Minggu, 09 Oktober 2011

Penyakit Oklusi Pembuluh Arteri Kronis

Penyakit Oklusi Pembuluh Arteri Kronis

Terdapat perubahan organis berupa penyempitan (stenosis) dan oklusi (obliserasi) pada lumen pembuluh arteri.

Etiologi
Aterosklerosis yang ditandai dengan hilangnya elastisitas dinding arteri dan menebalnya lapisan intima dengan terbentuknya ateroma yang akan menyebabkan penyempitan lumen arteri.

Patofisiologi
Prosesterjadinya ateroslerosis
1.      Terjadi jejas pada endotel pembuluh darah, jejas bisa berupa Hiperlipidemia, hipertensi, merokok, homosistein, faktor hemodinamik, toksin virus maupun reaksi imun.
2.      Disfungsi endotel, apabila endotel lama terkena jejas seperti diatad, maka akan terjadi disfungsi endotel berupa peningkatan permeabilitas, perlekatan leukosit, perlekatan dan emigrsai monosit.
3.      Setelah terjadi disfungsi endotel maka akan terjadi emigrasi sel otot polos dari tunika media ke tunika intima, kemudian juga terjadi pengaktifan makrofag. Makrofag ini nanti akan memanggil medator inflamasi.
4.      Makrofag dan sel otot polos menelan lemak.
5.      Terjadi proliferasi sel otot polos, pengendaapn kolagen dab lemek ekstra sel sehingga membuat pembuluh darah menjadi l, lebih sempit, lebih kaku dan kurang elastis
Penyempitan lumen meningkatkan resistensi terhadap aliran darah sehingga aliran darah ke jaringan diluar lesi akan berkurang, jika kebutuhan oksigen pada jaringan tersebut tidak tercukupi maka jaringan tersebut akan mengalami iskemia.’
Untuk dapat menimbulkan gangguan pada pembuluh darah maka suatu lesi tunggal harus mengurangi diameter lumen 50%- 70%. Namun beberapa lesi stenosis timbul secara berurutan, misalnya pada aterosklerosis sehingga dapat memperburuk gangguan darah. Keparahan iskemia disebalah distal tidak hanya bergantung pada lokasi dan luasnya oklusi tetapi juga bergantung pada aliran kolateral disekitar lesi.
Perubahan jaringan yang terjadi akibat iskema total:
ü  Perubahan trofik kulit dan kuku (berupa penebalan kuku dan kulit mongering)
ü  Rambut rontok terutama di bagian dorsal kaki dan jari- jari kaki
ü  Timbul perbedaan suhu antara daerah yang dingin dikarenakan perfusi yang buruk dan daerah yang lebih hangat karena perfusinya cukup.
ü  Pengecilan otot tungkai dan jaringan lunak.

Diagnosis
Terdapat 4 stadium klinis:
Stadium I :
tanpa keluhan, karena cadangan aliran darah yang disediakan pembuluh kolateral   masih jauh mencukupi untuk mensuplai darah ke daerah distal, keluhan muncul jika ada kerja otot yang berlebihan. Pada stadium ini gangguan hanya dapat diketahui dengan angiogrfi kadang terdengar bising di tempat itu.

Stadium II :
Menunjukkan keterbatasan kesanggupan berjalan dan rasa nyeri tergantung pada derajat kompensasi dan lokalisasi dari oklusi yang menyebabkan pasien berhenti berjalan.

Stadium III :
Menunjukan tanda- tanda ketidak cukupan aliran kolateral dimana dalam keadaan istirahat saja pasien sudah nyeri hal ini memburuk pada malam hari, nyeri bertambah jika ekstrimitas ditinggikan dan bila direndahkan rasa nyeri akan berkurang.

Stadium IV :
Menunjukkan adanya lesi pada akral kulit dengan atau tanpa nyeri saat istirahat.

Terapi:
a.       Pengontrolan faktor resiko:
ü  Merokok harus dihentikan karena rokok dapat menyebabkan vasokonstriksi, agregasi trombosit meningkat, serta peningkatan viskositas dan tekanan darah.
ü  Kontrol kadar gula pada pasien penderita diabetes militus, penanganan hipertensi, menormalisasikan kadar lemak dan asam urat, serta menurunkan berat badan pada pasien obesitas.
ü  Olahraga, sangat membatu dalam pengobatan klaudikasio intermiten. Respon terapeutik pada latihan fisik mampu bertahan untuk suatu periode waktu dan kemungkina besar disebabkan oleh bertambahnya aliran kolateral.
b.      Perawatan pada kaki sangat penting untuk mencegah infeksi dan ulserasi traumatika.
ü  Perhatikan kebersihan kaki dan perawatan kuku serta hindari trauma dan suhu yang ekstrim.
ü  Pasien Diabetes militus harus diajari untuk memeriksa adanya vesikel- vesikel dan kemerahan atau trauma pada kaki sehingga diharuskan memakai sepatu yang tepat dan sesuai untuk menghindari luka. Hal ini dilakukan karena menghidari luka itu penting sebab kerantanan terhadap luka meningkat dikarenakan fungsi sensoriknya terganggu, kemampuan sembuhnya menurun karena insufisiensi arteri.