Sabtu, 28 April 2012

Nyatakan Sebelum Terlambat

Mengagumi tanpa pernah mengungkapkannya, kita semua pasti pernah merasakan bagaimana perihnya hal tersebut. Begitu juga yang dialami oleh Sandy, teman baikku sejak SMA yang sekarang juga menjadi teman seangkatan di FK. Ia tipe orang yang sering jatuh cinta pada sosok wanita, tapi tak pernah berani untuk menyatakannya. Namun kali ini agak berbeda, karena yang ditaksirnya adalah sosok adik tingkat kami yang bernama Feni setelah sebelumnya ia hanya menaksir anak SD diseberang pasar.

Awal mula Sandy bisa sampai jatuh hati ke Feni juga cukup unik. Suatu sore, seusai kami kuliah Sandy tiba-tiba menarik lenganku
"Eh, coba liat deh cewek baju merah di dekat kantin sana."
"Yang mana? Susah nih, ada banyak orang gitu di kantin." jawabku. Kantin kampus kami memang sangat ramai saat sore hari.
"Itu loh, yang sebelah dextra dari bang mamat penjual gado-gado!" Sandy menunjukkan jarinya ke arah sana "Yang paling proksimal dengan kita."
"Ooooh, itu sih si Feni, adek tingkat kita. Kenapa San?" kebetulan aku mengenal Feni karena ia dahulu satu SMP denganku.
"Kamu ada kerjaan ya habis ini?"
"Enggak sih..." jawabku ragu. Firasatku berkata si Sandy akan melakukan hal gila.
"Kamu temenin aku ngikutin dia sampai rumahnya! Aku pengen tau dia pulang naik apa, dijemput atau berangkat sendiri, sama alamat rumahnya."

GUBRAK! Si Sandy memang tetap tidak berubah. Sejak SMA ia memang suka sekali membuntuti cewek yang ia sukai sampai ke rumahnya. Bahkan pernah ketika kami baru saja pulang dari bimbingan belajar untuk persiapan UN, di persimpangan jalan ketika sedang lampu merah ia melihat sosok cewe disebelah kami mengendarai motor yang menurut dia cewek itu menarik.
"Loh, mau kemana kita? Bukannya kita harusnya belok kiri? Ko malah lurus?" tanyaku kebingungan.
"Kamu liat gak cewek disebelah kita di lampu merah tadi? Cantik banget! Aku pengen tau rumahnya dimana,"

Aku-pun menjadi bingung, disaat orang lain berkenalan pasti yang pertama dicari adalah nama. Lah, ko Sandy yang dicari pertama malah alamat rumahnya? Tapi ya sudahlah, kebetulan aku sedang tidak ada kerjaan, maka aku menuruti tingkah laku anehnya.

Jalan demi jalan kami lalui, sampai akhirnya aku menjadi heran karena jalan yang kami lalui seperti berputar-putar di jalan yang sama. Namun tiba-tiba cewek incaran Sandy tadi menepi ke pos polisi, kami pun ikut menepi di pinggir jalan dekat pos polisi tersebut. Hal yang mengerikan terjadi, cewek tersebut berbicara dengan polisi dan menunjuk-nunjuk ke arah kami. Polisi itu langsung mengangkat tangan dan menyuruh kami diam. Sandy langsung berputar dan menancap gas sekuat tenaga. Ya, resmi sudah kami disangka penguntit oleh cewek itu. Semoga wajah kami tidak muncul di surat kabar dengan berita:
"Waspada, 2 Anak Muda Penguntit Wanita Berkeliaran. Jika Melihat Wajah Ini Hubungi FBI".

Kembali ke Feni, meskipun sifat Sandy pernah hampir mencelakakan kami, ia tidak juga jera dengan sifatnya. Kami membuntuti Feni sampai ia tiba di rumah. Dan yang kami lakukan setelah itu adalah....... kembali ke rumah masing-masing juga.

###

1 minggu kemudian ketika makan siang di kantin aku melihat Sandy sedang murung.
"Kenapa San? Sama si Feni gimana kabarnya? Udah dapat nomor HP-nya?" tanyaku
"Udah sih, tapiii..." Sandy terdiam sejenak "Tapi kemaren pas aku ngikutin dia lagi, ternyata dia udah punya pacar! Yang lebih menyakitkan lagi, pacarnya itu teman seangkatan kita sendiri, si Adit!"

Aku terdiam, memang si Adit adalah sosok kaka tingkat idaman. Ia juga seorang asdos Histologi dan sangat pintar. Wajar jika ia akhirnya bisa dengan mudah mendapatkan pacar. 

Yah, mungkin ini juga sebagian salah dari Sandy yang tak pernah berani menyatakan perasaan ke orang lain. Ia selalu merasa sudah memiliki sesuatu yang sebenarnya belum pernah ia miliki. Terkadang kita sering mengikuti permintaan hati dibandingkan logika, walau terkadang hal tersebut hanya akan me-rupturkan hati kita sendiri. Walaupun begitu, ikutilah kata hatimu sendiri karena hanya ia-lah satu-satunya organ yang memahami diri kita.


"Dokter tidak akan tau kita sakit jika kita tidak mengeluh. Seseorang juga tidak akan tau kita mencintainya jika kita tidak menyatakan"

Tiba-tiba saja aku dikagetkan oleh tepukan tangan Sandy dipundakku.
"Coba kamu liat di parkiran sana! Wah, tipe cewek idamanku banget! Ayo cepet temenin aku ngikutin dia pulang ke rumah!"
 Dan saat itu juga ingin rasanya aku menceburkan Sandy ke kolam formalin.