“Banyak tantangan yang kita hadapi, untuk memajukan dunia kedokteran Indonesia,” ujar Prof. DR. med. Tri Hanggono Achmad, dr, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung, saat ditemui di sela acara The 10th Asia Pacific & 7th Indonesia A4M conference & Expo on Anti-Aging & Regenerative Medicine, 21-23 Oktober 2011, di Sanur Paradise Plaza Hotel, Bali. Menurutnya, dibandingkan dengan negara lain seperti Jerman, yang kurang dari Indonesia adalah bidang riset dan teknologi kedokteran. Selama ini, kita menciptakan dokter yang kebanyakan menjadi praktisi dan jarang yang kemudian menjadi peneliti. “Mungkin karena kurang dukungan atau masih sempitnya lahan penelitian kita,” ujarnya.
Anak bontot dari tiga bersaudara ini lahir dari keluarga yang aware terhadap dunia kesehatan. Kedua kakaknya menjadi ahli bedah urologi dan ahli penyakit dalam. “Kenapa saya tertarik meneliti dan mendidik, karena saya ingin Indonesia lebih maju di bidang ilmu kedokteran dan riset. Jalan satu-satunya adalah menjadi pengajar atau peneliti,” ujarnya.
Pria yang studi biokimia di Jerman ini, sudah beberapa kali melakukan penelitian. Sepulang dari studi di Jerman, ia melakukan riset mengenai tissue culture yang digunakan sebagai media penting dalam proses aterosklerosis. Dari beberapa penelitian yang dilakuka, ia mendapat penghargaan dari dalam mau pun luar negeri.
“Pada jaman saya, penelitian belum begitu di lirik. Jadi, saya memutuskan untuk terjun ke dunia pendidikan,” ujarnya. Ia mencoba memperbaiki pendidikan kedokteran di Fakultas Kedokteran Unpad, Bandung. Karena kemampuan dan keberhasilanya, ia kemudian diangkat menjadi dekan. Ia juga bertanggung jawab dalam menetapkan ujian nasional kedokteran. Dalam uji kompetensi dokter Indonesia, professor yang hoby mengunjungi obyek wisata bersama keluarga ini, juga punya andil. ‘Semua itu bertujuan untuk system yang lebih baik,” ujarnya.
“Saat di Bali, saya sempatkan ke GWK (Garuda Wisnu Kencana), meski panas tapi mengasyikkan. Sambil menyantap makanan khas daerah setempat, itu sempurna,” ia tertawa.