“Gaya hidup anak-anak tempo dulu, semisal main petak umpet atau berlari-larian perlu digiatkan lagi. Ya, supaya generasi muda kita lebih sehat,” ujar Prof. Dr. dr. Rully M.A Roesli SpPD-KGH, Ketua Perhimpunan Hipertensi Indonesia, saat acara buka bersama di Rumah Sakit Khusus Ginjal (RSKG) Ny. RA Habibie, Bandung, yang 10 Agustus 2011 lalu genap 23 tahun.
Sekitar tahun 1980-an, ia melanjutkan studi S3 di Groningen, Belanda, untuk mendalami tentang penyakit ginjal. Kenapa tertarik pada masalah ginjal? “Sekitar tahun 1980-an, saya sudah banyak mendapat pasien dengan gagal ginjal kronik. Jika terjadi pada mereka yang tidak mampu, bisa dipastikan pasien akan meninggal karena tidak bisa membiayai pengobatan yang memang mahal,” ujarnya.
Maka, usai studi di Belanda, meski ditawari bekerja di sana, ia menolak. Perhitungannya, jika menerima tawaran sang professor di Belanda tersebut, ia hanya mengikuti jalan yang sudah ada, yang ibaratnya sudah seperti jalan tol yang lurus tanpa hambatan. “Keinginan saya kuat. Saya ingin membantu pasien di Indonesia, meski jalan yang dihadapi bakal susah dan berliku,” ujarnya.
Setelah bercerita pada profesornya tentang kondisi fasilitas kesehatan di Indonesia saat itu, Prof. Rully disarankan mencari dana ke sebuah yayasan, yang biasa membantu pasien/rumah sakit untuk cuci darah. Permohonannya dikabulkan, dan ia segera pulang ke Indonesia untuk memberikan pelayanan hemodialisa kepada pasien, gratis. “Pembukaan rumah sakit kami lakukan pada tangal 8, bulan 8 tahun 1988, yang waktu itu lokasinya di Jalan Aceh, Bandung. Dilakukan pada dua orang yaitu Ny. Tan, dan seorang lagi bernama Agus,” tambahnya.
Ia bersyukur dapat membantu banyak pasien yang harus menjalani HD. Terlebih, saat ini ada program Jamkesmas yang dinilainya sangat membantu pasien. Ke depan, ia berharap dapat membantu pasien lebih banyak lagi. Bukan hanya dalam hal pengobatan, namun ke arah pencegahan dengan melalui edukasi gaya hidup sehat. (Ant)