Jumat, 02 Maret 2012

Prof. Dr. dr. Achmad Biben, SpOG (K)

Prof. Achmad Biben
Perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran, dan ilmu kesehatan reproduksi manusia khususnya, berkembang pesat. “Kalau kita tidak melibatkan diri untuk mengetahui serta memahami pengetahuan tersebut, kita akan ketinggalan. Nantinya akan berimbas pada kekurang mampuan kita dalam pengelolaan penyakit tersebut. Kita juga  kurang dapat berperan serta, dalam upaya memantau morbiditas dan mortalitas akibat kelainan sistem reproduksi,” ujar Prof. Dr. dr. Achmad Biben, SpOG(K), di sela-sela simposium pertama Himpunan Imunologi dan Genetika Reproduksi Indonesia (HIGERI) di  Bandung, 8-10 januari 2009.

HIGERI dibentuk 2 perhimpunan besar, Perhimpunan Spesialis Andrologi dan Persatuan Endokrin Reproduksi Indonesia. Tujuannya untuk mengajak teman-teman seprofesi, dan membuka kesempatan kepada para klinisi untuk lebih mendalami imunologi lewat simposium. Untuk itu, didatangkan pembicara dari dalam dan luar negri yang berkompeten di bidangnya.
Guru Besar Tetap Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran ini mengatakan, orang ingat imunologi ketika penyakit yang diderita pasien sudah parah. Paradigma ini harus dihilangkan. “Kita tahu, prinsip dari sebuah diagnosa/pengobatan adalah dengan perlakuan sedini mungkin. Tahapan pencegahan harus lebih kita perhatikan. Ingat,  mencegah lebih baik dari mengobati,” ujar kelahiran Bandung 1 November1940 ini.

Sambil menikmati makan siang, Prof. Biben menambahkan, “Protein tidak susah kita dapatkan. Dari sebutir telur, sudah cukup.” HIGERI berkantor di Bagian Obstetri & Ginekologi Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin/FK.UNPAD, Jalan Pasteur No 38, Bandung. Simposium yang diadakan ini sukses, terlihat dengan banyaknya peserta workshop dan simposium (sekitar 350 orang). Peserta tampak sangat antusias, buktinya hingga akhir acara, Sabtu 10 Januari pukul 17.00 WIB, semua kursi tetap terisi penuh.(ant)