Jumat, 22 Juni 2012

dr. Agus Dwi Susanto, SpP


Di masa kecil, ia sering sakit-sakitan. Setiap ke dokter naik sepeda motor atau naik sepeda diantar ayahnya, bunyi mengi asmanya kedengaran disertai sesak nafas. “Saking, seringnya ke dokter, dokter yang merawat saya jadi hapal. Dokter berkata, ‘besok kalau sudah gede kamu jadi dokter saja.’” Yang diucapkan dokter ternyata terwujud. “Ketika lulus dokter spesialis, saya pernah bertemu dokter tersebut. Dia memberi selamat kepada saya,” ujar dr. Agus Dwi Susanto, SpP.
Ia mengambil spesialis paru, semata karena penyakit asmanya. Ia ingin tahu, asama itu apa dan bagaimana penatalaksanaanya. “Kalau anak saya nanti kena asma, saya akan dapat menanganinya dengan baik,” ujarnya.
Ia PTT di Pandegelang, Banten, selama 1,5 tahun. “Saya ikut PTT tunda, setelah lulus spesialis baru ikut PTT,” tambahnya. Seperti pengalaman dokter lain saat PTT, pasien  banyak yang tidak membayar dengan uang melainkan dengan barang. “Saya menikmati itu.” Selama PTT, ia biasa laju Pandeglang - Bekasi pulang pergi.
Hobinya menulis karya ilmiah kedokteran. Pengalaman berkesan adalah saat ia melakukan oral presentasi ke Jepang, beberapa tahun lalu. Dia ingat, waktu itu ia belum lulus sepesilis paruahnya. Saat dikirim ke Jepang, ada sekitar 10 calon dokter paru. Kategori presentasi, oral atau poster. “Saya mendaftarkan diri untuk kompetesi oral presentasi dan Alhamdullilah diterima,” ujarnya. Saat berangkat ke Jepang baru ketahuan, dari 10 orang yang diberangkatkan, ia satu-satunya dokter yang melakukan oral presentasi. Staf pengajar yang berangkat ke Jepang, juga tidak ada yang melakukan oral presentasi.
Sehari sebelum presentasi, saat di hotel ia latihan di depan cermin. Saat presentasi menggunakan bahasa Inggris, “Saya gugup minta ampun.” Di luar dugaan, ia mendapat  tepuk tangan meriah. Presentasi yang ia bawakan dinilai bagus, sehingga mendapat best sertifikat untuk oral presentasi di Asia Pacific Society Respirology(APSR), tahun 2006, di Kyoto, Jepang, yang dihadiri sekitar 1000 peserta, dari seluruh Asia Pasifik.
Sukses di forum internasional, tak mengubah kegemarannya menyantap masakan dari  bahan tahu tempe. “Itu makanan saya sejak kecil,” katanya. (ant)