Senin, 25 Juni 2012

Prof. Dr. Johan S Mansjhur, SpPD KEMD

Pria bertubuh tinggi dan berbadan tegap ini, di kalangan dokter dikenal sebagai tokoh endocrine Indonesia. Dia adalah Prof. Dr. Johan S Mansjhur, SpPD KEMD, Ketua Kelompok Studi Tiroid PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia).
“Saat ini, sebanyak 10-20% pasien yang berobat di klinik endocrine merupakan pasien dengan kelainan tiroid. Sebanyak 5-10% dari kasus tersebut, bersifat ganas dengan penyebab yang belum secara jelas diketahui,” ujarnya   dalam temu media bertema “Masalah Keganasan Kelenjar Tiroid”, 15 Juni 2012 di Hotel Mandarin, Jakarta
Menurutnya, pada pria berusia diatas 50-60 tahun, angka keganasanya tinggi karena stimulasi hormone TSH yang berbeda. Namun, tidak perlu takut akan keganasan tiroid, karena progresifitasnya sangat lambat sementara  tingkat kesembuhannya tinggi. “Jika jenis kankernya diketahui secara jelas, langkah selanjutnya adalah dengan melakukan operasi tyroiddectomy, untuk mengangkat jaringan beserta seluruh kelenjar tiroidnya,” katanya.
Tahap berikutnya bisa dilakukan ablasi, apabila masih dijumpai sisa-sisa kanker. Yaitu dengan melakukan pemberian cairan yodium radioaktif dosis kecil, diteteskan ke mulut pasien. Setelah operasi pasien tidak mempunyai kelenjar tiroid, dalam kondisi ini pasien disebut mengalami hipotiroid. Maka, pasien perlu diberi terapi subsitusi hormone tiroid dengan dosis yang tepat.
Kondisi ini sebetulnya bisa dicegah, jika pasien menjaga kesehatan dengan baik dan mengonsumsi yodium secara cukup, serta melakukan aktivitas fisik secara teratur dan menghindari faktor risiko. (Ant)