Wanda Sari Harahap |
Sejak lulus dari Hubungan Internasional Universitas Katolik Parahiyangan, Bandung, dia menggeluti bidang health communication. Awalnya adalah ketika dia bergabung dengan Population Council pada 1999, yang bergerak di bidang kesehatan reproduksi. Dari situ, ia langsung jatuh hati pada dunia health communication.
“Bekerja di bidang ini, seperti kesehatan reproduksi, memberikan saya kesempatan untuk belajar masalah kesehatan secara umum. Di sini, ada masalah gender bahwa kesehatan reproduksi pria dan wanita berbeda, dan cara perawatannya juga berbeda,” ujar ibu dua anak (Talitha Rahma Harahap 7 tahun dan Radhiya Malihan Harahap 15 bulan).
Tugasnya ketika itu adalah, bagaimana memperbanyak artikel di media cetak mengenai masalah kesehatan reproduksi. Tak lain karena masalah kesehatan reproduksi di media cetak dinilai tidak ‘seksi’. Dalam arti, belum banyak jurnalis yang tertarik menulis mengenai masalah itu.
Dari situ, dia kemudian pindah ke agensi PR. Dia mengatakan bahwa seb enarnya, dia sudah terlanjur suka pada health communication. “Mereka mengerti dan memberikan tugas kepada saya, untuk menangani masalah health communication,” kata perempuan yang punya hobi renang ini.
Di sini, Wanda Sari bertemu dengan bermacam-macam klien dari bidang health care. Bukan hanya farmasi, tapi juga rumah sakit. Dari sini pula dia mengenal perusahan-perusahaan farmasi multinasional. Tahun 2004 dia hijrah ke sebuah perusahaan farmasi. Dan sejak tahun 2005, ia memutuskan untuk bergabung dengan Novartis Indonesia.