Jumat, 02 Maret 2012

Dr. HM Aminullah, SpKJ

Dr. HM Aminullah
Peristiwa gempa dan tsunami di Aceh, masih menyisakan luka di kalangan penduduk. Kesedihan mendalam karena ditinggal keluarga dan orang-orang tercinta, membuat banyak orang mengalami depresi dan gangguan kejiwaan. Sebuah survey yang dilakukan Departemen Kesehatan RI tahun 2005 menunjukkan, lebih dari 51% responden mengalami gangguan kejiwaan.

Dr. HM Aminullah, Sp.KJ, bersyukur karena banyak penduduk Aceh yang bisa disembuhkan dari luka batin dan bisa kembali hidup normal. “Kami dari Depkes waktu itu membuat layanan Community Mental Health, dengan memberdayakan masyarakat Aceh sendiri,” ujar Direktur Bina Pelayanan Kesehatan Jiwa Depkes sejak 18 Januari 2008.

“Kami melatih para perawat, sampai tingkat Puskesmas. Mereka kemudian melatih kader-kader dari masyarakat,” kata ayah 4 anak ini. Dengan begitu, tingkat cakupan penanganan gangguan jiwa bisa diperluas. Program ini dilakukan di beberapa kabupaten, seperti Bireun dan Aceh Besar. Kepada para kader diajarkan mengenali orang dengan gangguan jiwa. Kemudian, penderita dirujuk ke dokter di rumah sakit untuk diobati selama 2 minggu. Setelah 2 minggu, mereka dikembalikan ke masyarakat dan di follow up dan diterapi maintenan oleh para kader.
Cara ini ternyata mendapatkan perhatian dari dunia luar dan dijadikan sebagai suatu model, untuk negara Asia. “Banyak orang dari luar negeri seperti Malaysia dan Thailand, datang ke Aceh untuk belajar,” imbuhnya. Kegiatan ini di Aceh sudah membudaya,  mulai dari tingkat kabupaten sampai kota. Program ini sangat berkembang di Aceh, dan didukung berbagai Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). 

Satu hal yang menjadi perhatian dr. Aminullah saat ini adalah terpinggirkannya kaum perempuan dalam pelayanan kesehatan jiwa. “Banyak wanita tidak diperhatikan. Mereka nantinya akan menjadi ibu. Jika mental mereka labil, akan berpengaruh pada perkembangan mental anak,” katanya. Ia melihat ada ketimpangan gender dalam masyarakat. Sebab itu, tahun 2009 akan dilakukan program pengarus-utamaan gender. Tak lain, agar pelayanan kesehatan jiwa bisa didapatkan oleh kaum perempuan.