Membuat konsep rumah sakit yang pro rakyat. Itulah cita-cita dr. H. Chairul Radjab Nasution, SpPD, KGEH, FINASIM, MKes, Direktur Utama RSUP Fatmawati, Jakarta. Dipandang dari sisi bahasa, mungkin konsep ini sangat sederhana. Namun, sangat susah diimplementasikan dalam keseharian. “Banyak kendala yang kita hadapai dalam mewujudkan konsep ini, namun saya selalu berupaya mencari jalan yang terbaik,” ujarnya.
Salah satu yang ia lakukan adalah dengan membentuk sebuah Satgas, yang ditujukan untuk menginvestigasi pasien tidak mampu, yang belum memiliki surat SKTM (surat keterangan tidak mampu), yang sedang dalam proses perawatan di rumah sakit. “Persyaratan untuk mendapatkan fasilitas Jamkesmas, Jamkesda, adalah warga tidak mampu, yang dibuktikan dengan menunjukkan surat keterangan tidak mampu,” ujarnya. Di sini, Satgas berfungi melakukan kroscek mengenai kondisi lingkungan tempat tinggal pasien yang belum memiliki SKTM. Setelah investigasi, dapat diputuskan seseorang bebas dari biaya perawatan yang dikenakan, yang nantinya akan dipertangung jawabkan.
Saat peristiwa bobolnya Situ Gintung yang menewaskan puluhan warga di kawasan Ciputat, Jakarta Selatan 27 Maret 2009, ia turut berperan. Tidak main-main, dr. Chairul langsung memberi komando untuk memberikan pelayanan kesehatan dan penanganan medis secara cuma-cuma kepada semua korban. Juga untuk biaya pemulangan jenasah korban, hingga ke Jawa Tengah sekali pun. “Saya gunakan uang rakyat yang ada di rumah sakit, untuk saya kembalikan ke rakyat yang membutuhkan,” ujarnya. Tak ayal, tindakanya ini mendapatkan apresiasi dan penghargaan dari berbagai pihak dan rekan-rekannya.
Satu hal lagi yang ia lakukan untuk lebih mendekatkan pelayanan pro-rakyat, adalah dengan memperbanyak jumlah tempat tidur di RS Fatmawati, menjadi 700 tempat tidur. Sekitar 55% merupakan tempat tidur kelas 3. “Kami lakukan, agar semua pasien bisa ditampung di rumah sakit, dan tidak ada lagi kasus penolakan pasien,” ujar pria yang hobi mendengarkan musik klasik ini.