Kamis, 25 April 2013

dr. Doni Firman, SpJP(K)

dr. Doni Firman, SpJP(K)
Indragiri Hilir tak akan pernah dilupakan oleh dr. Doni Firman, SpJP(K), yang kini menetap di Jakarta. Di kabupaten yang masuk wilayah Provinsi Riau itu, ia memulai karir sebagai wajib kerja sarjana (WKS).
Bukan sekali dua ia kejatuhan ular dari pohon yang tumbuh di tepi sungai, “Padahal, saya paling takut melihat ular.“ Ular umumnya kecil saja, tapi menurut penduduk setempat, “Jenis ularnya ada yang berbisa.”
Selain takut ular, ia tidak bisa berenang. Sedangkan, wilayah Kabupaten Indragiri Hilir berupa perairan dan hanya sedikit daratannya. Pernah, ia dipanggil warga untuk melakukan pemeriksaan kesehatan. Dalam perjalanan, perahu yang ia tumpangi hampir tenggelam.
“Saya panik setengah mati. Untung orang yang menjemput sangat cekatan. Kapal yang kemasukan air bisa di pinggirkan dan akhirnya menepi ke daratan” jelasnya.
Puskesmas tempatnya bertugas, saat itu memang sangat terisolir. Dari Kota Pekanbaru, harus naik mobil selama 8 jam, disambung naik kapal selama 7 jam baru sampai di Kabupaten. Menginap satu malam, esoknya naik speed boat selama 3 jam, “Barulah sampai ke Puskesmas.”
Bertahan 3 tahun di Indragiri Hilir, selain karena masih bujangan, ia senang makan sea food. Itu klop dengan masyarakat di sana, yang mata pencahariannya sebagai nelayan. Harga udang dan ketam (kepiting besar) relatif murah, dan tidak jarang ia mendapatkannya sebagai imbalan atas pelayanan kesehatan yang diberikan. Usai bertugas di Puskemasnya jam 07.30-14.00, hari Senin hingga Sabtu, ia buka praktek. Selain udang dan kepiting, “Kadang saya diberi ayam.”
Tahun-tahun itu, 1994-1997, air bersih sulit didapat karena tanahnya gambut. Untuk air minum, memasak dan mandi, warga memasang drum besar di luar rumah untuk menampung air hujan. “Drumnya bisa setinggi rumah, supaya air yang ditampung banyak. Air lalu disaring, supaya lebih bersih, untuk kemudian dikonsumsi sebagai air minum.”
Dari kawasan yang terpencil, tak terduga pada tahun 1997 ia diundang ke istana oleh  Presiden Soeharto, karena terpilih menjadi dokter teladan nasional. Sekaligus, ia diangkat menjadi pegawai negeri atas prestasinya membangun fasilitas dan sistim kesehatan di Indragiri Hilir. “Itu  kebanggaan tersendiri bagi saya,” paparnya.(ant)