Jumat, 28 Oktober 2011

GENERAL ANESTESI PADA LAPARATOMI EKSPLORASI ET CAUSA KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU

ABSTRACT
General anestesi merupakan suatu tindakan untuk menghilangkan nyeri secara sentral disertai hilangnya kesadaran yang bersifat reversible. Pemilihan teknik anestesi berdasarkan pada faktor-faktor seperti usia (bayi, anak, dewasa muda, geriatri), status fisik, jenis operasi, ketrampilan ahli bedah, ketrampilan ahli anestesi, dan pendidikan. Tujuan penulisan ini untuk menjelaskan dasar pemilihan teknik anestesi pada kasus laparatomi eksplorasi et causa kehamilan ektopik terganggu. Pada kasus yang dibahas ini, pasien datang dengan keluhan keluar darah sejak 2 HSMRS berupa flek-flek. Pasien mengaku tidak ada jaringan yang keluar. Pasien merasa hamil 5 minggu. Pernah melakukan PP test sendiri dengan hasil positif. Dari hasil USG didapatkan gambaran tampak cairan bebas antara lien dan ginjal (Morisson pouch), terdapat gumpalan-gumpalan darah dalam cavum Douglas, GS tidak didapatkan pada uterus. Didapatkan diagnosis Kehamilan Ektopik Terganggu dengan status operatif : ASA II. Dilakukan laparatomi eksplorasi dengan menggunakan general anestetion semi closed intubation.

Keyword: General Anestesi, semi closed intubation, KET, Laparatomi Eksplorasi,


HISTORY
Pasien G3P1A1 datang ke RS kiriman puskesmas Selomerto dengan keterangan keluar darah sejak 2 HSMRS (Sabtu, tanggal 17 Juli 2010 malam) berupa flek-flek. Pasien mengaku tidak ada jaringan yang keluar. Pasien merasa hamil 5 minggu. Pernah melakukan PP test sendiri dengan hasil positif pada tanggal 17 Juli 2010. Keluhan disertai mules, dan mual. Pasien tidak mengeluhkan pusing dan muntah.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan Umum Baik dengan kesadaran Composmentis. TB/BB : 148cm / 51,5 kg. Vital Sign: Suhu : 36.7º C; Nadi       : 92x/menit, teratur, kuat angkat; Pernafasan : 20x/menit, tipe thoracoabdominal; Tekanan darah:100/80 mmHg. Pemeriksaan Dalam didapatkan v/u tenang, dinding vagina licin, serviks tak mencucu, OUE menutup, darah (+), jaringan (-), promontorium kanan dan kiri lemas. Hasil laboratorium saat kedatangan dalam batas normal.

DIAGNOSIS
Diagnosis pre operatif : Kehamilan Ektopik Terganggu
Status operatif : ASA III

