Kamis, 02 Agustus 2012

Cinta Kronis Eksaserbasi Akut

Sebagian orang mungkin beranggapan bahwa tidak semua hal yang kita tweet mencerminkan perasaan yang kita alami, tapi ada kalanya juga tweet yang kita tulis memang mencerminkan perasaan yang kita alami. Dan bila kita mentweet sesuai dengan yang kita alami maka setiap kata yang dihasilkan dari tweet tersebut akan lebih memiliki arti dibandingkan dengan ungkapan tweet “palsu”. Setidaknya hal itu pernah aku alami .

Takkan ada asap jika tidak ada api, takkan ada hati yang tersakiti jika tidak ada cinta. Sekitar 1 tahun yang lalu aku berkenalan dengan seorang adik kelas di SMA, kami berkenalan secara tidak sengaja di acara ulang tahun temanku. Ella namanya, gadis yang indah senyumannya selalu kuingat. Entah mengapa saat pertama menatap Ella aku sangat menyukai senyumannya. Namun, semua berubah ketika negara api menyerang.

“Hi, kenalin aku Fendri pacarnya Ella.” Ucap seorang lelaki kekar dan berbadan besar seperti Agung Hercules terkena osteoporosis yang tiba-tiba muncul disampingnya. Oalah, ternyata udah ada anjing penjaganya  pacarnya toh ucapku dalam hati sembari menjauhi mereka. 

Pesta ulang tahun tersebut cukup meriah karena mengundang banyak orang di SMA-ku. Sepanjang pesta aku berusaha mencuri-curi pandang ke wajah Ella, tapi selalu dibuyarkan ketika melihat Fendri yang selalu bercanda bersama dengannya. Aih, I wish I can be the one who make you smile.

***

6 bulan kemudian

Hari itu sebenarnya memasuki masa-masa liburan semester di kampusku, akan tetapi karena....... yah itu..... anu....... remedial. Iya saat itu aku diharuskan bertemu lagi dengan kampus yang unyu untuk mengikuti remedial ujian tulis. *ngenes*

Penyebab aku mendapatkan remedial di blok tersebut sebenarnya simple, karena aku sedang malas-malasnya mencatat penjelasan yang dilontarkan dosen.

"Gak usah dicatat aja ah, aku bakal ingat ko sama penjelasan beliau." pikirku setiap kali dosen memberi penjelasan yang tidak ada di dalam slide. Ketika menghadapi ujian tulis aku mendapati banyak soal yang memang sudah dijelaskan oleh dosen sebelumnya. Namun apa daya, aku menderita amnesia saat mengerjakan ujian sehingga tidak bisa mengingat satupun penjelasan dari dosen.



Berhubung aku tidak ingin masuk ke jurang remedial untuk ke-2x nya, aku langsung mencari pinjaman catatan untuk dipelajari. Dan pilihan aku jatuh ke Sandy teman sejawatku sejak dari SMA yang pernah aku ungkap kisah cintanya di postingan sebelumnya. Catatan ia sebenarnya kurang lebih tidak lengkap dengan catatanku, akan tetapi berhubung saat itu ia adalah orang terdekat yang bisa aku pinjam catatannya, maka aku tak punya pilihan lain.

"San, minjam catatan kamu dong, buat belajar remedial nanti nih." ucapku ke Sandy. Aku mendapatinya baru terbangun dari tidur siang yang sangat panjang dengan muka 11-12 dengan cadaver beranjak ABeGe.

"Iya, tuh ambil aja di atas meja" jawabnya sambil tertidur santai di kasur. Ia memang beruntung, lulus ujian tulis walau dengan nilai yang terancam masuk zona degradasi. Seandainya 1 saja soal yang ia jawab ketika ujian salah, pasti sekarang ia sedang panik menyiapkan untuk remedial ujian tulis.

Aku beranjak ke meja belajarnya dan.... "Astaga Sandy! Ini beneran catatan kamu?"

"Iya bener kenapa?"

Aku hanya dapat berdecak kagum melihat catatannya yang penuh berisi gambar pokemon-pokemon. Ya, di umurnya yang sudah berkepala 2 ia tetap konsisten sebagai maniak pokemon. Impiannya sebelum menjadi mahasiswaFK adalah menjadi trainer pokemon, namun hal itu diurungkan karena orang tuanya mengancam akan membawanya ke psikiater.

"Eh, anu San. Kayanya aku gak jadi minjam catatan kamu. Udah dulu ya! Hehehe."

