Senin, 05 Maret 2012

dr. Budhi Antariksa, SpP, PhD

Tidur adalah bagian yang tak terpisahkan dari hidup sesorang. Sekitar ¼  waktu dari hidup kita, diisi dengan tidur. Kualitas dan kuantitas tidur yang baik, akan meningkatkan kualitas hidup seseorang.
“Laboratorium sleep study masih sangat jarang di Indonesia. Bidang ini memerlukan kontribusi dari berbagai disiplin ilmu kedokteran. Ini yang menjadi daya tarik bagi saya,” ujar dr. Budhi Antariksa, SpP, PhD, Deputi Manajer Bidang Perencanaan & Pengembangan Riset Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Budhi kecil bercita-cita menjadi seorang dokter, karena kakak satu-satunya menderita leukemia. “Pada 1970, di Indonesia belum ada obat untuk leukemia. Kakak saya tak bisa tertolong dan meninggal dalam usia 6 tahun,” ujarnya
Saat menjalani PTT di Kabupaten Asahan, di suatu dini hari ada pasien asma dibonceng sepeda motor datang ke Puskesmas. Setelah dilakukan perawatan intesif, kondisi pasien membaik. Pasien kurang mampu itu hanya dibebani biaya ala  kadarnya.. Satu minggu kemudian, pasien datang lagi ke Puskesmas. Bukan untuk berobat. “Ia membawa satu ekor ayam. Dua minggu kemudian, pasien datang lagi membawa buah nangka yang besar,” ujar dr. Budhi terharu.
Rasa terima kasih dari warga di pedesaan, biasanya tak ada hentinya. “Perasaan seperti itu tidak kita dapatkan di masyarakat modern. Pasien berobat ke dokter spesialis, membayar Rp.150-200 ribu, ya sudah,” ayah 3 anak ini bertutur.
Dalam menangani pasien, terpenting adalah komunikasi. Pasien harus diberi penjelasan mengenai penyakit, pengobatan, akibat pengobatan, upaya prefentif yang harus dilakukan bila kondisi pasien memburuk, dan dampak dari penyakit yang diderita pasien ke depan. “Kesenjangan informasi akan membuat pasien mencari alternatif pengobatan di luar medis. Bisa ke sumber yang salah, atau kepada orang yang tidak tepat,” ujar pencinta bola voli dan travelling ini.
Ketika melanjutkan studi di Jepang, ia mendapat banyak pengalaman. Di Jepang, seseorang akan mendalami bidangnya hingga menjadi ahli dan berpengalaman. Mereka yakin, kemampuan tertentu yang ditekuni suatu saat akan dibutuhkan orang lain.
Ke depan, ia berharap di Indonesia ada asuransi kesehatan nasional. “Saya tanpa ragu-ragu akan memilih Capres Cawapres, yang akan memberikan jaminan asuransi kesehatan pada setiap warga negara, pada Pilpres 8 Juli 2009,” ujarnya