Jumat, 28 Oktober 2011

PENGGUNAAN ENDOTRACHEAL TUBE PADA PASIEN PERITONITIS PRO LAPARATOMI EKSPLORASI DENGAN STATUS FISIK ASA 1

Abstrak
Pada pasien tidak sadar atau dalam keadaan anestesi posisi terlentang, tonus otot jalan napas atas dan otot genioglosus menghilang, sehingga lidah akan menyumbat hipofaring dan menyebabkan obstruksi jalan napas baik total atau parsial. Keadaan ini sering terjadi dan harus cepat dikoreksi dengan beberapa cara, misalnya maneuver triple jalan napas (triple airway maneuver), pemasangan alat jalan napas faring (faringeal airway), pemasangan alat jalan napas sungkup laring (laryngeal mask airway), dan pemasangan pipa trakea (endotrakeal tube). Obstruksi juga dapat disebabkan oleh karena spasme laring pada saat anestesi ringan dan mendapat rangsangan nyeri atau rangsangan oleh sekret. Intubasi trakea ialah tindakan memasukkan pipa trakea ke dalam trakea melalui rima glottis, sehingga ujung distalnya berada kira-kira di pertengahan trakea antara pita suara dan bifurkasio trakea. Intubasi trakea adalah tindakan memasukkan pipa endotrakeal ke dalam trakea sehingga jalan nafas bebas hambatan dan nafas mudah dibantu atau dikendalikan. Ekstubasi trakea adalah tindakan pengeluaran pipa endotrakeal. Intubasi trakea dapat dilakukan oleh para pelaku kesehatan dalam situasi-situasi tertentu, seperti pingsan atau mabuk, anestesi umum, memanipulasi diagnosis dari pada aliran udara seperti pada bronkoskopi, prosedur operatif endoskopi untuk aliran udara seperti pada terapi laser, dan pasien yang membutuhkan bantuan pernapasan, termasuk resusitasi jantung-paru. Ada beberapa macam pipa trakea untuk intubasi mulut atau hidung. Pipa-pipa dapat berupa pipa yang fleksibel atau pipa yang sudah terbentuk dan juga jenis yang relatif sudah kaku atau keras. Untuk pipa bagi orang dewasa terdapat semacam sebuah pentolan yang dapat dilebarkan untuk mengurung aliran air bawah agar tidak terjadi kebocoran udara. Pipa-pipa endotrakeal khusus yang memiliki lumen ganda sudah dikembangkan untuk paru-paru dan operasi intratoraks lain. Pipa-pipa tersebut dapat membuat sebuah ventilasi paru-paru sementara paru-paru yang lain dapat dikempiskan untuk membuat proses pengoperasian menjadi lebih mudah. Pipa pediatrik yang lebih kecil pada umumnya tidak mempunyai pentolan, karena hal ini bersangkutan dengan aliran darah ke dalam batang tenggorokan, meskipun untuk beberapa keadaan mengharuskan seorang bayi atau anak-anak mendapatkan pipa yang berpentolan agar mendapat aliran udara yang cukup kuat pada saluran ventilasinya.
Kata kunci : endotracheal tube, intubasi, trakea

Kasus
Seorang laki-laki, 60 tahun, datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri perut dan kembung yang dirasakannya sejak siang hari dengan disertai mual, muntah dan tidak ada demam. Pasien mengeluh tidak kentut dan tidak buang air besar sejak 7 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga demam tinggi 4 hari sebelum masuk rumah sakit, dan oleh keluarganya diberikan cacing kalong yang digerus, lalu demam turun dan berkeringat.
Dari pemeriksaan tampak keadaan kesakitan jika perut dipegang dan mengerang kesakitan. Suhu 38 OC. Pada abdomen tampak distended, peristaltik (menurun), nyeri tekan (+) di \seluruh kuadran abdomen, defans muskular (+), hepar/lien tak teraba, hipertimpani di seluruh kuadran abdomen, redup hepar menghilang. AL 18,2 ribu/µl. Pemeriksaan rontgen abdomen preperitoneal fat line kabur, tampak udara usus merata, penebalan dinding usus, dan tampak adanya udara bebas. Kesan radiologis sesuai gambaran peritonitis. Airway   : clear, malampati I, TMD ≥ 6,5, Breathing : spontan, RR 24x/mnt, SD vesikuler, Circulation : TD 120/80 mmHg, HR 98 x/mnt, Defibrillation : CM.

