Sabtu, 14 Januari 2012

Konsultasi: Ketika Impian dan Kenyataan Tidak Sejalan

Kuliah di kedokteran adalah mimpi yang ingin diwujudkan oleh banyak siswa SMA, bukan hanya oleh siswa saja, tapi juga oleh para orang tua. Sekarang bagaimana rasanya jika kita sudah memiliki tekad dan usaha yang sangat besar untuk kuliah di FK, tetapi ada suatu hal yang menyebabkan kita tidak dapat untuk berkuliah di FK? Saya menerima kiriman cerita via e-mail oleh salah seorang follower yang sebut saja namanya Andi. Isi e-mailnya seperti ini:

“Hai admin @mahasiswafk

melalui email ini sy ingin berbagi cerita.

Dulu,, saya fanatic sekali sama yg nama kedokteran. Minat saya menjadi
dokter timbul saat sudah duduk dibangku kelas 2 SMA dimana pelajaran
Biologi nya semakin mendalam mengenai Tubuh manusia, entah itu dari
sistem respirasi, jaringan, dan lain-lain.
Naah, pas lulus SMA, saya semakin semangat bahwa saya yakin bisa lulus
FK di salah satu Universitas negeri di makassar, saya belajar hampir
tiap malam sampe pagi. Mempelajari soal-soal SNMPTN. Nah sebelum
SNMPTN, saya daftar di sekolah ikatan dinas, sy udah sampe pada tahap
terakhir, na tes kesehatan adalah tes terakhirnya, pas tes buta warna,
ada saya bisa menjawab soalnya sekitar 70% dan perasaan sy agak
tidak karuan. Pas itu nunggu 5 menit, dokter yg memeriksa sy
menyatakan saya buta warna parsial ! Sungguh sedih mendengar hal itu..
Dan sy paham betul bgmana proses buta warna sampe ada sama sy. Dan sy
tahu ini adalag penyakit genetis yg tdk akan sembuh.
Dan sy ingat, kan sy memilih jurusan FK di universitas, pas setalah
itu sy mulai tdk belajar krn walau sy lulus tes snmptn pihak
universitas juga tdk akan menerima seorang calon mahasiswa yang BUTA
WARNA PARSIAL kyk sy. Jujur, seakan semua yg saya lakukan sia-sia.
Percuma belajar terus sampe pagii, dan saat snmptn tiba, sy jawab apa
adanya.
Jujur,, sampai saat ini,, jika mengingat 1 tahun yg lalu. Saya merasa
Tuhan betul2 tidak adil sama sy..
Dan sampai saat ini juga, menjadi dokter dan kuliah di FK saya masih
harapkan semua itu terwujud !!

Terima Kasih...”

Seperti yang sudah kita ketahui, untuk kuliah di kedokteran selain mengikui test masuk, kita akan menjalani tes kesehatan juga. Salah satu yang diujikan adalah tes buta warna, dimana biasanya menggunakan tes Ishihara (googling aja ya buat yang belum tau). Kenapa menjadi seorang mahasiswa FK tidak boleh buta warna? Karena pelajaran nanti banyak sekali yang berhubungan dengan warna-warna, dan kita harus dapat membedakan tiap warnanya.

Seorang Andi berkeinginan besar untuk dapat kuliah di FK, tapi karena buta warna-nya ia tidak dapat melanjutkan kuliah di FK. Seharusnya kita yang sudah berstatus mahasiswa FK bersyukur karena kita dapat berkuliah disini. Banyak orang diluar sana yang ingin berkuliah di FK, tetapi terhalang oleh berbagai macam hal mulai dari biaya, ilmu, atau bahkan buta warna.

Untuk saudara Andi, pesan saya adalah jangan pernah berpikiran bahwa Tuhan tidak adil dengan kamu. Tuhan itu maha adil dan maha penyayang. Mungkin jalanmu untuk sukses bukanlah dengan menjadi dokter. Yakinlah bahwa jalanmu bukan di FK, karena Tuhan telah menentukan jalan kesuksesanmu di fakultas kamu berada sekarang. Syukurilah pemberian dari Tuhan, karena masih banyak hal yang patut kita syukuri. Bayangkan seandainya penyakit yang diturunkan ke kita adalah thalasemia atau penyakit – penyakit berbahaya lainnya.

Kesimpulannya, syukurilah selalu hidup kita. Jangan pernah mengeluh dan merasa kurang, karena kita tidak pernah tau bagaimana rasanya kehilangan sesuatu sampai kita benar - benar merasakannya. Terakhir ada sebuah cerita menarik yang saya dapatkan dari Internet. Mungkin sebagian dari kalian sudah membaca, tapi tidak ada salahnya untuk membaca lagi :)

“Arthur Ashe adalah petenis kulit hitam dari Amerika yang memenangkan tiga gelar juara Grand Slam : US Open (1968), Australia Open (1970), dan Wimbledon (1975).
Pada tahun 1979 ia terkena serangan jantung yang mengharuskannya menjalani operasi bypass. Setelah dua kali operasi, bukannya sembuh ia malah harus menghadapi kenyataan pahit, terinfeksi HIV melalui transfusi darah yang ia terima.
Seorang pengemarnya menulis surat kepadanya, "Mengapa Tuhan memilihmu untuk menderita penyakit itu?"
Ashe menjawab,
"Di dunia ini ada 50 juta orang yang ingin bermain tenis,
Diantaranya 5 juta orang yang bisa belajar bermain tenis,
500 ribu orang belajar menjadi pemain tenis profesional,
50 ribu datang ke arena untuk bertanding,
5000 mencapai turnamen Grandslam,
50 orang berhasil sampai ke Wimbledon,
4 orang berlaga di semifinal,
Dan hanya dua orang yg berlaga di final.
Ketika saya menjadi juara dan mengangkat trofi Wimbledon, saya tidak pernah bertanya kepada Tuhan : "Mengapa saya?",
Jadi ketika sekarang saya dalam kesakitan, tidak seharusnya juga saya bertanya kepada Tuhan : "Mengapa saya?"
Sadar atau tidak, kerap kali kita merasa hanya pantas menerima hal-hal baik dalam hidup ini : kesuksesan, karier yang mulus, kebahagiaan dan kesehatan.
Ketika yang kita terima justru sebaliknya : penyakit, kesulitan, penderitaan dan kegagalan, seringkali kita menganggap Tuhan tidak adil. Sehingga kita merasa berhak untuk menggugat Tuhan.
Tetapi tidak demikian. Ashe berbeda dengan kebanyakan orang. Itulah cerminan hidup beriman : tetap teguh dalam pengharapan, walau ada beban hidup yang menekan.
Ketika menerima sesuatu yang buruk, ingatlah saat-saat ketika kita menerima yang baik.
"A winning horse doesn't know why it runs the race. It runs because of beats & pain. "
"Life is a race, God is your rider".
So if u are in a pain,
then think this : "GOD WANTS YOU TO WIN".
Keep fighting..”