Sabtu, 24 Maret 2012

Prof. Dr. dr. Sudigdo Adi, SpKK

“Bangsa Indonesia sedang kehilangan jadi dirinya. Banyak yang sudah tidak lagi  bangga menjadi orang Indonesia. Mereka meniru Amerika tetapi bukan Amerika, meniru Arab tetapi tidak seperti bangsa Arab, meniru Belanda tetapi tidak menjadi Belanda. Solidaritas, gotong royong, mulai hilang. Banyak yang ingin menang sendiri. Yang penting bisa mendapat banyak duit,” ujar Prof. Dr. dr. Sudigdo Adi, SpKK, 62 tahun. Konsultan dermatologi dari FK Unpad, Bandung, ini fasih menyoroti keadaan karena dia mantan anggota DPR-RI periode 2004-2009 dari  PDI Perjuangan.
Gagal menjadi anggota DPR-RI untuk periode 2009-2014, ia bangga bisa menjadi gurubesar FK Unpad. “Semoga, dari 1000 mahasiswa kedokteran yang saya luluskan, nantinya ada 10 orang saja yang memiliki pemikiran untuk memperjuangkan rakyat, seperti yang saya lakukan,” ujarnya.
Di bidang kedokteran, ia berjuang dengan menerbitkan buku-buku medis yang diharapkan bisa menjadi pegangan para mahasiswa. Sudah banyak buku yang ditulis pria kelahiran Walikukun, Jawa Timur, ini dan sekarang ia tengah merampungkan buku atlas dermatologi dan venereology. Buku itu nantinya berisi gambar kasus-kasus kulit dan kelamin di Indonesia, disertai diagnosa dan cara penanganannya. “Jadi, sedikit berbeda dengan atlas yang berasal dari luar negeri,” ujarnya. Sudah sampai mana pengerjaannya? “Baru terkumpul 250 gambar kasus, tinggal menunggu beberapa lagi dan siap cetak. Semoga ada yang mau mensponsori,” ia tertawa. Menerbitkan buku atlas memang perlu biaya yang tidak sedikit.
Selain menulis buku, ia hobi fotografi. “Landscape dan human interest adalah bidang yang saya gemari sejak beberapa tahun lalu,” ujarnya. Hasil jepretannya yang sangat ia kagumi adalah foto yang diambil saat lebaran, di mana ada seorang ibu dengan anaknya yang masih kecil memulung sampah di Bandung. “Lebaran kan hari kemenangan bagi umat muslim, tapi masih ada orang yang mencoba menyambung hidup dari sampah. Itu sangat menyentuh,” ujarnya. Ia berharap, masyarakat dan bangsa Indonesiabisa kembali ke cita-cita awal negara ini didirikan. Yaitu hidup sejahtera tanpa membedakan warna kulit, bentuk rambut dan agama.