Senin, 05 Maret 2012

dr. Satya Hanura SpS

Bangun jam 04.00 pagi, mengantar anak sekolah di Rawamangun. Itu rutinitas kesehariannya. “Saya harus berangkat pagi-pagi, karena rumah saya jauh, di Depok,” ujar  dr. Satya Hanura SpS, saat ditemui di tempat kerjanya RS. Jakarta, Jalan. Jendral Sudirman Kav. 49, Jakarta. Jarak Depok –Rawamangun, Jakarta, menghabiskan waktu antara 1-2 jam.
Kelahiran Palembang dan penggemar empek-empek ini, di masa kecil bercita-cita menjadi pilot. Di bangku SMP, ia harus mengurungkan cita-citanya karena mengalami sedikit gangguan penglihatan dan mengharuskannya memakai kacamata. Lulus SMA, ia mengikuti ujian masuk perguruan tinggi negeri dan yakin bisa masuk ke FK. Universitas Indonesia. Mulanya, orangtua tidak mendukung keinginannya untuk menjadi dokter. Karena, selain membutuhkan banyak biaya, masuk FKUI bukan hal yang mudah. Berkat tekad dan kerja kerasnya dalam belajar, akhirnya ia bisa diterima.
“Tekad saya untuk menjadi dokter, sederhana. Saya ingin mengobati orangtua dan keluarga saya, jika ada yang sakit” ujar ayah 2 anak (Khairun Nadiya dan Mutiara Nurul Huda) ini.  Ia punya pengalaman menarik saat PTT di Desa Andurin, Padang Pariaman. “Saat menagani pasien, saya diberi buah durian besar, yang ada bunganya,” ujarnya bangga. Sepengetahuanya, sangat jarang buah duren yang ada bunganya, dengan rasa yang sangat enak. Tak lain, durian itu adalah ungkapan rasa terima kasih yang  mendalam atas pertolongan medis yang ia berikan.
Meski sibuk, keluarga tetap nomor satu. Saat liburn, ia bersama istri (Ir. Dwi Rahmalina, MT) dan anak jogging sambil menikmati indahnya suasana dan segarnya udara di Gunung Mas, Bogor. Sekalian, menyalurkan hobi fotografi. “Hasil foto yang sangat saya sukai, adalah foto Danau Maninjau, Sumatera Barat,” ujarnya. Dari hasil jepretannya itu, ia bisa melihat betapa besar dan indahnya ciptaaan Tuhan.
Da berharap, pemerintah lebih mengupayakan program-program yang berifat preventive dan kuratif, untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan masyarakat. Sehingga, usia harapan hidup masyarakat bisa lebih panjang, seperti wanita Jepang.