Jumat, 02 Maret 2012

Dr. dr. Yeva Rosana SpMK

(Paling tengah) Dr. Yeva Rosana
“Menjadi seorang mikrobiologi itu mengasikkan,” tutur Dr. dr. Yeva Rosana Sp.MK, staf pengajar Departemen Mikrobiologi FKUI. Ibarat bertempur, seorang mikrobiolog mencari cara bagaimana mengalahkan musuhnya, yakni bakteri. Sementara, bakteri juga mempunyai strategi sendiri untuk mengalahkan manusia.
”Yang menarik, kita mencari suatu penyebab penyakit yang tidak bisa kita lihat dengan mata kepala sendiri. Kita menggunakan alat di laboratorium, agar kita tahu bagaimana bakteri  menginfeksi manusia,” ujar lulusan FKUI tahun 1994 itu. “Dari sini, kita tahu bagaimana strategi bakteri untuk mengalahkan manusia, agar bisa tetap menginfeksi,” imbuh ibu dari Fitriani Revanda (15 tahun) dan Reza Rachmasari (10 tahun).
Baginya, ini adalah tantangan yang menarik. “Ada kepuasan tersendiri, kalau kita bisa mengalahkan kuman. Apalagi, jika hasil penelitian yang kita lakukan, bisa bermanfaat bagi orang banyak.” Sampai saat ini, dr. Yeva mengakui, dia masih harus terus belajar dengan melakukan berbagai penelitian di bidang mikrobiologi. Yang menjadi ketertarikan pemegang sabuk hitam karate ini adalah, meneliti penggunaan antibiotika dan penyakit menular seksual. 
“Dukungan dana untuk penelitian di Indonesia, selalu ada dan tidak sulit. Sejauh ada ide, dana selalu ada,” kata wanita yang saat ini sedang mengejar gelar doktor di FKUI. Hanya saja, menurutnya, pemanfaatannya belum maksimal. Mengenai dana dari luar negeri, sebaiknya hati-hati. Karena terkadang,  seperti dikatakan Menkes Siti Fadilah, ada data kita yang dibawa ke luar negeri  dan sebagainya.
Ketertarikannya pada bidang mikrobiologi, bermula sejak menjadi mahasiswa FKUI. Pada masa itu, mikrobiologi adalah pelajaran yang paling dia sukai. “Saya pikir bidang mikrobiologi itu menarik dan menantang,” kata kelahiran 20 Juni 1968 di Lubuk Basung, Sumatera Barat. Apalagi, ketika itu, dia sangat mengidolakan dosennya. Prof. dr. Pratiwi Sudarmono, Sp.MK.