Jumat, 06 November 2009

Refleksi ujian: lebih memahami hakikat kehidupan.. :)

Kembali bernafas dan berdetak jantung dengan ritme yang kembali normal dan regular kini.., pasalnya, setiap kita baru saja menyelesaikan sebuah episode kehidupan sebagai seorang mahasiswa kedokteran, yakni ujian! mulai dari MDE BHP, PHOP, CRP, EMS (untuk 2008), dan FBS serta SOOCA (ujian lisan) perdana untuk adik-adik 2009. ..

Ujian.., suatu fase yang akan selalu kita hadapi sebagai seorang pembelajar.., berat, jenuh, merepotkan, serta melelahkan memang sebuah proses menghadapi nya, suatu hal yang mau tidak mau harus kita hadapi.., karena bagaimana pun, itulah syarat yg harus kita tempuh untuk bisa menempuh jenjang selanjutnya. Layaknya sebuah game, kita tidak akan bisa berada di level kedua, sebelum menyelesaikan level pertama.

Seperti itulah sifat ujian secara normatif, sebagai salah satu jalan untuk menguji kemampuan, menunjukkan bahwa ujian mempunyai sifat selektif dan kompetitif. Bisa dianalogikan seperti teori "seleksi alam" nya Darwin, Siapa yang dianggap layak, maka berhak untuk menuju tingkat selanjutnya, dan yang tidak memenuhi kriteria, maka harus kembali menjalani “penggodokan”. Ujian juga merupakan bentuk evaluasi dan instropeksi, untuk mengetahui sejauh mana penguasaan materi, sejauh mana hasil dari proses pembelajaran, dan sejauh mana kekurangan yang ada pada setiap kita dalam menjalani proses panjang pembelajaran, secara sadar mengetahui kekurangan nya itu, agar secara sadar juga bisa memperbaiki untuk menjadi lebih baik sebagai bagian dari proses pembelajaran juga.

Ujian, walaupun itu semua ada dalam koridor takdir- Nya, perlu kita sadari pula bahwa semua itu tak lain juga karena karunia dan kehendak Allah SWT.
Tidak dibenarkan seseorang menjadikan “takdir Tuhan” sebagai sebuah alasan untuk meninggalkan usaha karena sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran,

"... sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendir..." (Q.S. Ar Ra'd: 11)

Tidak terlepas dari itu semua, ada satu hal dasar yg mengawali semua proses itu, yakni niat! Perlu kita tinjau kembali niat belajar dan ujian kita.., jangan sampai menyimpang dari hakikat menuntut ilmu yg sebenarnya. Jangan sampai hal yang lumrah membuat kita menjadi salah kaprah. Jangan sampai sifat manusiawi kita hanya mementingkan predikat saja dan lupa dengan hakikat kewajiban mencari ilmu. Adakah niat kita menuntut ilmu untuk mencari Ridha Ilahi, menghilangkan kebodohan dan meninggikan agama Islam?? atau hanya sekedar demi mendapatkan predikat tertentu (naik tingkat, mendapatkan nilai bagus misal..) dan jika kita sudah mendapatkannya, selesai sudah sampai disitu?? Mari kita sama-sama kembali meluruskan niat kita..

“Ya Allah, kalau aku mencari ilmu hanya karena ingin nilai dan mendapatkan kelulusan, jauhkan nilai dan derajat itu dariku. Dan jika aku mencarinya karena takut tidak diluluskan dalam ujian, jangan luluskan aku dalam ujian. Namun bila aku mencarinya semata-mata hanya mencari ridha-Mu, maka jangan cabut cahaya-Mu ini dariku dan ikatkanlah kuat-kuat dalam dadaku”.
Bisakah kita berprinsip demikian?

Episode ujian kuliah yang telah kita jalani ini merupakan bagian kecil dari rangkaian ujian yang lebih besar, yakni ujian kehidupan. Dan kecemasan yang kita hadapi pun akan lebih hebat lagi karena kita dituntut untuk menjalani takdir kita masing-masing yang kita tidak mengetahuinya. Dengan memposisikan diri baina al-Khauf wa al-Roja’- Harap-harap cemas- tidak terlalu pesimis, namun tidak ambisius pula dan selain beramal, kita tak lupa untuk bertawakkal menjadikan setiap kita meminimalisir kegelisahan yang mungkin kita rasakan.

