Jumat, 01 Juli 2011

Pengalaman Penanganan Pasien dengan Kasus Trauma/Ruptur Perineal Non-obstetrik di RSCM Tahun 2009 – 2010



Dana Satria Kusnadi, Agi Satria Putranto
Departemen Bedah, FK. Univ. Indonesia, RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta

Pendahuluan:
Trauma perineal merupakan bagian dari trauma anorektal. Kasus trauma / ruptur perineal, terutama ruptur perinela grade 3 atau grade 4, merupakan kasus yang sulit untuk ditangani karena memerlukan pengetahuan anatomi dan patofisiologi yang baik. Apalagi pada kasus trauma perineal kompleks yang sering disertai dengan trauma multipel dan berkaitan dengan tingkat mortalitas yang sangat tinggi. Pada paper ini, penulis ingin mendeskripsikan berbagai penyebab, presentasi klinis, dan tatalaksana kasus trauma / ruptur perineal non-obstetrik yang ditangani oleh Divisi Bedah Digestif FKUI/RSCM.

Metode:
Dilakukan review rekam medis 8 pasien (5 pasien laki-laki dan 3 pasien perempuan), dengan median usia 22 tahun (range usia 14-50 tahun) terkait kasus trauma / ruptur perineal non-obstetrik yang ditatalaksana oleh Divis Bedah Digestif FKUI/RSCM dari tahun 2009-2010.

Hasil:
50% kasus trauma / ruptur perineal disebabkan oleh kecelakaan sepeda motor (pasien terlempar dan terseret). Tiga kasus lainnya disebabkan oleh jatuh terduduk dari ketinggian antar 1,5 – 2 meter, dua diantaranya jatuh mengangkang menimpa objek dibawahnya. Sedangkan kasus lainnya disebabkan oleh infeksi (gangrene Fournier). Pengklasifikasian trauma perinela di RSCM mengikuti pengklasifikasian menurut Sultan. Dari 8 kasus yang ada, 3 pasien menderita trauma perineal derajat 4, 3 kasus dengan trauma perineal derajat 3 (derajat 3a : 1 kasus; derajat 3b : 2 kasus). Satu kasus dengan trauma perineal derajat 2, dan satu kasus tidak diperoleh data derajat trauma perinealnya karena penanganan awal dilakukan di rumah sakit lain. Lebih dari 50% pasien dengan diagnosis ruptur perineal datang dengan diagnosis yang lain. dua pasien disertai fraktur pelvis dan luka-luka lainnya. Seluruh kasus trauma perineal ini dilakukan debridement dan repair primer. 75% kasus dilakukan kolostomi sigmoid.

Kesimpulan:
Penyebab terbanyak kasus trauma / ruptur perineal non-obstetrik disebabkan oleh kecelakaan sepeda motor. Diagnosis atau pengklasifikasian trauma / ruptur perineal yang dilakukan di RSCM mengacu pada klasifikasi oleh Sultan, yakni klasifikasi yang dipakai dalam penanganan kasus trauma perineal obstetrik. Hal ini kurang sesuai dengan kepustakaan, karena kasus-kasus yang ada tampaknya lebih mengarah pada kasus trauma perineal kompleks yang memerlukan tatalaksana kolostomi dengan irigasi distal dan debridement jaringan lunak secara agresif. Secara umum tatalaksana yang dilakukan baik, tanpa ada satu pun kasus pasien yang meninggal dunia. Namun diperlukan studi lebih lanjut mengenai komplikasi yang timbul.