"Becanda ko, itu sih catatan asal-asalan, klo catatan yang lengkap ambil aja tuh di dalam tas aku."  jawab Sandy sambil tertawa.

"Errrr...." Aku mengambil tas Sandy dan mengambil buku bindernya yang berisi catatan lengkap. "Minjem dulu ya catatannya."

"Eh jangan dibawa pulang, kamu fotokopi aja. Tadi ada yang nge-sms katanya mau kesini buat minjem catatan aku juga."

“Oke deh.”

Aku langsung berjalan menuju tempat fotokopi terdekat yang terletak di samping kos Sandy. Alangkah kagetnya aku ketika melihat di fotokopian itu ada perempuan berambut panjang yang sepertinya sudah pernah aku kenal. Bukan, ia bukanlah sosok kuntilanak kere yang sedang memfotokopi foto ayam untuk dimakan, tapi ia adalah Ella adik kelas SMA yang beberapa bulan lalu aku temui.

“Ehm..”

*berusaha nyari perhatian*
*ternyata gak digubris*

“Ella ya?” tanyaku PeDe

“Loh, kakak yang dulu di pesta ulang tahun itu ya?”

“Iya hehehe..” Jawab aku tersipu malu. Mendadak efek simpatis dari tubuhku mulai tergerak. Jantungku berdegup sangat kencang, pupil menjadi midriasis untuk menangkap sinar sebanyak-banyaknya agar senyum di wajahnya dapat kulihat dengan jelas.

Aku langsung memanfaatkan kesempatan emas bisa bertemu dengan dia hanya berdua. Kami berbincang-bincang santai di depan fotokopian. Ternyata ia tidak pendiam seperti yang aku kira sebelumnya. Ia tipe orang yang mudah diajak berbicara dan bergaul sehingga obrolan kami terasa sangat nyambung.

“Eh, boleh minta pin BB-nya gak kak? Kali aja ada yang mau ditanya-tanyain klo mau masuk FK.” Tanyanya tiba-tiba.

“Ohhh. Boleh (banget) ko. Ini add aja ya pin BB aku.”

“Makasih kak. Oiya, aku pamit pulang dulu ya, udah mau malam nih.” Ia beranjak pergi, aku hanya terdiam melihat dirinya.

“Ah, ini seperti mimpi!” Ucapku dalam hati. Tapi jikapun ini mimpi, aku tak ingin terbangun dari mimpi ini, karena semua ini begitu indah.

“Maaf mas, fotokopiannya sudah mau tutup nih.” Ucap bapak penjaga fotokopi yang membangunkanku dari lamunan.

“Oh iya pak, maaf.” Balasku. Aku langsung beranjak pulang, dan sialnya aku baru teringat belum memfotokopi catatan Sandy! Untungnya Sandy juga tidak ingat bahwa aku meminjam catatannya. *ketawa licik*

Yah, jatuh cinta memang bisa membuat kita lupa akan segalanya.

***

2 Bulan kemudian

Awal semester baru dimulai, semuanya di mulai dengan serba baru. Semangat baru, nilai baru, dan terakhir gebetan baru *ehm*. Semenjak aku mendapatkan pin BB Ella, kami menjadi semakin dekat. Frekuensi kami berkomunikasi via BBM semakin sering. Terlebih saat ia bercerita bahwa ia sekarang sudah tidak berhubungan lagi dengan mantan kekasihnya. *sujud syukur*

Hari pertama kuliah, otak kami seangkatan langsung diracuni oleh pelajaran Patologi Anatomi. Aku seperti biasa memilih duduk di barisan tengah kelas. Alasannya sih simple, karena belum tau tipe dosen yang akan mengajar, duduk di tengah merupakan tempat persembunyian yang aman jika dosen yang mengajar adalah tipe killer dan suka bertanya.

Dr. Teddy yang akan mengajar kami tiba di kelas, rambutnya yang mulai memutih dan kumisnya yang tebal agak keputihan memberinya kesan ia seorang dosen yang killer. Tanpa banyak bicara ia langsung memulai kuliah.

Kebiasaan aku sebagai mahasiswa adalah melihat jumlah slide yang akan dikuliahkan sebelumnya. Dan alangkah kagetnya karena di pojok kiri bawah layar LCD bertuliskan “Slide 1 of 246”.

*mendadak syncope*

Sudah 1 jam berlalu dan sudah jutaan slide yang kami lalui, namun kami belum juga menemukan 1 slide favorit yang kami tunggu. Slide itu adalah slide yang bertuliskan besar-besar di tengahnya 2 kata “TERIMA KASIH”.

