Minggu, 24 Juli 2011

dr. Mohammad Nawardi


Pilih menjadi dokter atau arsitek? Sejak kecil sampai lulus SMA, ia masih bimbang untuk memilih. Setelah lulus SMA, akhirnya ia memutuskan untuk menjadi dokter dan diterima di FK Unpad, Bandung. Pilihan ini bukan karena menjadi dokter lebih baik, tapi karena, “FK mampram (masa pra mahasisw)-nya lebih ringan,” dr. Mohammad Nawardi tertawa.
Kelahiran 11 Januari 1956 yang diterima di FK Unpad ini, karena berbagai pertimbangan, salah-satunya tidak ingin membebani orang tuan yang menjadi pengusaha penyewaan alat-alat pesta dan penyewaan becak (saat itu becak masih boleh beroperasi di Jakarta), ia memutuskan untuk kuliah di FK Yarsi. “Kuliah di Jakarta, saya tidak perlu kost, makan bisa nebeng orang tua. Jadi, kemungkinan untuk putus kuliah di tengah jalan, lebih kecil,” ujarnya.
Lulus jadi dokter, ia PTT di Aceh karena saat itu untuk di Pulau Jawa sudah penuh. Selama 6 tahun di Puskesmas Aceh, banyak pengalaman berharga. Pengalaman yang membuatnya takut adalah ketika ditunjuk untuk melakukan visum satu keluarga yang tewas dibantai. ”Mana saat itu belum ada lampu,” ujarnya.
Sebelum berangkat ke Aceh ia dijanjikan akan dibiayai oleh pemerintah untuk meneruskan studi, Ia memilih untuk mendalami bidang Rehab Medik. Namun janji itu tak pernah terlaksana;, ia pun tidak merasa kecewa. Menurutnya, meski hanya menjadi GP (general practitioner) yang penting terus meng-up date perkembangan dunia kedokteran lewat symposium dan work shop “Saya hampir selalu mengikuti setiap shimpo, atau acara kedokteran,” ujarnya.
Pemahaman ini ia peroleh dari sejawat dokter, saat praktek di RS Al Kamal.  “Boleh hanya sebagai GP asalkan ilmu yang dimiliki tidak kalah dengan dokter spesialis,” ujar sejawat tadi. Di luar negri, para GP-lah yang berperan besar dalam kesehatan masyarakat.  “Yang penting kita jujur, masalah uang gampang dicari dan nantinya Insa Allah barokah,” ujar ayah 3 anak ini, yang kini membuka apotik dan praktek di Jatimulia, Bekasi Timur. Baginya, dokter tidak harus kaya secara materi, karena dokter sudah kaya ilmu.
Pria yang hobi makan mie ayam ini, punya kiat dalam menjaga kesehatan. “Saya lari-lari kecil keliling perumahaan setelah subuh, sekitar 10-20 menit. Alhamdulilah, sakit di kepala yang dulu sering saya alami, sekarang hilang,,” ujanya. (ant)