SubArachnoid  Blok merupakan salah satu teknik anestesi regional dengan cara  penyuntikan obat anestesi local ke dalam ruang subarahnoid dengan tujuan  untuk mendapatkan analgesi setinggi dermatom tertentu dan relaksasi  otot rangka
ANATOMI
• Kolumna vertebralis terdiri dari 7 vertebra servikalis, 12 V thorakalis, 5 V lumbal, 5 V sacral dan 4 V coccygeus
Disatukan oleh ligamentum vertebralis membentuk kanalis spinalis dimana medulla spinalis terdapat didalamnya
• Kanalis spinalis terisi oleh medulla spinalis dan pembungkusnya (meningen), jaringan lemak, dan pleksus venosus
• Sebagian besar vertebra memiliki corpus vertebra, 2 pedikel dan 2 lamina
•  Kolumna vertebralis bila dilihat dari lateral berbentuk seperti kurva,  pada posisi supine titik tertinggi terletak pada V C5 dan V L4-5  sedangkan terendah pada V Th5 dan V S2
Kolumna vertebralis dibagi menjadi tiga bagian
1. Kolumna vertebralis anterior, dibentuk oleh
• Ligamentum longitudinalis anterior
• Annulus fibrosus discus intervertebralis anterior
• Corpus vertebralis bagian anterior
2. Kolumna vertebralis media, dibentuk oleh
• Ligamentum longitudinalis posterior
• Anulus fibrosus discus intervertebralis posterior
• Corpus vertebralis bagian media
3. Kolumna vertebralis posterior, dibentuk oleh
• Arcus posterior
• Ligamentum supraspinosum (ligamentum nuchae pada vertebra servikalis)
• Ligamentum interspinosum
• Ligamentum flavum
 Untuk menjaga dan mempertahankan medulla spinalis seluruh vertebra dilapisi oleh beberapa ligamentum
  Tiga ligamentum yang akan dilalui pada prosedur spinal anestesi teknik  midline adalah ligamentuim supraspinosum, ligamentum interspinosum dan  ligamentum flavum
 Ligamentum interspinosum bersifat elastis, pada L3-4, panjangnya sekitar 6 mm dan pada posisi fleksi maksimal menjadi 12 mm
  Ligamentum flavum merupakan ligamentum terkuat dan tebal, diservikal  tebalnya sekitar 1,5-3 mm, thorakal 3-6 mm sedangkan daerah lumbal  sekitar5-6 mm
 Medulla spinalis dibungkus oleh tiga jaringan ikat  yaitu durameter, arakhnoid, dan piameter yang membentuk tiga ruangan  yaitu ; ruang epidural, sudural dan subarakhnoid
 Ruang subarakhnoid adalah ruang yang terletak antara arakhnoid dan piameter
 Ruang subarakhnoid terdiri dari trabekel, saraf spinalis, dan cairan serebrospinal
  Ruang subdural merupakan suatu ruangan yang batasnya tidak jelas, yaitu  ruangan potensial yang terletak antara dura dan membrane arakhnoid
 Ruang epidural didefinisikan sebagai ruangan potensial yang dibatasi oleh durameter dan ligamentum flavum
  Medulla spinalis secara normal hanya sampai level vertebra L1 atau L2  pada orang dewasa. Pada anak-anak medulla spinalis berakhir pada lvel L3
  Dibawah level ini elemen saraf berupa akar-akar saraf yang keluar dari  conus medularis yang sering disebut dengan cauda equine terendam dalam  cairan serebrospinal
 Spinal anestesi biasanya diinjeksikan pada level yang lebih rendah dari L2 untuk menghindari trauma pada medulla spinalis
 Pada level dibawah L2 serabut saraf lebih mobile, melayang-layang sehingga terhindar dari trauma jarum spinal
 Sacus dura, ruang subarakhnoid dan subdural biasanya mencapai S2 pada dewasa dan sering sampai S3 pada anak-anak
Blood Suply
• Medulla spinalis mendapat suplai darah dari A. vertebral, a. servikal, a. interkostal dan a. lumbal