Menangis, terharu, marah, bahagia, menjadi bagian dari emosi yang muncul ketika ujian usai, terlebih ketika kita mengetahui nilai dari ujian yg telah kita laksanakan..., itulah mungkin yg terjadi sesaat setelah ujian di kampus saya.., dan setidaknya memberikan gambaran akan respon dalam penyikapan ujian yg terjadi.., apapun itu..

Saudaraku..., ujian bisa berupa sesuatu yang kita senangi atau bisa juga sesuatu yang kita benci.., sebagaimana firman Allah, yang artinya ,

” Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan “, (Qs. Al-Anbiya : 35).

” Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran ),” (Qs. Al-A’raf : 168).

Dan Allah memberikan ujian itu, semata-mata hanya untuk mengetahui siapa saja hamba-Nya yang beriman, pandai bersyukur dan siapa saja hamba-hamba-Nya yang ingkar.

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta”
(QS. Al-’Ankabut : 2-3)


Adapun karakteristik ujian yang menimpa manusia, diantara nya:

Ujian adalah kesulitan. Tidak dinamakan ujian bila tidak memiliki tingkat kesulitan yang tinggi, sehingga dengan ujian dan cobaan akan tampak siapa saja hamba-Nya yang beriman dan siapa saja hamba munafik , siapa saja hamba pandai bersyukur dan bersabar. Sebagaimana Rasulullah bersabda, yang artinya,

“ Sungguh aneh orang mukmin itu, seluruh keadaan yang menimpa dirinya dianggap sebagai kebaikan bagi dirinya. Hal seperti ini tidak akan dapat ditemui pada siapapun kecuali pada seorang mukmin. Jika ia mendapatkan kesenangan kemudian ia bersyukur, maka hal itu mendatangkan kebaikan bagi dirinya. Jika ia mendapatkan kesusahan kemudian ia bersabar, maka hal itu akan mendatangkan sebuah kebaikan bagi dirinya “, (Hr Muslim).

Ujian bukanlah sesuatu yang mustahil bisa dilaksanakan. Andaikata ujian itu mustahil dijalani , maka baik hamba beriman dan hamba munafik akan gagal menjalani ujian.
Sebagimana firman Allah, yang artinya ,

"Kami tiada membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya..." (Q.S. Al Mu'minuun : 62)

Ujian harus seimbang, dalam arti ujian ini bisa membedakan antara hamba beriman dangan hamba munafik. Ujian merupakan hal mustahil bagi hamba munafik bisa menjalaninya. Sehingga hanya orang-orang beriman saja yang sanggup menjalaninya.
Sebagaimana diriwayatkan Abu Hurairah, bahwa Rasulullah bersabda, yang artinya ,

” Sesungguhnya shalat yang paling berat bagi orang munafik adalah shalat isya’ dan subuh. Sekirangnya mereka mengetahui apa yang terkandung didalamnya, niscaya mereka akan mendatangi keduanya sekalipun dengan merangkak. Sungguh aku ingin menyuruh melaksanakan shalat, lalu shalat itu ditegakkan, kemudian aku perintahkan seseorang untuk mengimami shalat bersama orang-orang. Kemudian beberapa laki-laki berangkat bersamaku dengan membawa kayu yang terikat, mendatangi suatu kaum yang tidak menghadiri shalat berjamaan, sehingga aku bakar rumah mereka ,”
(Hr Bukhari-Muslim).

