Jumat, 02 Maret 2012

dr. Nugroho Setiawan, SpAnd

Andropause pada pria, sama halnya dengan menopause pada wanita. Hanya saja pada wanita, muncul gejala yang nyata yaitu berhentinya menstruasi, di mana terjadi penurunan kadar estrogen yang drastis. Pada pria, penurunan kadar testosteron berlangsung secara bertahap. “Hal ini sering mengakibatkan banyak pria menganggap, kemunduran metabolisme tubuh atau terjadinya berbagai penyakit seiring berjalannya usia adalah hal yang wajar. Padahal tidak seperti itu. Walaupun usia tua, raga bisa tetap sehat kok,” ujar dr. Nugroho Setiawan, SpAnd.
            Banyak hal yang mempercepat proses penuaan pada pria. “Terutama adalah life style seperti merokok, alkohol, kurang olahraga, diet tinggi lemak, dsb,” kata dokter kelahiran Yogyakarta ini.  Berbagai gangguan kesehatan yang dapat muncul akibat life style yang buruk di antaranya obesitas sentral, resistensi insulin, hipertensi, dislipidemia dan glukosa puasa tinggi, yang terangkum dengan apa yang disebut sindrom metabolik. Yang paling ditakutkan kaum pria adalah disfungsi ereksi karena terjadinya penurunan kadar testosteron, juga akibat life style yang buruk.
            Tak bisa dipungkiri, aktivitas seksual yang baik akan meningkatkan kualitas hidup seseorang. Disfungsi ereksi memang tidak menyebabkan kematian secara langsung. Namun, akibatnya dapat membuat pria depresi, malu dan sebagainya, yang bisa memunculkan keinginan bunuh diri. “Paling tidak, bisa berdampak pada ketidakharmonisan dengan pasangan,” ia tertawa.
            Defisiensi testosteron yang dialami pria, sebaiknya diatasi dengan penambahan testosteron eksogen untuk meningkatkan kualitas hidup. Tentunya tidak hanya testosteron yang dibutuhkan, tapi juga hormon lain. Yang tidak kalah pentingnya adalah perubahan gaya hidup. “Percuma mengonsumsi obat, kalau life stylenya tetap buruk,” kata alumni spesialis andrologi FK Universitas Airlangga ini.