•  Cabang spinal ini terbagi ke dalam a. radikularis posterior dan  anterior yang berjalan sepanjang saraf menjangkau medulla dan membentuk  pleksus arteri di dalam piameter
Spinal Nervus
• Saraf spinalis ada 31 pasang yaitu 8 servikal, 12 thorakal, 5 lumbal, 5 sakral dan 1 koksigeal
• Pada spinal anestesi, paralysis motorik mempengaruhi gerakan bermacam sendi dan otot
• Persarafan segmental ini digambarkan sebagai berikut :
a. Bahu     C6-8
b. Siku     C5-8
c. Pergelangan tangan   C6-7
d. Tangan dan jari   C7-8, T1
e. Interkostal    T1-11
f. Diafragma    C3-5
g. Abdominal    T7-12
h. Pinggul, pangkal paha fleksi  L1-3
i. Pinggul, pangkal paha ekstensi L5, S1
j. Lutut fleksi    L5, S1
k. Lutut ekstensi    L3-4
l. Pergelangan kaki fleksi  L4-5
m. Pergelangan kaki ekstensi  S1-2
Sistem saraf otonom
1. System saraf simpatis
 Mesrabut saraf pregamglion meninggalkan medulla spinalis melalui radiks saraf ventralis T1-L2
 Pada bagian servikal kumpulan ganglia ini menyusun ganglia servikalis superior, media dan stellat ganglia
  Pada thorak, rangkaian simpatis ini membentuk saraf splanknikus yang  menembus diafragma untuk mencapai ganglia dalam pleksus koeliak dan  pleksus oartikorenal
 Didalam abdomen rangkaian simpatis ini  berhubunagn dengan pleksus koeliak, pleksus aorta dan pleksus  hypogastrik. Rangkaian ini berakhir dipelvis pada permukaan anterior  sacrum 
 Serabut-serabut saraf post ganglionik yang tidak bermielin  terdistribusi luas pada seluruh organ yang menerima suplai saraf  simpatis
 Daerah viscera menerima serabut postganglionic sebagian besar langsubg melalui cabang yang meninggalkan pleksus-pleksus besar
 Distribusi segmental saraf simpatis visceral :
a. Kepala, leher dan anggota badan atas  T1-5
b. Jantung      T1-5
c. Paru-paru      T2-4
d. Oesofagus      T5-6
e. Lambung      T6-10
f. Usus halus      T9-10
g. Usus besar      T11-12
h. Kandung empedu dan hati   T7-9
i. Pankreas dan lein     T6-10
j. Ginjal dan uereter     T10-12
k. Kelenjar adrenal     T8-L1
l. Testis dan ovarium    T10-L1
m. Kandung kemih     T11-L2
n. Prostate      T11-L1
o. Uterus      T10-L1
2. System saraf parasimpatis
 Saraf eferen dan aferen dari system saraf simpatis berjalan melalui nervus intracranial dan nervus sakralis ke 2,3,4
 Nervus vagus merupakan saraf cranial paling penting yang membawa saraf eferen parasimpatis
  Mereka dirangsanga dengan sensasi seperti lapar, mual, distensi vesika,  kontraksi uterus. Berbagai macam nyeri disalurkan melalui saraf ini  seperti kolik atau nyeri melahirkan
 Nervus vagus menginervasi  jantung, paru, esophagus dan traktus gastrointestinal bagian bawah  sampai ke kolon tranversum. Saraf simpatis sacral bersama saraf simpatis  didistribusikan pada usus bagian bawah kolon transversum, vesika  urinaria, spincter dan organ reproduksi
Blokade somatic
 Dengan menghambat transmisi impuls nyeri dan menghilangkan tonus otot rangka
 Blok sensoris mengkambat stimulus nyeri somatic atau visceral sementara blok motorik menyebabkan relaksasi otot
  Efek enstetik local pada serabut asaraf bervariasi tergantung dari  ukuran serabut saraf tersebut dan apakah serabut tersebut bermielin atau  tidak serta konsentrasi obat dan lamanya kontak
Blokade Otonom
  Hambatan pada serabut eferen transmisi ototnom pada akar saraf spinal  menimbulkan blockade simpatis dan beberapa blok parasimpatis