TERAPI
Dilakukan Laparatomi Eksplorasi menggunakan general anestetion semi closed intubation. Jalannya Anestesi:
Keadaan Pre-operasi
Pasien puasa selama 6 jam sebelum operasi. Keadan umum dan vital sign baik pasien baik, kooperatif. Sebelumnya pasien telah dijelaskan tentang rencana tindakan yang akan dilakukan pada dirinya dan telah menandatangani Inform Consent.
Jenis Anestesi
General Anestesi dengan teknik semi closed intubation, respirasi terkontrol dengan endotrakeal Tube No. 7
Premedikasi yang diberikan
Premedikasi yang diberikan berupa Cendantron 4 mg, ketorolac 30 mg, methyl prednisolon 125 mg diberikan secara intravena dalam waktu 5 menit sebelum induksi anestesi.
Anestesi yang diberikan
·         Induksi anestesi
Induksi anestesi pada pasien ini dengan menggunakan Ketamin  IV 100 mg dan Pelumpuh otot succinyl choline 60 mg dan atraclium 20 mg. Pasien diberi 02 murni selama 1 menit sebelum dilakukan intubasi. Setelah terjadi relaksasi, dilakukan pemasangan pipa endotrakeal (No. 7)
·         Maintenance
Status anestesi dipertahankan dengan pemberian kombinasi 02 3 liter / menit, N20 3 liter / menit, dan Halotan 1 vol%. Selama tindakan anestesi berlangsung, tekanan darah dan denyut nadi diukur setiap menit menggunakan. Tekanan darah sistole berkisar antara 100-138  mmHg, sedangkan tekanan darah diastole berkisar antara 58-90 mmHg, dan denyut nadi berkisar antara 115-141 kali / menit. Diberikan antagonis pelumpuh otot non depolarisasi, prostigmin 0,5 mg dan sulfas atrofin 0, 5 mg. Saat operasi berlangsung diberikan transfusi darah II kolf dan infus RL II kolf.
·         Keadaan post operasi
Operasi selesai dalam waktu 1 jam, 600cc. Sesaat sebelum operasi selesai, N2O dimatikan sedangkan pemberian O2 masih dipertahankan. Ekstubasi dilakukan setelah operasi selesai, sebelumnya rongga mulut dan trakea pasien dibersihkan dengan menggunakan suction untuk menghilangkan lendir yang dapat menghalangi jalan napas.
·         Ruang pemulihan (Recovery Room)
Pasien dipindahkan ke ruang pemulihan dan dilakukan observasi. Penilaian pasien ini menggunakan ”Skor Aldrete” dan diberikan O2 2-3 liter / menit, serta diobservasi Tekanan darah, denyut nadi, dan rekaman EKG pasien.

DISKUSI
Seorang perempuan usia 35 tahun dengan diagnosis Kehamilan Ektopik Terganggu menggunakan general anestetion semi closed intubation.
            General anestesi merupakan suatu tindakan untuk menghilangkan nyeri secara sentral disertai hilangnya kesadaran yang bersifat reversible. Anestesi dapat dinilai dengan tiga komponen dasar, disebut trias anestesi yang meliputi komponen hipnotik, analgesia, dan relaksasi otot.
            Pemilihan teknik anestesi berdasarkan pada faktor-faktor seperti usia (bayi, anak, dewasa muda, geriatri), status fisik, jenis operasi, ketrampilan ahli bedah, ketrampilan ahli anestesi, dan pendidikan.
Pada kasus ini digunakan ketorolax 30 mg, cendantron 4 mg, Sulfas Atropin 0,25 mg. Ketorolax merupakan analgetik kuat. Cendantron berisi ondansetron HCL  yang merupakan suatu antagonis 5-HT3 yang sangat selektif menekan mual dan muntah. Methyl prednisolon diberikan untuk menekan sistem imun. Hal ini dikarenakan pasien mempunyai riwayat alergi terhadap obat sebelumnya
Keuntungan dilakukan general anestesi adalah jika di indikasikan dibutuhkan laparatomi eksplorasi  pada perdarahan ibu. Kemungkinan terjadi akibat kegagalan mencapai hemostasis ditempat insisi atau akibat kesulitan dalam pengerjaan laparatomi.

KESIMPULAN
Pemilihan teknik anestesi berdasarkan pada faktor-faktor seperti usia (bayi, anak, dewasa muda, geriatri), status fisik, jenis operasi, ketrampilan ahli bedah, ketrampilan ahli anestesi, dan pendidikan.
Keuntungan dilakukan general anestesi adalah jika di indikasikan dibutuhkan laparatomi eksplorasi  pada perdarahan ibu. Kemungkinan terjadi akibat kegagalan mencapai hemostasis ditempat insisi atau akibat kesulitan dalam pengerjaan laparatomi.

REFERENSI
1.      Iskandar Susman. 1989. Premedikasi. Anestesiologi. FKUI. Jakarta. 59-62
2.      Muhardi. 1989. Pemilihan Cara Anestesia. Anestesiologi. FKUI. Jakarta. 63-64
3.      Satoto D, Roesli M. 1989. Obat Anestestetika Intravena. Anestesiologi. FKUI. Jakarta. 65-71

PENULIS
Bagus Winandi Arundito. Bagian Ilmu anestesi dan reaminasi. BRSD Setjonegoro Wonosobo
Sumber info