Jumat, 02 Maret 2012

Dr. dr. Siti Fadilah Supari, SpJP (K)

“Virus avian influenza telah memakan banyak korban di Indonesia. Semestinya, negara maju tidak mengambil keuntungan dengan menjual vaksin ke negara berkembang seperti Indonesia, dengan harga yang sangat mahal,” ujar Menteri Kesehatan RI Dr. dr. Siti Fadilah Supari, SpJP(K).
Pernyataannya pada diskusi “Saatnya Dunia Berubah! Tangan Tuhan di Balik Virus Flu Burung”, 5 September 2008, di Universitas Paramadina, Jakarta, itu mendapat applaus meriah. Menkes menyatakan adanya konspirasi negara adidaya dengan WHO, dalam memanfaatkan virus flu burung Avian Influenza (H5N1). Bukunya berjudul It’s Time for the World to Change, telah membukakan mata  banyak pihak bahwa selama ini negara-negara berkembang seperti Indonesia, selalu dalam posisi yang dirugikan.
Dalam kasus flu burung, Indonsia diminta untuk mengirimkan sample virus ke WHO. “Permintaan itu ternyata dasarnya tidak begitu jelas. Hanya dikatakan bahwa Indonesia tidak akan mampu membuat vaksin flu burung, karena tidak punya peralatan dan sebagainya,” ujar Menkes. Ternyata, kiriman virus flu burung dari Indonesia itu dikomersialkan. Bahkan, sample virus dimaksud sudah sampai ke Los Alamos, tempat pembuatan bom atom.
 Indonesia, sebagai “penyumbang” virus flu burung, tidak memperoleh apa pun. Bila membutuhkan vaksin flu burung, kita harus membeli dengan harga yang mahal. “Saya pikir, perlu tatanan dan aturan main yang lebih adil, bagi semua pihak,” kata ibu 3 anak ini.
Sebelum menjadi Menteri Kesehatan RI, ia dosen tamu Fakultas Kesehatan Masyarakat dan di Pasca Sarjana Jurusan Epidemilogi Universitas Indonesia. Ia juga  pengajar di Departemen Jantung, Pembuluh Darah Pusat Jantung Nasional Harapan Kita.
Berbagai prestasi telah diraihnya. Saah satu karya ilmiahnya tentang omega-3 di Texas, AS, dianugrahi The Best Investigator Award (1994) dan Anthony Mason Award dari Universitas South Wales (1997).
Pada 20 Oktober 2004, istri Ir. Muhamad Supari ini sempat terkejut ketika ditunjuk menjadi Menkes dalam Kabinet Indonesia Bersatu, menggantikan Prof. Dr. Achmad Sujudi. “Saya akan berusaha agar Indonesia dapat memroduksi vaksin flu burung sendiri,” ujarnya.