dr. Sukarliono |
Bukan hanya itu saja penyakit yang diderita dr. Karli, panggilan akrab sukarliono. Sejak SMA dia juga menderita alergi. Setiap jam 5 pagi, dia bersin-bersin. Dan, di tingkat tujuh Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga, dia terjaring menjadi sampel penelitian dosennya. Dosennya menilai, kadar Hbnya sangat rendah dan divonis menderita talasemia minor.
Hal-hal inilah yang membuat pria kelahiran Kediri, 22April 1959 ini, mencoba mencari pengobatan alternative. “Saya berfikir apa tidak ada metode yang lain untuk terbebas dari penyakit-penyakit ini,” ujar bapak dari 4 orang anak itu. “Saya mulai baca-baca buku pengobatan alternative. Hingga saya ketemu buku berjudul ‘stop aging now,” tambahnya. Buku ini mengenai masalah menghentikan penuaan dengan menggunakan nutrisi, suplemen, antioksidan dan sebagainya.
“Setelah itu, saya mulai mengkonsumsi suplemen,” kata dr. Karli. Kemudian, pada 1997, dia mendalami radikal bebas. Pada waktu itu, dia belajar dengan ahlinya, Professor Yukiniwa dari Jepang. Teorinya, semua penyakit itu karena radikal bebas. Kemudian, tahun 1987, dia bertemu pakar detoksifikasi. “Dia mengatakan bahwa semua penyakit berasal dari toksin,” ujarnya. Dari situ, dia terus mencari dan pada 1999, dia belajar mengenai colon cleansing dari ahlinya, Bernard Jensen. “Tetapi, waktu itu saya belajar dengan muridnya,” tambahnya.
Sejak mendalami pengobatan alami ini, dia merasakan penyakitnya berangsur hilang. Setahun setelah belajar colon cleansing, saya menderikan pengobatan alamiah dengan nama natural healing center di Jalan Dempo, Matraman, Jakarta. Namun, dengan colon cleansing tidak semuanya sembuh. Ternyata faktor pikiran juga berperan. Dia kemudian mencari dari berbagai literature dan pengalaman. Dan, menemukan terapi mind cleansing. “Dari situ, akhirnya saya memadukan antara colon cleansing dan mind cleansing,” ujarnya. Sejak 2006, nama kliniknya berubah namanya menjadi detok dr. Karli.