Kamis, 28 Juli 2011

SPINAL ANESTESI PADA HISTEREKTOMI

Abstrak :
Analgesia atau anestesia regional adalah tindakan analgesia yang dilakukan dengan cara menyuntikkan obat anestetika lokal pada lokasi serat saraf yang menginervasi regio tertentu, yang menyebabkan hambatan konduksi impuls aferen yang bersifat temporer. Jenis analgesia regional yang digunakan dalam kasus ini adalah spinal anestesi. Hal ini disebabkan adanya pertimbangan bahwa operasi yang akan dilakukan berada pada bagian abdominal bawah yang sesuai dengan indikasi dari spinal anestesi. Keuntungan dari penggunan regional anestesi yaitu biaya relatif lebih murah, relatif aman bagi pasien, tidak ada komplikasi jalan nafas dan respirasi, tidak terdapat polusi kamar operasi oleh gas anestesi dan perawatan post operasi lebih ringan.
Pada kasus ini, penggunaan regional anestesi dengan spinal anestesi dapat diterapkan karena tidak ditemukan adanya kontraindikasi penggunaan teknik anestesi tersebut


History :
            Seorang wanita usia 45 tahun datang ke IGD RSUD Setjonegoro Wonosobo dengan keluhan timbul benjolan diperut sejak 1 tahun yll, pasien mengatakan mula-mula benjolan kecil, namun sekitar 1 bulan yang lalu benjolan membesar kira-kira sebesar kepalan tangan orang dewasa. Selain itu pasien juga mengalami perdarahan sejak 1 minggu SMRS, darah yang keluar banyak, berwarna hitam dan juga prongkol-prongkol. Pasien juga mengeluh perut terasa sakit, namun tidak pusing, mual maupun muntah. Pasien pernah berobat si Sp. OG dan dinyatakan bahwa pasien menderita Mioma Uteri. Makan dan minum terakhir pukul 23.00 WIB (semalam sebelum operasi). Riwayat penyakit asma, hipertensi, kencing manis, penyakit jantung, alergi obat disangkal. Belum pernah mengalami operasi sebelumnya. Pasien juga bukan seorang perokok, pasien tidak memakai gigi palsu. Tidak ada anggota keluarga yang mempunyai keluhan dan penyakit serupa dengan pasien. Riwayat penyakit asma, jantung, hipertensi, DM pada keluarga disangkal.
            Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum sedang dengan kesadaran compos mentis, tekanan darah 120/80 mmHg,  nadi 80 x/menit, respirasi rate 20 x/menit, suhu 36,7 oC. Pada pemeriksaan abdomen terlihat gambaran massa sebesar kepalan tangan orang dewasa setinggi pusat. Auskultasi :  peristaltik (+) normal, Perkusi:  timpani (+), redup (+) pada daerah massa. Palpasi : supel, nyeri tekan (-), teraba massa, keras,  batas tegas, permukaan halus, mobile, nyeri tekan (-), batas atas setinggi pusat, batas kanan pada linea mid clavicularis kanan, batas kiri pada linea midclavicularis kiri, batas bawah kesan masuk panggul. Dari pemeriksaan laboratorium diketahui Hb 10,4 g/dl setelah diberikan transfusi PRC 5 kolf dari Hb sebelumnya 5,3g/dl, hasil laboratorium lain dalam batas normal.

Diagnosis kerja :
Mioma Uteri pro histerektomi dengan regional anestesi ASA I

Pengananan anestesi :
Premedikasi : Ondancentron HCL 4 mg intravena, Ketorolac tromethamine 30 mg intravena.
Induksi anestesi : Dilakukan spinal anestesi dengan menggunakan jarum spinal no.27 pada kanalis spinalis region antara lumbal 2-3, setelah LCS tampak keluar melalui jarum (LCS jernih) maka disuntikkan Bupivakain 20 mg ditambah clonidin 75 mcg, lalu jarum dicabut, luka ditutup menggunakan kassa yang diberi betadine kemudian diplester. Setelah pasien tidak memberikan respon (terutama sensorik), maka histerektomi dapat dilakukan.
Maintenance : O2 3 liter/menit, midazolam 2 mg intravena, Efedrin HCL 20 mg intravena, dibagi dalam dua dosis pemberian masing-masing 10 mg
Recovery room
Pindah bangsal rawat inap.

