Senin, 24 Desember 2012

dr. Agasjtya Wisjnu Wardhana SpPD

dr. Agasjtya Wisjnu Wardhana
Seorang pasien diagnosis mengalamui stroke akibat penyakit hipertensi. “Masyarakat menganggap, pasien sakit karena ditempeleng setan,” ujar dr. Agasjtya Wisjnu Wardhana SpPD, FINASIM. Kondisi perut yang menggembung, masyarakat menggagap itu sebagai “dimakan setan”. Padahal, pasien mengalami asites akibat penyakit hepatitis yang sudah lama tidak dilakukan pengobatan.
Itu dialaminya ketika PTT tahun 1991 di Puskesmas Pulau Wawoni, Kabupaten Konawe, Propinsi Sulawesi Tenggara. Masyarakat ketika itu masih sulit untuk bisa mendapat kesehatan yang layak. Dia adalah dokter pertama yang bertugas di  Wawoni, padahal Puskesmas ini sudah berdiri sejak tahun 1976. “Ketika saya datang untuk pertama kali, 90% masyarakat di sana selalu mengaitkan masalah kesehatan dengan hal-hal yang berbau mistik/magic.”
Ia berinisiatif untuk mengedukasi masyarakat secara perlahan. “Saya datangi rumah-rumah penduduk untuk memberi pengertian kepada mereka secara ilmiah, rasional dan dapat dipertanggung jawabkan,” ujarnya. Hasilnya cukup memuaskan. Masyarakat percaya pada pelayanan medis, dan mulai meninggalkan kebiasaan mengaitkan penyakit dengan mistis.
Setelah mengabdi sekitar 3 tahun di Puskesmas Wawoni, kehidupan dan akses untuk mendapat fasilitas kesehatan semakin membaik. Puskesmas ramai dan menjadi pusat pelayanan kesehatan di wilayah itu.
Pengalaman bertugas di pedalaman sangat berkesan. Itu karena, “Saya  menjadi dokter bukan karena ingin kaya. Masyarakat kita masih minim dalam hal pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan. Saya ingin melayani masyarakat.”
Dengan akan diberlakukannya sistem jaminan kesehatan secara nasional tahun 2014, ia berhadap pelayanan kesehatan bisa diberikan secara merata tanpa memandang strata atau wilayah. Ia juga berharap, di masyarakat tumbuh kesadaran untuk berobat lebih dini. “Jangan pasien datang ke dokter spesialis ketika penyakitnya sudah parah,” ujarnya.
Staf Bidang Humas, Publikasi dan Media, Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia ini, berharap pemerintah mampu menyediakan fasiltas pendukung diganostik dan terapi yang merata di seluruh Indonesia.(ant)