dr. A Mulawarman Jayusman SpP(K) |
Pria berpawakan tinggi besar ini, sejak SD sudah bercita-cita menjadi dokter. Ia terinspirasi oleh uwak (kakak dari ibu) yang menjadi professor dalam ilmu kebidanan. Sebagai mahasiswa fakultas kedokteran, untuk maju ia banyak bergaul dengan mahasiswa senior dan banyak bertanya kepada dosen.
Kini, ia sedang giat menekuni dunia peternakan. Mulai dari ternak unggas, kambing dan sapi di areal seluas 13 Ha di kampung Cipeuteuy, yang terletak di lereng Gunung Halimun. Ketertarikannya ini didasari kecintaannya pada alam. “Di kampung, kita bisa berinteraksi dengan warga. Hal ini tidak bisa kita dapatkan di kota besar seperti Jakarta,” ujarnya
Setiap minggu, ia datang ke sana untuk melihat perkembangan peternakan dan usaha perkebunanya yang telah dirintis beberapa tahun lalu, dengan 15 tenaga kerja. “Yang menarik buat saya adalah ketika menikmati pemandangan alam lereng Gunung Halimun, sambil lari-lari kecil ditemani istri,” katanya sambil tersenyum.
Dibantu istrinya, Yetti Iswara (psikolog), dibuka balai pengobatan gratis mulai pukul 07-09.00 setiap minggu. Obat pun ia berikan gratis kepada pasien. Ia sadar, 2.5% dari rejeki yang diperoleh harus disisihkan bagi mereka yang membutuh. “Di Cipeuteuy saya mendapat banyak pelajaran, termasuk jangan su’udzon kepada orang lain” ujar kelahiran Jakarta, 23 september 1956. Diberikan juga bantuan sarana pendidikan mulai TK, SD sampai SMP.
Kalau harus memilih antara menjadi dokter dan pengusaha, pria yang hobi mengendarai moge (motor gede) ini menjawab, “Saya pilih kedua-duanya.” Menurutnya, jika hanya menjadi dokter tidak cukup. Bukan dalam hal penghasilan, melainkan, “Bisa bertemu dengan masyarakat di pedesaan, merupakan hal yang sangat menyenangkan.”