Rabu, 22 Februari 2012

dr. Sri Wuryanti MS, SpGK

“Kayaknya menyenangkan melihat dokter bisa melakukan operasi, atau melakukan procedure endoscopy untuk membantu pasien,” ujar dr. Sri Wuryanti MS, SpGK. Maka, lulus SMA ia masuk FK Universitas Sriwijaya, Palembang. Lulus dokter umum, ia mengikuti suami yang kebetulan alih tugas ke Jakarta. Di sinilah karir dokternya dimulai. Ia menjalani PTT di Puskesmas Lubang Buaya, Pondok Gede.
Dalam sehari ia bisa menangani 60-100 pasien. “Ini merupakan hal yang luar biasa yang pernah saya lakukan. Capek tapi bahagia bisa membantu sesame,” ujarnya. Meski kasus di Puskesmas umumnya adalah penyakit ringan, ia belajar banyak tentang bagaimana melakukan anamnesa pada pasien.
Ia biasa olah raga; salah satunya senam jantung sehat, dilakukan 3 kali seminggu bersama ibu-ibu di lingkungan tempat tinggalnya. “Kebanyakan dari mereka adalah ibu-ibu yang sudah berumur 50 tahun ke atas. Saya senang bersama mereka,” ujarnya. Buktinya, ia sudah bergabung di klub senam jantung sehat itu kurang lebih dari 15 tahun. “Banyak ibu-ibu konsultasi ke saya mengenai kondisi kesehatannya dan saya membantu layaknya dokter praktek, sebatas edukasi,” ia tertawa.
Ibu 3 anak ini juga aktif sebagai dosen di FK Yarsi, Jakarta. Hanya saja, karena saat ini ia sedang menyelesaikan studi S3, untuk sementara kesibukannya mengajar terhenti sementara. Terus terang, ia menyayangkan adanya kendala di bidang gizi di rumah sakit di Indonesia saat ini. “Gizi pasien kebanyakan di nomer sekiankan. Rumah sakit kebanyakan lebih mengandalakan obat. Padahal, gizi merupakan bagian penting dalam proses penyembuhan pasien,” ujarnya.
Kelahiran Palembang 9 Agustus 1964 ini berharap, gizi dan nutrisi lebih diperhatikan dalam proses penyebuhan. “Edukasi mengenai peran nutrisi, gizi dan diet, penting dilakukan sebelum pasien meninggalkan rumah sakit, agar mereka lebih aware dengan kondisinya. Paling tidak untuk mencegah pasien tidak datang lagi dengan kondisi yang sama."