Diagnosis
Diagnosis pre operatif  :  peritonitis
Status operatif             :  ASA 1

Terapi
-           Dilakukan laparatomi eksplorasi  menggunakan general anestesi dengan respirasi terkendali menggunakan intubasi endotrakheal tube.
-           Awasi KU dan Vital Sign
-           Lengkapi informed consent anestesi
-           Puasa 8 jam pre-operasi
-           Lain-lain sesuai TS Bedah

Diskusi
Berdasarkan status fisik pasien ASA I dengan peritonitis, jenis anastesi yang paling baik digunakan dalam laparotomi eksplorasi adalah general anastesi. Teknik general anastesi yang dipilih adalah semi open closed, nafas kendali dengan endotracheal tube nomor 8. Untuk premedikasi diberikan Midazolam  2.5 mg diberikan secara intravena dalam waktu 5 menit sebelum induksi anestesi dan induksi diberikan Propofol 100 mg, serta pemeliharaan dengan kombinasi 02 3 liter / menit, N20 3 liter / menit, dan sevoflurane 2 vol%.
Intubasi trakea ialah tindakan memasukkan pipa trakea ke dalam trakea melalui rima glottis, sehingga ujung distalnya berada kira-kira dipertengahan trakea antara pita suara dan bifurkasio trakea.
Intubasi Trakea dapat dilakukan oleh para pelaku kesehatan (Paramedis) dalam situasi-situasi tertentu, seperti: pingsan atau mabuk, anesthesia umum, memanipulasi diagnosis dari pada aliran udara seperti pada Bronchoscopy, prosedur operative Endoscopic untuk aliran udara seperti pada therapy laser, pasien yang membutuhkan bantuan pernapasan, termasuk Cardiopulmonary Resuscitation.
Sebelum mengerjakan Intubasi Trakea, peralatan yang digunakan dapat disingkat dengan STATICS, yaitu S (Scope, laringoskop, steteskop), T (Tubes, pipa endotrakeal), A (Airway Tubes, pipa orofaring / nasofaring), T (Tape, plester), I (Introducer, stilet, mandren), C (Connector, sambungan-sambungan),  S (Suction, penghisap lendir).
Metode pengamatan untuk menentukan ketepatan penempatan pipa intubasi adalah sebagai berikut : pengamatan langsung saat pipa dimasukkan kedalam pita suara, suara nafas bilateral pada auskultasi didalam dada pasien yang terdengar jelas dan teratur, tidak ada suara-suara pada auskultasi di epigastrium, dada mengembang secara teratur seirng dengan ventilasi, pengembungan pada pipa, tidak adanya partikel kecil dari perut di dalam pipa.
Komplikasi tindakan intubasi trakea dapat terjadi saat dilakukannya tindakan laringoskopi dan intubasi, selama pipa endotrakeal dimasukkan dan setelah dilakukannya ekstubasi.

Kesimpulan
Pada pasien tidak sadar atau dalam keadaan anestesi posisi terlentang, tonus otot jalan napas atas dan otot genioglosus menghilang, sehingga lidah akan menyumbat hipofaring dan menyebabkan obstruksi jalan napas baik total atau parsial. Keadaan ini sering terjadi dan harus cepat dikoreksi dengan beberapa cara, misalnya maneuver triple jalan napas (triple airway maneuver), pemasangan alat jalan napas faring (faringeal airway), pemasangan alat jalan napas sungkup laring (laryngeal mask airway), dan pemasangan pipa trakea (endotrakeal tube). Intubasi trakea ialah tindakan memasukkan pipa trakea ke dalam trakea melalui rima glottis, sehingga ujung distalnya berada kira-kira di pertengahan trakea antara pita suara dan bifurkasio trakea. Intubasi trakea adalah tindakan memasukkan pipa endotrakeal ke dalam trakea sehingga jalan nafas bebas hambatan dan nafas mudah dibantu atau dikendalikan. Intubasi trakea dapat dilakukan oleh para pelaku kesehatan dalam situasi-situasi tertentu, seperti pingsan atau mabuk, anestesi umum, memanipulasi diagnosis dari pada aliran udara seperti pada bronkoskopi, prosedur operatif endoskopi untuk aliran udara seperti pada terapi laser, dan pasien yang membutuhkan bantuan pernapasan, termasuk resusitasi jantung-paru.

Referensi
1.    Latief, SA., Suryadi, KA., Dachlan, R. 2002. Petunjuk Praktis Anastesiologi. Edisi Kedua. Bagian Anastesiologi dan Terapi Intensif. Jakarta : FKUI.
2.    Mangku, Gde dan Senapathi, Tjokorda GA. 2010. Buku Ajar Ilmu Anestesia dan Reanimasi.  Jakarta : Indeks Jakarta
3.    Mansjoer, Arif dkk. 2005. Intubasi Trakea, Dalam : Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius
4.    Morgan GE, Mikhail MS, J.Murray M., 2006. Clinical Anesthesiology 4th edition. McGraw Hill. New York.
5.    Muhardi, M , dkk. 1990. Anastesiologi. Bagian Anastesiologi dan Terapi Intensif. Jakarta: FKUI
6.    Muhiman, M, dkk. 2000. Anastesiologi. Bagian Anastesiologi dan terapi Intensif. Jakarta : FK UI.
7.    Yao, F.S.F, Artusio. 2010. Anesthesiology, Problem Oriented Patient Management. Lippincott Williams and Wilkins, USA.

Penulis
Aci Indah Kusumawardani, Bagian Ilmu Anestesi dan Reanimasi, RSD. Panembahan Senopati Bantul
Sumber info