Rabu, 05 Oktober 2011

TRIASE

TRIASE

Triase berkembang dari kebutuhan akan prioritas penanganan cedera pada prajurit di medan perang. Konsep ini diperkenalkan di Perancis pada awal abad ke-19. Kata triase sendiri berasal dari bahasa Perancis “Triage”(trier) yang berarti pemilahan.

Seiring perkembangan zaman, konsep ini terus berkembang dan dipergunakan hampir di seluruh dunia. Saat ini triase dipergunakan sebagai standar penyeleksian korban oleh unit-unit gawat darurat rumah sakit di berbagai negara.

Definisi

Triase adalah usaha pemilihan korban sebelum ditangani, berdasarkan tingkat kegawatdaruratan trauma atau penyakit dengan mempertimbangkan prioritas penanganan dan sumber daya yang ada.

Tujuan

Memberikan penanganan terbaik pada korban dalam jumlah yang banyak untuk menurunkan angka kematian dan kecacatan maupun resiko cedera bertambah parah.

Prinsip Triase

Pada keadaan bencana massal, korban timbul dalam jumlah yang tidak sedikit dengan resiko cedera dan tingkat survive yang beragam. Pertolongan harus diseduaikan dengan sumber daya yang ada, baik sumber daya manusia maupun sumber daya lainnya. Hal tersebut merupakan dasar dalam memilah korban untuk memberikan prioritas pertolongan.

Pada umumnya penilaian korban dalam triage dapat dilakukan dengan:

1. Menilai tanda vital dan kondisi umum korban

2. Menilai kebutuhan medis

3. Menilai kemungkinan bertahan hidup

4. Menilai bantuan yang memungkinkan

5. Memprioritaskan penanganan definitif

6. Tag warna

Triase dilakukan tidak lebih dari 60 detik/pasien dan setiap pertolongan harus dilakukan sesegera mungkin.

Kategori

Setelah melakukan penilaian, korban dikategorikan sesuai dengan kondisinya dan diberi tag warna, sebagai berikut:

1. MERAH (Immediate)

Setiap korban dengan kondisi yang mengancam jiwanya dan dapat mematikan dalam ukuran menit, harus ditangani dengan segera

2. KUNING (Delay)

Setiap korban dengan kondisi cedera berat namun penganannya dapat ditunda

3. HIJAU (Walking Wounded)

Korban dengan kondisi yang cukup ringan, korban dapat berjalan

4. HITAM (Dead and Dying)

Korban meninggal atau dalam kondisi yang sangat sulit untuk diberi pertolongan

START (Simple Triage And Rapid Treatment)

Dikembangkan oleh Hoag Hospital dan Newport Beach Fire department di Amerika Serikat, merupakan metode triase yang dapat digunakan kurang dari 60 detik dengan memberikan penilaian korban secara cepat berdasarkan:

1. Respirasi

2. Perfusi (Sirkulasi)

3. Status mental

Penilaian ini cukup ideal pada keadaan banyak korban. Penilaian yang cepat memungkinkan personil pre-hospital dapat megevakuasi dengan segera korban yang membutuhkan perawatan intensif. Pertolongan diberikan pada korban dengan jalan napas yang tersumbat dan atau mengalami perdarahan arteri yang berat.

Kategori START

START mengklasifikasikan korban secara cepat dan lebih akurat ke dalam salah satu dari empat kategori untuk ditangani. Langkah awal dari START adalah memisahkan korban yang sadar dan dapat berjalan. Mereka diminta untuk pindah ke tempat yang lebih aman, tempat yang telah ditentukan sebagai area bagi yang terluka. Korban-korban ini dikategorikan sebagai “walking wounded” dan diberi tag hijau. Mereka akan ditangani setelah korban yang lebih berat tertangani.

· Merah (Immediate)

Menilai pernapasan setelah mereposisi jalan napas. Korban yang tergolong dalam kategori ini jika pernapasan lebih dari 30 kali/menit. Capillary refill melambat (lebih dari 2 detik), atau korban yang tidak dapat melakukan sebuah perintah sederhana.

· Kuning (Delayed)

Semua korban yang tidak tergolong dalam kategori merah ataupun hijau.

· Hitam (Deceased)

Tidak ditemukan adanya napas setelah membebaskan jalan napas.

Prosedur START

Berikut ini merupakan langkah-langkah dalam melaksanakan START.

1. Menilai Pernapasan

Nilai frekuensi napas dan adekuatnya pernapasan. Jika korban tidak bernapas periksa jalan napas, segera bersihkan jika ditemukan adanya sumbatan. Reposisi kepala dalam usaha membebaskan jalan napas harus memperhatikan kontrol pada servikal. Jika korban tidak bernapas spontan, korban dikategorikan Hitam. Jika korban bernapas lebih dari 30 kali/menit, korban dikategorikan Merah. Jika napas kurang dari 30 kali/menit, segera periksa perfusi.

2. Menilai Perfusi

Cara terbaik menilai perfusi adalah menilai capillary refill di kuku. Jika capillary refill lebih dari 2 detik, menandakan sistem sirkulasi tidak adekuat, dikategorikan Merah. Jika capillary refill kurang dari 2 detik, segera periksa status mental. Jika capillary refill tidak dapat dinilai, palpasi arteri radialis, jika tidak teraba dapat berarti tekanan darah sistol dibawah 80 mmHg dan korban kemungkinan mengalami syok. Segera kontrol perdarahan dengan membebat tekan dan meninggikan ekstremitas bawah. Korban lain dapat dimintai pertolongan untuk melakukannya.

3. Status Mental

Status mental dievaluasi pada korban dengan pernapasan dan perfusi yang adekuat. Untuk menilai, gunakan perintah sederhana seperti “buka dan tutup mata” atau “genggam tangan saya”. Jika korban tidak dapat mengikuti perintah dikategorikan Merah. Jika dapat mengikuti perintah maka korban dikategorikan Kuning. Pada penilaian ini, korban yang telah dikategorikan hijau dapat dinilai kembali.