Pemberian ASI eklusif penting dilakukan, karena dalam ASI terdapat komponen dan zat-zat nutrisi yang dapat melindungi bayi dari beberapa penyakit tertentu. Hal ini tidak dimiliki susu formula,” ujar dr. Margareta Komalasari, SpA di sela seminar awam di RSPP, Jakarta. Beberapa penelitian membandingkan pemberian ASI ekslusive selama 6 bulan vs bayi yang hanya diberi susu formula. Hasilnya, pada bayi yang diberi ASI ekslusif risiko terjadinya Ispa dan diare lebih rendah sebesar 50%, dibandingkan yang mendapatkan susu formula. Dan IQ anak yang mendapatkan ASI ekslusif, lebih tinggi 5-10 point dibandingkan yang tidak, pada penelitian lain.
Ketertarikanya pada dunia anak, ketika ia berpikir jika suatu ketika punya anak, tidak perlu susah-susah mengobati karena sudah bisa menangani sendiri. Apa yang dipelajari ia coba adaptasikan kepada anaknya. Seperti manfaat ASI dan bagaimana memacu tumbuh kembang anak yang baik. Ia terapkan pada anaknya sebagai pola pengasuhan. “Ketiga anak saya beri ASI ekslusife selama 6 bulan full, memang hasilnya lebih baik.”
Edukasi untuk memberikan ASI ekslusive, banyak mengalami tantangan. Kita berhadapan dengan kebiasaan masyarakat yang sudah turun temurun dan sudah mendarah daging. “Contoh yang real akan meyakinkan masyarakat,” katanya. Misalnya dengan pengalaman sendiri, disertai kajian literature bahwa anak yang diberi ASI ekslusive memiliki IQ atau immunitas yang kuat, dibandingkan dengan anak yang tidak diberikan ASI eksklusive.
Istri dr. Febriansyah Darus, SpOG ini menyukai film action dan film-film kolosal. Dari film yang ditonton, ia tidak pernah memikirkan siapa aktor/aktrisnya, tapi lebih pada bagaimana alur ceritanya. Menurutnya, dari cerita film banyak yang bisa kita ambil hikmahnya dan menjadi pembelajaran. Sayang, ia jarang bisa nonton film di gedung bioskop, karena kesibukannya.
Saat libur, ia sering ke retoran Jepang favoritnya, bersama anak dan suami. Suka masakan Jepang karena, “Selain rasanya enak, cara makannya unik. Masakan Jepang juga memiliki taste yang berbeda.”