“Perjuangan untuk mencapai cita-cita, merupakan pengalaman yang berharga,” ujar dr. Rio Hermanto Nurya, Direktur Eka Hospital, BSD, Tanggerang. Salah satu yang masih diingat dan tidak akan terlupa, adalah saat masih menjadi mahasiswa di Jakarta. Setiap pagi pada tahun 1988-1993, ia harus lari mengejar bis untuk bisa sampai ke Jakarta (dari Bogor) tepat waktu. Tujuannya tak lain untuk berhemat. “Saya bukan dari keluarga mampu, kehidupan kami saat itu pas-pasan,” ujarnya.
Motifasi lain dari kelahiran Bandung, 14 September 1965, ini adalah melihat kondisi adiknya yang saat itu mengalami kelainan katup jantung (VSD). Ia iba melihat adiknya harus keluar masuk rumah sakit, untuk mendapat perawatan dokter. Keinginannya bertambah kuat untuk menjadi dokter.
Kepuasan menjadi dokter adalah ketika bisa menolong pasien hingga sembuh. “Rasa itu tidak bisa terbayarkan dengan apa pun,” ujarnya. Menurutnya, banyak dokter kurang peduli untuk menciptakan komunikasi yang baik dengan pasien. Mungkin karena terlalu sibuk, atau karena banyak pasien yang menunggu.
Komunikasi yang efektif merupakan hal rpenting yang harus dilakukan dokter. Berikan waktu yang cukup, dengarkan keluhan pasien, lalu berikan penjelasan. Hal ini akan meningkatkan kepercayaan pasien kepada kita. “Pasien nggak perlu ke luar negri untuk berobat, karena dari sisi peralatan dan kompetensi Indonesia tidak kalah dari negara lain,” ujarnya.
Hobi, ayah 2 orang anak (Brandon Clementius dan Bryan Christian) adalah bermain musik dan menyanyi. Alat musik yang biasa dimainkan adalah gitar. Saat di bangku SMA dulu, ia meraih juara 1 lomba menyanyi lagu solo rohani, se kota Bogor. Sekarang masih sering menyanyi? “Ya, kadang-kadang, kalau ada waktu luang. Nyanyi sambil main gitar,” ia tertawa.
Meski sibuk, saat libur atau week end, dr. Rio berusaha meluangkan waktu untuk santai atau olahraga bersama keluarga. “Biasanya kami berenang atau berwisata kuliner, terutama menikmati masakan khas sunda. Sambalnya itu lho, yang bikin kangen. Ha ha ha ha ha.”