 Simpatis outflow berasal dari segmen thorakolumbal sedangkan parasimpatis dari craniosacral
  Serabut saraf simpatis preganglion terdapat dari T1 sampai L2 sedangkan  serabut parasimpatis  preganglion keluar dari medulla spinalis melalui  serabut cranial dan sacral
 Perlu diperhatikan bahwa blok  subarachnoid tidak memblok serabut saraf vagal. Selian itu blok simpatis  mengakibatkan ketidakseimbangan otonom dimana parasimpatis menjadi  lebih dominant
 Beberapa laporan menyebutkan bahwa bias terjadi  aritmia sampai cardiac arrest selama anestesi spinal. Hal ini terjadi  karena vagotonia yaitu peningkatan tonus parasimpatis nervus vagus
Cerebrospinal Fluid
  Serabut saraf maupun medulla spinalis terendam dalam LCS yang merupakan  hasil ulktrafiltrasi dari darah dan diekskresi oleh pleksusu choroideus  pada ventrikel lateral, ventrikel III dan ventrikel IV 
 Produksinya konstan rata-rata 500 ml/hari tetapi sebanding dengan absorpsinya
  Volume total LCS sekitar 130-150 ml, terdiri dari 60-75 ml di  ventrikewl, 35-40 ml sebagai cadangan otak dan 25-30 ml di ruang  subarakhnoid
Mekanisme Nyeri
 Tujuan utama pada SAB  adalah bebas nyeri dengan cara memblok penjalaran impuls nyeri pada  tingkat transmisi sehingga tidak terjadi persepsi nyeri di otak
 Nyeri timbul sebagai akibat serangkaian peristiwa yang terjadi di nosiseptor atau diserabut saraf perifer atau sentral
 Nyeri dapat ditimbulkan karena danya stimulus baaik itu fisik, thermal, atau kimia
 Perjalanan nyeri atau nosisepsi terdiri dari 4 elemen yaitu :
1. tranduksi
2. tranmisi
3. modulasi
4. persepsi
Efek terhadap kardiovaskuler 
 tonus vasomotor dipengaruhi oleh serabut simpatis dari T5 sampai L1 yang mensarafi otot polos arteri dan vena
 penurunan tekanan darah, penurunan detak jantung dan konstraktilitas jantung
 efek ini proporsional dengan derajat simpatektomi
  efek kardiovaskuler dari neuroaxial blok ini mirip dengan efek yang  dihasilkan dari kombinasi alfa 1 bloker dan beta bloker dimana detak  jantung dan tekanan darah turun
 efek dari vasodilatasi arterial dapat diminimalisasi oleh kompensasi vasokonstriksi diatas level dari blok
 efek kardiovaskuler yang merugikan ini dapat diantisipasi dengan memberikan loading cairan kristaloid 10-12 ml/KgBB
  vasopresor efedrin yang memiliki efek langsung beta adrenergic dapat  diberikan untuk meningkatkan denyut jantung, kontraktilitas serta efek  tidak langsung dengan menyebabkan vasokonstriksi
KOMPLIKASI SPINAL ANESTESI
Komplikasi dini
1. hipotensi
2. blok spinal tinggi /total
3. mual dan muntah
4. penurunan panas tubuh
Komplikasi lanjut
1. Post dural Puncture Headache (PDPH)
2. nyeri punggung (Backache)
3. cauda equine sindrom
4. meningitis
5. retensi urine
6. spinal hematom
7. kehilangan penglihatan pasca operasi
HIPOTENSI
 paling sering terjadi dengan derajat bervariasi dan bersifat individual
 mungkin akan lebih berta pada pasien dengan hipovolemia
 biasanya terjadi pada menit ke 20 setelah injeksi obat local anestesi
  derajat hipotensi berhubungan dengan kecepatan masuknya obat local  anestesi ke dalam ruang sub arakhnoid dan meluasnya blok simpatis
Hipovolemia
  dapat menyebabkan depresi serius system kardiovaskuler selama spinal  anestesi karena pada hipovolemia tekanan darah dipelihara dengan  peningkatan simpatis yang menyebabkan vasokonstriksi perifer