Memang benar jatuh cinta itu membutakan pikiran, disaat dosen menampilkan foto salah satu kanker yang terbayang di mataku adalah wajah Ella, melihat dosen tersenyum jadi teringat senyum Ella, melihat kumis dosen jadi teringat…….. teringat kumis dosennya juga.

“Ya, saya rasa kuliah hari ini sudah selesai. Apakah ada pertanyaan?” Tanya dr. Teddy

*hening*

Kami semua sudah lumayan mengantuk karena kuliah yang sangat lama, dan belum bisa beradaptasi ke kehidupan kuliah setelah sekian lama libur. Sehingga akhirnya kami lebih memilih menyimpan rasa penasaran dibandingkan harus berlama-lama di kelas lagi.

“Ada pertanyaan atau tidak?” Ulang dr. Teddy

*krik krik*

Suasana menjadi sangat hening, sehingga suara jangkrik sekalipun dapat terdengar. Entah dari mana asalnya jangkrik bisa berada di dalam kelas kuliah.

“Ya, kalau tidak ada yang bertanya saya anggap kalian sudah paham. Maka sekarang saya yang akan bertanya ke kalian satu persatu.”

*mendadak kejang-kejang satu kelas*

Akhirnya setelah berjuang bertahan hidup 2 jam lebih, kuliah telah selesai. Aku langsung pulang menuju rumah dan melakukan kegiatan harian seseorang yang sedang jatuh cinta, yaitu: Stalking. Pertama-tama aku mengecek akun facebooknya, seperti biasa akun facebooknya seperti bagaikan kuburan yang tidak terawat, aku langsung melanjutkan stalking akun twitternya dan….. “JLEB!” sebuah pedang terasa seperti menusuk lobus di hepar-ku begitu melihat ternyata avatar twitternya berduaan dengan seorang lelaki. Tenaaaang, tenang siapa tau itu cuman saudaranya, hiburku dalam hati. “JLEB!” kali ini pedang kedua terasa menusuk lobus hepar-ku yang lainnya saat melihat ternyata ia sering mention-mentionan dengan seorang lelaki. Ah palingan itu cuman temen, iya! Cuman temen! Hiburku lagi dalam hati.

TONG TENG *bunyi bbm masuk*

Aku langsung bergegas mengambil BB yang tergeletak diatas meja untuk membaca isinya. “DUARRRRRR!”kali cor-ku yang terasa hancur seketika seperti diledakkan oleh dynamite. Isi BBM tersebut adalah:

ELLA: Kak, sibuk gak? Mau nanya nih, beli stetoskop yang bagus di mana? Buat COWOK (iya dia menulisa kata cowok!) aku ulang tahun minggu depan. Kebetulan dia MaBa FK, terus kemaren ada cerita mau nyari stetoskop.

AKU: Oh iya, beli aja di toko xxx. Harganya yang bagus paling sekian sekian ko. Hehe :D
(draft: KAMPRETTTTTT! Kenapa kamu gak bilang-bilang lagi deket sama cowok lain? Lah terus dari kemaren kamu nganggap aku apa??? Mayat berjalan???)

ELLA: Iya aku tau tempatnya ka. Terima kasih ya J

AKU: Iyaaa, sama2
(draft: Ntar klo udah beli stetoskopnya kamu cobain auskultasi ke region hypocondriaca dextra-ku ya. Nanti kamu pasti denger bunyi “KREK!”. Nah itu suara hati aku yang fracture karena kamu.)

Hm……

Entah siapakah yang salah dalam hal ini. Apakah aku yang terlalu Ge-eR dan menaruh harapan pada seseorang yang nyatanya cuman menganggap aku sekedar teman biasa, atau…… ah sudahlah lupakan.
Tak selamanya jatuh cinta itu indah, dan tak selamanya kuliah di kedokteran itu pahit. Tapi jatuh cinta ketika kamu berkuliah kedokteran itu manis-asam-asin rasanya. Di satu sisi mau bolos kuliah buat ngegalau eh gak bisa ninggalin kuliah, pengen PDKT lebih lanjut sama gebetan eh waktunya yang gak sempet gara-gara kuliah seharian.

Tidak ada tindakan preventive terhadap cinta. Kita hanya bisa menerimanya, dan memilih untuk memendam atau menyatakannya…. sebelum terlambat.

Ah, andai klinik tongfeng bisa menyembuhkan hati yang terluka dengan cepat.