Prof. H. Suhatno |
Profesor yang gemar menyanyikan lagu campursari ini, juga selalu ingat pada falsafah seperti nrima ing pandum (selalu bersyukur atas pemberian Tuhan), menehi payung wong kang kodanan (memberikan payung/perlindungan kepada mereka yang kehujanan), menehi obor wong kang kepetengan (memberikan sinar terang kepada mereka yang dalam kegelapan).
Intinya, kita harus mendedikasi diri kepada masyarakat, dan jangan hanya mementingkan diri sendiri. Prof. Suhatno berharap, ilmu kedokteran dan kesehatan di Indonesia bisa berkembang seperti di negara-negara lain di dunia. Dengan jumlah penduduk Indonesia yang banyak, sangat memungkinkan bagi dokter atau para peneliti melakukan berbagai penelitian di bidang kesehatan. Misalnya, dalam hal pengobatan dengan bahan alami (herbal), pengobatan tradisional serta komplementer.
“Kita harus selalu haus ilmu pengetahuan. Caranya dengan belajar ke center kesehatan di luar negri, melalui internet atau media informasi lain,” ujar profesor yang sempat bercita-cita menjadi insinyur ini.
Dinyatakan, campur tangan pemerintah sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas pengobatan di Indonesia. Seperti, penyediaan alat-alat kesehatan terutama di Puskesmas serta asuransi kesehatan bagi warga masyarakat pada umumnya.
Ia berharap, akan banyak putra putri Indonesia yang kelak muncul sebagai pakar di bidang kesehatan atau bidang lain, sehingga dapat mengharumkan nama bangsa di kancah internasional.
Suka main golf? Dia menggeleng. “Saya lebih senang olahraga yang merakyat, seperti bulutangkis dan sepakbola,” ujarnya.
Di olahraga bulutangkis, profesor pernah meraih juara pertama double putra dalam HUT FK Unair beberapa waktu lalu. Hoby yang lain? “Hari Minggu adalah waktu untuk berkumpul bersama keluarga. Kalau ditambah dengan menikmati seafood, terasa lebih mantap,” ujar profesor sambil tertawa. (ant)