Kamis, 06 Oktober 2011

HEMOPTISIS

HEMOPTISIS

Hemoptisis adalah batuk darah/ dahak bercampur darah yang terjadi karena ada lesi di paru-paru atau bronkus/ bronkioli. Ciri-cirinya merah cerah (walau pun tidak selalu), pH alkali (basa), mengandung makrofag alveolar yang memuat hemosiderin, serta beberapa hari setelah peredaran dapat tetap terdapat garis perdarahan, berbusa (karena bercampur dahak dan udara).

Klasifikasi hemoptisis berdasarkan volume darah yang dibatukkan :

a) Bercak ( streaking).

Darah bercampur dengan sputum hal yang sering terjadi, paling umu pada bronchitis. Volume darah kurang dari 15 – 20 mL per 24 jam

b) Hemoptisis

Hemoptisis dipastikan ketika total volume darah yang dibatukkan 20 – 600 mL per 24 jam

c) Hemoptisis massif

Darah yang dibatukkan dalam waktu 24 jam lebih dari 600 mL

d) Pseudohemoptisis

Pseudohemoptisis adalah batuk darah dari struktur saluran napas bagian atas (di atas laring) atau dari saluran cerna atas (gastrointestinal) atau hal ini dapat berupa perdarahan buatan (factitious).

Berdasarkan penyebabnya :

1. Batuk darah idiopatik.

Yaitu batuk darah yang tidak diketahui penyebabnya:

insiden 0,5 sampai 58% {+ 15 %}

pria :wanita = 2 : 1

umur 30- 50 tahun kebanyakan 40-60 tahun

berhenti spontan dengan suportif terapi.

2. Batuk darah sekunder.

Yaitu batuk darah yang diketahui penyebabnya

Diagnosis

Setelah anamnesis dan pemeriksaan fisis dengan teliti, foto dada (posterioranterior harus segera dilakukan). Gambaran yang khas adanya darah di ruang pernapasan adalah bayangan pengisian alveolar yang berbercak-bercak (patchy) dan mengumpul, yang kemudian saling berhubungan dalam beberapa hari serta akan menghilang dalam 3-10hari. Akan tetapi lokasi lesi yang ditemukan di foto dada tidak selalu menunjukkan sumber perdarahan karena gambaran infiltrat bisa merupakan hasil aspirasi darah yang berasal dari tempat lain.

Hitung darah lengkap, laju endap darah, masa pembekuan dan urinalisis perlu dilakukan. Pemeriksaan sputum harus mencakup sitologi, pewarnaan untuk basil tahan asam, gram, jamur dan kultur. Analisis gas darah dan pemeriksaan koagulasi bila perlu dapat dilakukan. Bronkoskopi penting bagi evaluasi hemoptisis yang tidak jelas sebabnya untuk mencari sumber perdarahan. CT Scan dada berguna pada kasus hemoptisis bila foto dada dan bronkoskopi tidak menemukan kelainan.

Penatalaksanaan hemoptisis

1. Pembedahan

Sebelum dilakukan pembedahan harus terlebih dahulu diperiksa fungsi paru dan diketahui asal dari perdarahan (dengan pemeriksaan bronkoskopi). Pembedahan bisa segmentektomi, lobektomi, pneumonektomi.

2. Konservatif

Dasar-dasar pengobatan yang diberikan sebagai berikut :

a. Mencegah penyumbatan saluran nafas

· Bagi penderita yang mempunyai refleks batuk yang baik, dapat diletakkan dalam posisi duduk, atau setengah duduk dan disuruh membatukkan darah yang terasa menyumbat saluran pernapasan. Dapat dibantu dengan pengisapan darah dari jalan na fas dengan alat pengisap. Jangan sekali-kali disuruh menahan batuk.

· Bagi penderita yang tidak mempunyai refleks yang baik diletakkan dalam posisi tidur miring kesebelah dari mana diduga asal perdarahan, dan sedikit trendelenburg untuk mencegah aspirasi darah ke paru yang sehat. Kalau masih dapat penderita disuruh batuk bila terasa ada darah di saluran nafas yang menyumbat, sambil dilakukan pengisapan darah dengan alat pengisap. Kalau perlu dapat dipasang tube endotrakeal.

· Batuk-batuk yang terlalu banyak dapat mengakibatkan perdarahan sukar berhenti. Untuk mengurangi batuk dapat diberikan Codein 10 - 20 mg. Penderita batuk darah masif biasanya gelisah dan ketakutan, sehingga kadang-kadang berusaha menahan batuk. Untuk menenangkan penderita dapat diberikan sedatif ringan (Valium) supaya penderita lebih kooperatif.

b. Memperbaiki keadaan umum penderita

Bila perlu dapat dilakukan :

· Pemberian oksigen

· Pemberian cairan untuk hidrasi

· Tranfusi darah

· Memperbaiki keseimbangan asam dan basa

c. Menghentikan perdarahan

Pada umumnya hemoptisis akan berhenti secara spontan rata-rata dalam 7 hari. Pemberian kantongan es diatas dada, hemostatiks, vasopresim (Pitrissin)., ascorbic acid ikatakan khasiatnya belum jelas. Apabila ada kelainan didalam factor-faktor pembekuan darah, lebih baik memberikan faktor tersebut dengan infus.

d. Mengobati penyakit yang mendasari

Pada penderita tuberkulosis, disamping pengobatan tersebut diatas selalu diberikan secara bersama tuberkulostatika. Kalau perlu diberikan juga antibiotika yang sesuai.