Senin, 05 Maret 2012

Prof. Dr. dr. H. Azhar Tanjung, SpPD, KP, KAI, SpMK

Prof. Azhar Tanjung
“Ke depan semestinya pemerintah, dokter dan pasien harus bisa lebih bekerja sama. Pemerintah menyediakan prasarana, dokter meningkatkan kompetensi, dan pasien memberikan kepercayaanya. Agar kualitas penyehatan masyarakat Indonesia lebih baik. Sehingga tidak lagi ada pasien kita yang pergi ke luar negri yang belum tentu mendapatkan hasil yang maksimal.” ujar Prof. Dr. dr. Azhar Tanjung, SpPD, KP, KAI, SpMK, Guru Besar FK Universitas Sumatera Utara.
Ketika masih kecil ayah dari A. Farhar (mahasiswa Kedokteran USU) ini, bercita-cita menjadi seorang polisi. Menurutnya menjadi seorang polisi adalah pekerjaan mulia. Layaknya seorang pahlawan yang menyelamatkan orang tertindas dalam sebuah film. Tapi setelah lulus SMA tanpa niatan berarti ia kemudian mengikuti Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negri dan memilih Fakultas Kedokteran sebagai alternatifnya. Dan al hasil ia diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Sekaligus menguburkan niatnya untuk menjadi seorang Polisi.
Hal ini tidak menjadikan sebuah beban bagi pencinta sepak bola ini, ia memiliki moto “Apa yang ada dan yang tuhan berikan di depan kita, lakukan saja.” “Ketika orang lain bisa lulus jadi dokter, saya juga harus bisa lulus dokter. Ketika orang lulus spesialis saya juga harus bisa lulus menjadi seorang spesialis. Itulah prinsip yang saya pegang,” tambahnya.
Ketika lulus menjadi dokter (karena saat itu belum ada wajib sarjana) suami Hj. Zurni ini langsung di terima sebagai asisten Mikrobiologi FK. USU. “Jadi kalau di tanya mengenai pengalaman dalam melakukan wajib sarjana jawab saya tidak ada,” ujarnya sambil tertawa.
Tetapi untuk urusan melayani pasien kelahiran 27 Desember 1942 ini tidak kalah menariknya dengan para wajib sarjana di daerah. “Suatu saat sekitar dini hari, ada pasien datang ke tempat saya, dia terluka, saat itu saya kurang tahu ia terkena luka apa. Tapi yang membuat saya binggung adalah pasien minta di suntik Anti Tetanus Serum (ATS) yang saat itu saya tidak memiliki stok. Jadi saya kualahan mencarinya tetapi alhamdulillah akhirnya dapat juga,” ujarnya. Baginya di gedor saat pagi buta sudah merupakan kebiasaan rutin. Bagimanapun tugas adalah tugas. Memberikan pelayanaan yang maksimal bagi pasien merupakan prioritasnya.
Hari minggu merupakan hari ia berkumpul dengan keluarga, sebab keluarga merupakan bagian terpenting dalam hidupnya. Ketika kita lemah, sakit atau pesimis dalam menghadapi hidup keluarga adalah orang pertama di samping kita. “Akan tetapi jika rumah sakit memanggil atau ada pasien yang membutuhkan bantuan saya, saya tak segan-segan dengan iklas memberikan pertolongan” tambahnya. (ant)