ke depan bisa menjadi salah satu alternative pengobatan bagi penderita diabetes mellitus. “Preparat ini mampu menurunkan HbA1C hingga 1,13%. Ini merupakan sebuah hasil yang membanggakan.”
Hobinya membaca buku, terutama yang dapat mendukung pengetahunnya di bidang biologi molekuler. Kadang, ia juga membaca novel. Dari hobinya membaca inilah ia terus berkembang. Sebanyak 61 papers pernah ia bawakan dan lebih dari 95 papers dipublikasikan di Inggris.
Bicara mengenai tanaman obat (herbal), kelahiran Jember, 7 Januari 1964 ini memang jagonya. Sebagai peneliti, ia hapal nama bermacam jenis tanaman obat di Indonesia. Ia meneliti tanaman obat karena terinspirasi oleh literatur yang dibacanya. Atau dari pengalaman orang sekitar, mengenai manfaatnya herbal tertentu bagi kesehatan. Ide meneliti kayu manis, datang dari rekannya yang biasa mengonsumsi kayu manis yang diseduh secara tradisional untuk pengobatan diabetes.
Dengan kemampuan dan peralatan di lab, ia memrosesnya menjadi obat dengan standart internasional yang tidak kalah dengan obat lain. “Indonesia memiliki semua potensi yang dibutuhkan: bahan alam, SDM dan teknologi yang bisa dikembangkan,” ujarnya bangga.