Sabtu, 24 Maret 2012

dr. Heru H. Oentoeng, SpAnd

Saat masih menjadi dokter umum dan bertugas di RSU Praya, Lombok Tengah,  ia banyak menemukan kasus infertilitas pada pasangan suami istri. “Meski belum mendalami seksologi atau menjadi spesialis, banyak pasangan yang konseling dan saya beri obat standart akhirnya bisa mendapat momongan,” ujar dr. Heru H. Oentoeng, SpAnd (44 tahun). Hal itu mendorongnya untuk memperdalam ilmu dan kemampuannya dan menjadi seorang androlog.
Dr. Alfi Ginting dan Prof. Wimpie Pangkahila merupakan tokoh yang ia kagumi, sekaligus seniornya di bidang ini. “Motifasi saya untuk memperdalam ilmu. Saya ingin memberi edukasi yang benar kepada masyarakat luas,” ujarnya. Masyarakat seharusnya memang diedukasi, bukan dibodohi dengan mitos atau berita yang menyesatkan. Selama 2 tahun menjadi narasumber dalam acara “Dokter Menjawab” di sebuah radio swasta, ia mengaku sangat menikmati karena dapat mengedukasi masyarakat.
Saat memberikan edukasi, ayah 3 anak ini berusaha menggunakan bahasa sederhana yang bisa dimengerti awam. Ia memaparkan dengan gamblang, sehingga pendengar mengerti betul apa yang dimaksudkan. Menurutnya, saat ini banyak pasien yang pandai. Tidak sedikit anggota masyarakat yang tahu gejala  sejumlah penyakit. Mereka ke dokter bukan untuk berobat karena sakit, tapi hanya ingin memastikan kondisi kesehatannya.
Di sela kesibukannya sebagai dokter, olah raga tak pernah ditinggalkan. “Olah raga merupakan gaya hidup. Saya berangapan, olah raga merupakan modal untuk menapak ke usia yang lebih lanjut,” ujarnya. Ia memberikan tips untuk tetap sehat bahwa selain olah raga, perlu menguasai management stress, istirahat cukup dan berinteraksi dengan lingkungan sosial yang bagus.
Gagal meraih cita-cita menjadi insinyur kimia, ia bangga menjadi dokter seperti yang diharapkan ibunya. “Kadang kita menemui saat yang tidak diharapkan. Dengan komitmen dan konsentrasi serta focus pada apa yang dihadapi, kita bisa meraih apa yang sepertinya tidak mungkin, atau yang tidak terbayangkan sebelumnya.”