“Tak kenal maka tak sayang,” ujar dr. Darmawan Budi Setyanto SpA (K), di sela-sela peringatan hari Pneumonia Sedunia, 9 November 2010 di Jakarta. Kepala Divisi Respirologi Departemen IKA FKUI ini menyatakan, sebagian besar masayarakat kita tidak mengetahui apa itu pneumonia. Berdasar survei yang dilakukan pada perawat anak dan orang tua, hanya seperlima dari mereka yang mengetahui gejala pneumonia. Padahal, penyakit ini merupakan penyebab kematian anak nomor 1 di dunia. Pneumonia telah mengakibatkan kematian lebih dari 2 juta bayi, atau 1 dari 5 kematian balita di seluruh dunia setiap tahunya.
Umumnya, pneumonia ditandai dengan demam, batuk pilek atau yang dikenal dengan istilah selesma (common could). Setelah itu, diikuti dengan nafas yang cepat dan sesak. “Dalam kondisi ini, orangtua harus segera membawa anaknya ke rumah sakit. Jika tidak, akan mengakibatkan kegawatan,” ujarnya.
Menurut kelahiran Jogjakarta, 11 April 1961 ini, semakin kecil usia anak maka semakin tidak terkontrol gejala demamnya. Padahal, demam merupakan salah satu pertanda penting terjadinya infeksi. Hal ini disebabkan karena pada anak, kemampuan untuk merespon infeksi masih belum ada sehingga gejala demam tidak diketahui.
Beberapa faktor lain juga mempengaruhi terjadinya pneumonia. Seperti lingkungan yang kumuh, tempat tingal yang kotor, tingkat pendidikan yang masih rendah dan kemiskinan. “Semua itu, harus bersama sama kita perangi,” katanya.
Salah satu strategi kunci pengendalian pneumonia adalah, dengan menurunkan angka kelahiran bayi premature/dengan berat badan rendah, pemberian ASI eksklusive selama 6 bulan, gizi cukup dan seimbang di semua usia anak, imunasi, serta menciptakan lingkungan bebas asap dan polusi lainnya. Peringatan World Pneumonia Day yang kedua ini mengambil tema Fight Pneumonia, Save a Child.