  merupakan kontraindikasi relative anestesi spinal, tetapi jika  normovolemi dapat dicapai dengan penggantian volume cairan maka spinal  anestesi bias dikerjakan
Pasien hamil
 sensitive terhadap  blockade simpatis dan hipotensi, hal ini karena obstruksi mekanis  venous return sehingga pasien hamil harus ditempatkan pada posisi miring  lateral segere setelah spinal anestesi untuk mencegah kompresi vena  cava
Pasien tua
Dengan hipovolemi dan iskemi jantung lebih sering terjadi hipotensi disbanding dengan pasien muda
Pencegahan
  pemberian cairan RL 500-1000 ml secara intravena sebelum anestesi  spinal dapat menurunkan insidensi hipotensi atau preloading dengan 1-5 L  cairan elektrolit atau koloid digunakan secara luas untuk mencegah  hipotensi
Terapi
 autotransfusi dengan posisi head down dapat menambah kecepatan pemberian preload
 bradikardi yang berat dapat diberikan antikolinergik
  jika hipotensi tetap terjadi setelah pemberian cairan, maka vasopresor  langsung atau tidak langsung dapat diberikan seperti efedrin dengan  dosis 5-10 mg bolus iv
 efedrin merupakan vasopresor tidak langsung,  meningkatkan kontraksi otot jantung (efek sentral) dan vasokonstriktor  (efek perifer)
Blokade total spinal
 total spinal : blockade medulla spinalis smapai ke servikal oleh suatu obat local anestesi
  factor pencetus : pasien menghejan, dosis obat local anestesi yang  digunakan, posisi pasien terutama bila menggunakan obat hiperbarik
 sesak napas dan sukar bernapas merupakan gejala utama dari blok spinal tinggi
 sering disertai mual,muntah, precordial discomfort dan gelisah
  apabila blok semakin tinggi penderita menjadi apnea, kesadaran menurun  disertai hipotensi yang berat dan jika tidak ditolong akan terjadi henti  jantung
Penanganan
 usahakan jalan napas tetap bebas, kadang diperlukan bantuan napas lewat face mask
  jika depresi pernapasan makin beratperlu segera dilakukan intubasi  endotrakeal dan control ventilasi untuk menjamin oksigenasi yang adekuat
 bantuan sirkulasi dengan dekompresi jantung luar diperlukan bila terjadi henti jantung
 pemberian cairan kristaloid 10-20 ml/kgBB diperlukan untuk mencegah hipotensi
  jika hipotensi tetap terjadi atau jika pemberian cairan yang agresif  harus dihindari maka pemberian vasopresor merupakan  pilihan seperti  adrenalin dan sulfas atropin
Mual Muntah, terjadi karena 
 hiotensi
 adanya aktifitas parasimpatis yang menyebabkan peningkatan peristalyik usus
 tarikan nervus dan pleksus khususnya N vagus
 adanya empedu dalam lambungoleh karena relaksasi pylorus dan spincter ductus biliaris
 factor psikologis
 hipoksia
Penanganan
 untuk menangani hipotensi : loading cairan  10-20 ml?kgBB kristaloid atau
 pemberian bolus efedrin 5-10 mg iv
 oksigenasi yang adekuat untuk mengatasi hipoksia
 dapat juga diberikan anti emetik
Shivering (penurunan panas tubuh)
 sekresi katekolamin ditekan sehingga produksi panas oleh metabolisme berkurang
 vasodilatasi pada anggota tubuh bawah merupakan predisposisi terjadinya hipotermi
Penanganan
Pemberian suhu panas dari luar dengan alat pemanas
PDPH
 disebabkan adanya kebocoran LCS akibat tindakan penusukan jaringan spinal yang menyebabkan penurunan tekanan LCS
 akibatnya  terjadi ketidakseimbangan pada volume LCS dimana penurunan volume LCS melebihi kecepatan produksi
