Senin, 24 Desember 2012

Dr. dr. H Hananto Adriantoro, SpJP(K)


Dr. H Hananto Adriantoro
Pria berbadan besar ini sering menjadi pembicara mengenai penyakit kardiovaskuler, di dalam dan di luar negeri. Ia adalah Dr. dr. H Hananto Adriantoro, SpJP(K). Direktur Utama Rumah Sakit Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, Jakarta, ini  punya gaya khusus dalam berpenampilan. “Saya ke mana-mana selalu mengenakan suspender atau yang sekarang lebih dikenal dengan bretel,” jelasnya. Bretel merupakan aksesoris pakaian yang populer pada tahun 1822.
Mengapa selalu mengenakan bretel sejak sekitar 12 tahun lalu, karena ia merasa nyaman. “Ini bukan untuk gaya-gayaan, seperti anak muda jaman sekarang. Lebih ke rasa nyaman, ketika mengenakannya,” ia tertawa. Lingkar perutnya yang besar juga menjadi penguat, mengapa ia mengenakan bretel. “Kalo saya pakai ikat pinggang malah tidak nyaman, perut saya sakit. Jadi, solusinya bretel.”
Koleksi bretelnya ada puluhan dan beraneka warna, tersimpan rapi di lemari. “Kalau pas ada acara atau pas jalan-jalan di luar negeri, kadang saya beli. Kadang istri yang membelikan,” tambahnya. Saat ke World Congress Cardiology di Sydney, Australia tahun 2003, “Saya bertemu dokter yang juga mengenakan bretel. Dia juga merasa nyaman, dibanding harus menggunakan ikat pinggang.”
  Sebagai direktur RS, saat ini ia ingin membawa rumah sakit yang dipimpinnya  bisa maju dan go International. Itu sesuai misi RS, yakni “Menjadi rumah sakit yang terpercaya di Asia Pasifik,” terutama di bidang penyakit aorta, penyakit congenital, dan aritmia. Selain itu, ia juga ikut membina 10 rumah sakit vertical dan 2 rumah sakit daerah untuk bisa memberikan pelayanan vaskuler yang baik, menyongsong SJSN 2014.
Luar biasa bahwa meski sibuk, ia masih sempat menyusun disertasi S3 di bidang kardiovaskuler, dan tesis S2 di Fakultas kesehatan Masyarakat UI. Bagaimana mengatur waktunya? “Setiap hari saya sampai kantor jam 06.00 dan belajar sampai jam 08.00. Sekretaris tahu kebiasaan saya, sehingga saya tidak diganggu telepon atau tamu,” jelasnya. Tahun depan, 2013, ia berharap kedua studinya selesai. Pada tanggal 2 Juli 2013, pria kelahiran Beijing 4 November 1957 ini baru mendapat gelar Doktor, Program Studi Doktor Ilmu Kedokteran UI, dengan judul penelitiannya "Alternatif Baru Mekanisme Kematian Sel pada Iskemia Tungkai Akut: Peran Endotelin-1 dalam Regulasi terhadap Monocyte Chemoattractant Protein Induced Protein, Beclin-1, dan Caspase-3." (ant)