Diskusi :
            Pada kasus ini, pasien mengeluh terdapat benjolan pada perutnya sejak 1 tahun yang lalu yang semakin lama semakin membesar. Oleh dokter spesialis kandungan didiagnosis sebagai mioma uteri dan direncanakan untuk dilakukan histerektomi. Pasien mendapatkan tindakan regional anestesi dengan spinal anestesi untuk operasinya.
            Pada anestesi regional terjadi hambatan impuls nyeri suatu bagian tubuh sementara pada impuls saraf sensorik, sehingga impuls nyeri dari suatu bagian tubuh diblokir untuk sementara. Fungsi motorik dapat terpengaruh sebagian atau seluruhnya, namun pasien tetap sadar.
            Indikasi penggunaan regional anestesi dengan spinal anestesi antara lain :    bedah ekstremitas bawah, bedah panggul, tindakan sekitar rektum-perineum, bedah obstetri dan ginekologi, bedah urologi, dan bedah abdomen baeah.
            Kontra indikasi regional anestesi dengan spinal anestesi yaitu terdapat kontraindikasi relatif dankontraindikasi absolut. Kontra indikasi absolut antara lain : pasien menolak untuk dilakukan anestesi spinal, terdapat infeksi pada tempat suntikan, hipovolemi berat sampai syok, menderita koagulopati dan sedang mendapat terapi antikoagulan, tekanan intrakranial meningkat, fasilitas untuk melakukan resusitasi minim dan kurang berpengalaman atau tanpa konsultan anestesi. Sedangkan kontra indikasi relatif dari spinal anestesi adalah : menderita infeksi sistemik (septik, bakteremi), terdapat infeksi disekitar suntikan, kelainan neurologis, kelainan psikis, bedah lama, menderita penyakit jantung,hipovolemia, dan nyeri punggung kronis.
            Keuntungan anestesi spinal dibandingkan anestesi epidural antara lain : obat anastesi lokal lebih sedikit, onset lebih singkat, level anestesi lebih pasti dan teknik lebih mudah. Sedangkan keuntungan dari anestesi regional antara lain : alat minim dan teknik relatif sederhana sehingga biaya relatif murah, relatif aman untuk pasien yang tidak puasa (operasi emergency, lambung penuh) karena penderita sadar, tidak ada komplikasi jalan nafas dan respirasi, tidak ada polusi kamar operasi oleh gas anestesi dan perawatan post operasi lebih ringan.
            Sedangkan kerugian dari anestesi regional antara lain : tidak semua penderita mau dilakukan anestesi secara regional, membutuhkan kerjasama pasien yang kooperatif, sulit diterapkan pada anak-anak, tidak semua ahli bedah menyukai anestesi regional dan terdapat kemungkinan kegagalan pada teknik anestesi regional.
            Pada kasus ini, pasien adalah seorang wanita berumur 45 tahun yang didiagnosis dengan Mioma Uteri dan akan dilakukan tindakan Histerektomi. Jenis anestesi yang digunakan adalah regional anestesi dengan spinal anestesi. Pemilihan teknik anestesi ini, dengan pertimbangan segi-segi keamanan dan kenyamanan pasien. Selain itu juga pemilihan teknik anestesi ini juga berdasarkan pada faktor-faktor seperti usia, status fisik, jenis dan lokasi operasi, keterampilan ahli bedah, keterampilan ahli anestesi dan keinginan pasien. Teknik spinal anestesi ini dipilih sesuai indikasi yaitu bedah abdomen bawah serta tidak ada kontra indikasi baik absolut maupun relatif. Prosedur tindakan anestesi regional ini sudah dilakukan dengan tepat. Setelah tindakan anestesi selesai, pada pemeriksaan tidak ditemukan adakan komplikasi dari tindakan anestesi.

Kesimpulan :
Pemilihan jenis anestesi pada kasus ini sudah tepat, hal ini didasarkan oleh tidak terdapatnya kontra indikasi pada penggunaan teknik tersebut pada pasien tersebut. Selain itu penggunaan regional anestesi juga mempunyai banyak keuntungan seperti biaya relatif lebih murah, relatif aman bagi pasien, tidak ada komplikasi jalan nafas dan respirasi, tidak terdapat polusi kamar operasi oleh gas anestesi dan perawatan post operasi lebih ringan.

Referensi :

1.       Desai,Arjun M.2010. Anestesi. Stanford University School of Medicine. Diakses dari: http://emedicine.medcape.com
2.       Latief, Said A, Kartini A. Suryadi dan M. Ruswan Dachlan. 2001. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FK-UI: Jakarta.
3.       Muhiman. M, Thaib. R, Sunatrio. S, Dahlan. R. 1989. Anestesiologi. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta
4.       Mangku. G, Senapati. T.G.A. 2000.  Buku Ajar Ilmu Dasar Anestesi dan Reanimasi. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana : Denpasar


Penulis
Indhah Puspita Wardhani, Bagian Ilmu Anestesiologi dan Reanimasi, RSUD Setjonegoro Wonosobo, Jawa Tengah
Sumber berita