 LCS diproduksi oleh pleksus choroideus yang terdapat dalam system ventrikel sebanyak 20 ml per jam
  Kondisi ini akan menyebabkan tarikan pada struktur intracranial yang  sangat peka terhadap nyeri yaitu pembuiluh darah, saraf, falk serebri  dan meningen dimana nyeri akan timbul setelah kehilangan LCS sekitar 20  ml
 Nyeri akan meningkat pada posisi tegak dan akan berkurang bila  berbaring, hal ini disebabkan pada saat berdiri LCS dari otak mengalir  ke bawah dan saat berbaring LCS mengalir kembali ke rongga tengkorak dan  akan melindungi otak sehingga nyeri berkurang
PDPH ditandai dengan
 Nyeri kepala yang hebat
 Pandangan kabur dan diplopia
 Mual dan muntah
 Penurunan tekanan darah
 Onset terjadinya adalah 12-48 jam setelah prosedur spinal anestesi
Pencegahan dan Penanganan
 Hidrasi dengan cairan yang kuat
 Gunakan jarum sekecil mungkin (dianjurkan < 24) dan menggunakan jarum non cutting pencil point
 Hindari penusukan jarum yang berulang-ulang
 Tusukan jarum dengan bevel sejajar serabut longitudinal durameter
 Mobilisasi seawall mungkin
 Gunakan pendekatan paramedian
  Jika nyeri kepala tidak berat dan tidak mengganggu aktivitas maka hanya  diperlukan terapi konservatif yaitu bedrest dengan posisi supine,  pemberian cairan intravena maupun oral, oksigenasi adekuat
  Pemberian sedasi atau analgesi yang meliputi pemberian kafein 300 mg  peroral atau kafein benzoate 500 mg iv atau im, asetaminofen atau NSAID
 Hidrasi dan pemberian kafein membantu menstimulasi pembenntukan LCS
 Jika neyri kepala menghebat dilakukan prosedur khusus Epidural Blood Patch
a. Baringkan pasien seperti prosedur epidural
b. Ambil darah vena antecubiti 10-15 ml
c. Dilakukan pungsi epidural kemudian masukan darah secara pelan-pelan
d. Pasien diposisikan supine selama 1 jam kemudian boleh melakukan gerakan dan mobilisasi
e. Selama prosedur pasien tidak boleh batuk dan menghejan
Nyeri punggung
 Tusukan jarum yang mengenaikulit, otot dan ligamentum dapat menyebabkan nyeri punggung
  Nyeri ini tidak berbeda dengan nyeri yang menyertai anestesi umum,  biasnya bersifat ringan sehingga analgetik post operatif biasanya bias  menutup nyeri ini.
 Relaksasi otot yang berlebih pada posisi litotomi dapat menyebabkan ketegangan ligamentum lumbal selama spinal anestesi
  Rasa sakit punggung setelah spinal anestesi sering terjadi tiba-tiba  dan sembuh dengan sendirinya setelah 48 jam atau dengan terapi  konservatif
 Adakalanya spasme otot paraspinosusmenjadi penyebab
Penanganan
Dapat  diberikan penanganan dengan istirahat, psikologis, kompres panas pada  daerah nyeri dan analgetik antiinflamasi yang diberikan dengan  benzodiazepine akan sangat berguna
Cauda Equina Sindrom
 Terjadi ketika cauda equine terluka atau tertekan
 Tanda-tanda meliputi
  Penyebab adalah traum adan toksisitas. Ketika terjadi injeksi yang  traumatic intraneural, diasumsikan bahwa obat yang diinjeksikan telah  memasuki LCS, bahan-bahan ini bias menjadi kontaminan sepeti deterjen  atau antiseptic atau bahan pengawet yang berlebihan
Penanganan
Penggunaan  obat anestesi local yang tidak neurotoksik terhadap cauda equine  merupakan salah satu pencegahan terhadap sindroma tersebut selain  menghindari trauma pada cauda equine waktu melakukan penusukan jarum  spinal
Retensi urin
