Rabu, 05 Oktober 2011

ABSES SEPTUM NASI

ABSES SEPTUM NASI

PATOFISIOLOGI

Abses Septum nasi adalah kumpulan pus yang terdapat diantara tulang rawan atau tulang para septum nasi. Kebanyakan abses septum nasi disebabkan oleh trauma yang kadang tidak disadari oleh pasien. Selain trauma, abses septum nasi juga disebabkan oleh pasca bedah atau sebagai komplikasi penyakit infeksi, bakteri pyogenik yang menyerang suatu hematom yang kemudian menjadi suatu abses.

Penyakit ini sering di awali dengan trauma pada hidung yang menyebabkan pembuluh darah di mukoperitoneum robek, sehingga darah akan berkumpul diantara tulang rawan dan mukoperitoneum yang melapisinya. Hematom ini merupakan media yang sangat mudah terinfeksi dan menimbulkan proses supurasi yang berkembang menjadi abses. Abses septum nasi dapat mengakibatkan nekrosis tulang rawan septum oleh karena menghalangi suplai darah ke tulang rawan septum nasi. jika sudah terjadi nekrosis akan menyebabkan terjadinya perforasi, sehingga proses supurasi yang semula unilateral menjadi bilateral. Destruktif tulang membentuk cavitas yang akan diisi oleh jaringan ikat. Hilangnya sebagian besar jaringan penyokong bagian bawah hidung dan adanya retraksi jaringan parut, akan menyebabkan terjadinya deformitas hidung berupa hidung pelana dan retraksi columela.

GEJALA KLINIS

Gejala abses septum nasi adalah hidung tersumbat progresif disertai dengan rasa nyeri hebat, terutama terasa di puncak hidung. Juga tedapat keluhan demam dan sakit kepala.

Obstruksi umumnya satu sisi setelah beberapa hari karena nekrose kartigalo pus mengalir ke sisi lain menyebabkan obstruksi nasi bilateral dan total. Dengan adanya proses supurasi tersebut akan terjadi penumpukan pus yang semakin lama

Semakin bertambah banyak sehingga mengakibatkan terjadinya pembengkakan septum yang bertambah besar. Biasanya pasien mengeluh hidungnya bertambah besar.

PEMERIKSAAN

a. Inspeksi

Tampak hidung bagian luar ( apex nasi) yang hiperemi, oedem, dan kulit mengkilat.

b. Palpasi

Didapatkan nyeri pada sentuhan

c. Rhinoskopi anterior

Tampak tumor pada septum nasi berwarna merah keabu-abuan, pada sentuhan terasa lunak dengan pemberian kapas yang dibasahi dengan solutio tetrakain efedrin 1% tidak mengempis.

d. Pungsi dan aspirasi

Tindakan ini berguna untuk membantu menegakkan diagnosis, pemeriksaan kultur, selain itu juga dapat mengurangi tekanan dalam abses dan mencegah terjadinya infeksi intrakranial.

PENATALAKSANAAN

a. Incisi

Incisi dapat dilakukan dengan anestasi lokal atau anestasi umum. Incisi di buat vertikal pada daerah yang paling berfluktuasi. Incisi abses dapat unilateral atau bilateral, kemudian dilakukan evakuasi pus, bekuan darah, jaringan nekrotik dan jaringan granulasi sampai bersih, kemudian dilanjutkan dengan pemasangan drain. Drain dipertahankan sampai 2-3 hari, jika drain masih diperlukan dapat dipertahankan.(8)

b. Dipasang Tampon

Pada kedua rongga hidung dipasang tampon anterior setelah dilakukan incisi dan pemasangan drain, tampon anterior tiap hari diganti, dan dipertahankan selama 2 sampai 3 hari. Bila pus masih ada luka dibuka lagi.

c. Pemberian Antibiotik

Antibiotik spektrum luas untuk gram positif dan gram negatif, serta kuman anaerob dapat diberikan secara parenteral. Sebelum diperoleh hasil kultur dan tes resistensi dianjurkan untuk pemberian preparat penicillin IV dan kloramfenikol IV, serta terapi terhadap kuman anaerob. Pada kasus tanpa komplikasi, terapi antibiotik parenteral diberikan selama 3 sampai 5 hari dan dilanjutkan dengan pemberian oral selama 7-10 hari kemudian.