“Selalu berdoa, agar diberi umur panjang dan tetap sehat.” Ini resep dr. Aswapi Hadiwakarta, SpTHT(K) sehingga selalu sehat, bugar dan masih bisa melayani pasien di usianya yang 73 tahun. Awalnya, ia sempat bingung mau masuk fakultas kedokteran karena kendala biaya. Beruntung, ia mendapat beasiswa pada tahun 1956 untuk selama 6 tahun, saat menjadi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Kelahiran Cirebon, Jawa Barat, ini pun lulus menjadi dokter.
Sebelum masuk FKUI, ia diterima di teknik ITB (Institut Teknologi Bandung) dan sempat mengikuti pelatihan Trikora (Tri Komando Rakyat) selama sebulan. “Sebenarnya, saya juga tertarik pada teknik. Karena kendala biaya, saya prioritaskan untuk memperoleh beasiswa kedokteran,” ujarnya.
Pengalaman unik saat pertama kali praktek?. “Saya pernah mendapat pasien seorang ibu yang menderita alergi rhinitis dan tidak sembuh-sembuh. Berobat ke saya, dia sembuh. Pasien membayar dengan cara meminjamkan mobilnya untuk transportasi praktek saya. Alasannya, dia tahu saya baru lulus, tempat tinggal jauh dan penghasilan masih kurang,” kata suami Z. Hawilis sambil tertawa.
Kesibukan kadang memaksanya hingga pulang malam. Tapi, ayah 4 anak ini (Prima, Dwidy, Novandri, dan Firzani) selalu berusaha untuk meluangkan waktu bagi keluarga. Hari Minggu dimanfaatkan untuk acara keluarga, seperti jalan-jalan atau makan bersama.
“Kalau tidak ada acara keluarga, saya meluangkan waktu untuk hobi saya, menyanyi. Semua lagu saya suka, tapi lebih suka musik pop dan keroncong. Keroncong saya pernah mendapat juara 2 di FKUI. Kalau musik pop, saya suka lagu-lagu Broery Marantika,” katanya.
Apa harapannya bagi dunia kedokteran di Indonesia? “Minat baca generasi muda sekasrang perlu ditingkatkan. Khususnya membaca buku yang berhubungan dengan pengetahuan kedokteran, agar menjadi generasi yang berkualitas dan memiliki banyak referensi,” kata pria yang hobi masakan pedas ini.