Senin, 24 Desember 2012

dr. Pranawa, SpPD-KGH

dr. Pranawa
Ketika pasar bebas ASEAN dibuka tahun 2015, tak ada lagi penghalang untuk masuknya produk-produk ke Indonesia. Termasuk di industri kesehatan, dalam hal ini profesi medis. Dokter-dokter dari ASEAN akan menyerbu dan akan bersaing dengan dokter-dokter lokal.
“Kita bukannya takut bersaing. Masalahnya, mereka datang ke sini bukan untuk semata-mata meningkatkan pelayanan kesehatan di Indonesia. Mereka mencari makan. Mereka jelas-jelas hanya mencari tempat strategis antara lain di Jakarta, Surabaya, Medan, Semarang,” ujar dr. Pranawa, SpPD-KGH, dari FK Universitas Airlangga /RS Dr.  Soetomo, Surabaya.
Ia berharap, perhimpunan dapat membuat peraturan yang tegas mengenai regulasi ini. Ia tentunya dapat ikut berperan, karena duduk dalam kepengurusan. Ia baru saja diangkat sebagai Ketua Majelis Pengembangan Pelayanan Keprofesian (MPPK) Ikatan Dokter Indonesia (IDI) periode 2013-2015.
Ayah 2 anak ini memang aktif di organisasi profesi. Ia pernah menjabat Ketua IDI Cabang Surabaya untuk 2 periode. Lalu menjadi Ketua IDI Jawa Timur dan menjabat Ketua PAPDI (Perhimpunan Spesialis Penyakit Dalam Indonesia) Cabang Surabaya, setidaknya untuk dua periode. Di PB PABDI Pusat, saat ini ia tercatat sebagai Ketua Bidang Organisasi.
Bagi kelahiran Madiun tahun 1950 ini, kritik terhadap profesi dokter dan kinerjanya adalah hal yang lumrah. Hal itu dibutuhkan untuk meningkatkan pelayanan atau akses kesehatan kepada masyarakat. Hanya saja, “Isu-isu keprofesian yang muncul perlu disikapi dengan baik, agar tidak menciptakan citra buruk dunia kedokteran.”
Profesi dokter memang profesi yang penuh tantangan. Itu karena yang ditangani bukan benda statis yang pasrah saja, ketika kita melakukan suatu tindakan. “Tidak seperti Insinyur yang mengerjakan benda satatis, seperti gedung atau bangunan. Bangunan hanya bisa diam pasrah saat dilakukan tindakan apa pun oleh sang insinyur,” ujarnya.
Ada pun dokter melayani sesama manusia, yang bisa marah, tersinggung atau kadang protes atas apa yang kita lakukan, karena dinilai tidak sesuai dengan keinginannya.(ant)