 Blockade sentral menyebbkan atonia vesika urinaria sehinggga volume urine di vesika urinaria jadi banyak
 Blockade simpatis eferen (T5-L1)menyebabkan kenaikan tonus sfingter yang menghasilkan retensi urin
 Spinal anestesi menurunkan 5 -10% filtrasi glomerulus, perubahan ini sangat tampak pada pasien hipovolemia
  Retensi post spinal anestesi mungkin secara moderat diperpanjang karena  S@ dan S3 berisi serabut-serabut ototnomik kecil dan paralisisnya lebih  lama daripada serabut-serabut yang lebih besar
Meningitis
 Munculnya bakteri pada ruang subarakhnoid tidak mungkin terjadi jika penanganan klinis dilakukan dengan baik
  Meningitis aseptic mungkin berhubungan dengan injeksi iritan kimiawi  dan telah dideskripsikan tetapi jarang terjadi dengan peralatan sekali  pakai dan jumlah larutan anestesi murni local yang memadai
Pencegahan
 Dapat dilakukan dengan menggunakan alat-alat dan obat-obatan yang betul-betul steril
 Menggunakan jarum spional sekali pakai
 Pengobatan dengan pemberian antibiotika yang spesifik
Spinal hematom
  Meski angka kejadiannnya kecil, spinal hematom merupakan bahaya besar  bagi klinis karena sering tidak mengetahui sampai terjadi kelainan  neurologist yang membahayakan
 Terjadi akibat trauma jarum spinal pada pembuluh darah di medulla spinali
 Dapat secara spontan atau ada hubungannnya dengan kelainan neoplastik
  Hematom yang berkembang di kanalis spinalis dapat menyebabkan penekanan  medulla spinalis yang menyebabkan iskemik neurologist dan paraplegi
 Tanda dan gejala tergantung pada level yang terkena, umumnya meliputi :
1. mati rasa
2. kelemahan otot
3. kelainan BAB
4. kellainan sfingter kandung kemih
5. sakit pinggang yang berat
  Factor resiko : abnormalitas medulla spinalis, kerusakan hemostasis,  kateter spinal yang tidak tepat posisinya, kelainan vesikuler, penusukan  berulang-ulang
 Apabila ada kecurigaan maka pemeriksaan MRI, myelografi harus segera dilakukan dan dikonsultasikan ke ahli saraf
  Banyak perbaikan neurologist pada pasien spinal hematomyang segera  mendapatkan dekompresi pembedahan (laminektomi) dalam waktu 8-12 jam
Kehilangan penglihatan pasca operasi
 Neuropati optic iskemik anterior (NOIA)
Penyebabnya karena proses infark pada watershed zone  diantara daerah yang mendapat distribusi darah dari cabang kecil arteri  sailiaris posterior brefis dalam koric kapiler
 Neuropati optic iskemik posterior (NOIP)
Penyebabnya gangguan suplai oksigen pada posterior dari n.  optikus diantara foramen optikumpada apeks orbita dan pada tempat  masuknya arteri retina sentralis dimana n. optikus sangat rentan  terhadap iskemi
 Buta kortikal
Terjadi karena emboli  atau proses obstruksi yang berlangsung lambat, hipotensi berat,  antijantung yang akan berakibat infark pada watershed zone parietal dan  oksipital
 Oklusi arteri sentralis (CRAO)
Sering  disebabkan oleh emboli yang terbentuk dan plak aterosklerotik yang  berulserasi pada arteri karotis ipsilateral
 Obstruksi vena optalmika sentralis (CRVO)
Dapat terjadi pada intraoperatif jika posisi pasien akan menyebabkan penekanan pada bagian luar mata
Pencegahan
 Mencegah penekanan pada bola mata selama intaroperatif
 Meminimalkan terjadinya mikro dan makro emboli selama cardiopulmonary bypass
 Mempertahankan nilai hematokrit pada batas normal
 Menjaga tekanan darah agar stabil    