Ujian berlaku terus menerus, sepanjang kehidupan manusia akan selalu diiringi dengan ujian-ujian yang datang dan pergi silih berganti. Dan ujian memiliki tingkat kesulitan yang berbeda-beda,

sebagaimana diriwayatkan Sa’id bin abi Waqqash bahwa ia bertanya , ‘Wahai Rasulullah, siapa manusia yang paling berat cobaanya ?’ Rasulullah bersabda, yang artinya ,“ Para nabi, kemudian orang-orang terbaik setelah mereka dan orang-orang terbaik setelah mereka. Sesorang itu diberi cobaan sesuai dengan agamanya. Jika agamanya kuat maka cobaanyapun berat, namun jika agamanya lemah maka dia diberi cobaan sesuai dengan agamanya. Seseorang hamba tidak akan pernah lepas dari cobaan hingga cobaan itu menghapuskanseluruh dosa-dosanya dan dia dapat berjalan di muka bumi ini tanpa ada dosa sedikitpun”, (Hr Turmudzi dan Ibn Majah)

Dari Fatimah binti Al Yaman ra, …… bahwa Rasulullah bersabda, yang artinya , “ Sesungguhnya manusia yang palin berat cobaanya adalah para nabi, kemudian orang-orang yang setingkat dibawah mereka , kemudian orang-orang yang setingkat dibawah mereka , kemudian orang-orang yang setingkat dibawah mereka ”, (Hr Ahmad, An-Nasa’I dan Al-Hakim).

Saudaraku.., janganlah kita berputus asa , sebagaimana Rasulullah tidak pernah berputus asa walau bagaimanapun beratnya dan susahnya ujian yang dihadapi, jangan sampai kesulitan punya nafas lebih panjang dibandingkan semangat kita untuk mengalahkan nya..

Dari Ibn Abbas berkata bahwa Rasulullah bersabda, yang artinya ,” Ketahuilah, sesungguhnya dalam sikap sabar terhadap sesuatu yang tidak engkau sukai terkandung kebaikan yang banyak, sesungguhnya kemenangan bersama kesabaran, pertolongan bersama kesusahan dan kesulitan bersama kemudahan”. (Hr Ahmad).

Merasa sedih, kecewa, itu menjadi fitrah ketika kita mendapat ujian yang tidak menyenangkan (tidak lulus ujian misal..). Merasa jatuh, tidak bersemangat itu manusiawi.., tapi jangan terlalu lama.., karena umat tidak bisa menunggu lama untuk dipenuhi keterbutuhan nya..

Ujian itu bisa jadi sebagai penggugur dosa, yang tanpa ujian itu dosa kita mungkin tidak bisa diampuni, atau ujian itu semata-mata untuk meningkatkan derajat kita dihadapan Allah.., jika kita menyikapi nya dengan syukur, ridha, dan sabar..

"Tidaklah seorang mukmin itu ditimpa kesusahan, kesakitan, kerisauan, malah terpijak duri sekalipun melainkan Allah akan menghapuskan dosanya (selagimana dia sabar)." (HR Bukhari dan Muslim)

“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar” (QS. Al-Baqarah : 153)

“Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (QS. An-Nahl : 96)

”Maka bersabarlah kamu dengan sabar yang baik” (QS. Al-Ma´aarij : 5)

Dan yakinlah saudaraku..., bahwa bersama setiap kesusahan datang kemudahan.., itulah janji Allah..

"Oleh itu, maka sesungguhnya tiap-tiap kesukaran disertai kemudahan, bahawa sesungguhnya tiap-tiap kesukaran disertai kemudahan."
(Surah Al-Insyirah: 5-6)


Ujian bukanlah akhir.., dan putus asa bukan pilihan sebagai sikap akhir !!!

"..dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat serta pertolongan Allah. Sesungguhnya tidaklah berputus asa dari rahmat dan pertolongan Allah itu melainkan kaum yang kafir." (Surah Yusuf: 87)

Semua diuji oleh Allah. Di sanalah letak ujian keimanan itu bagi orang-orang yang berfikir. Begitulah hakikat ujian. Saling mengisi dan menerima. Saling menolong dan menguatkan. Saling mengingatkan dalam keimanan.

Saudaraku, syukur, sabar, perjuangan dan pembelajaran tak mengenal kata batas akhir..karena ia akan selalu ada sampai nyawa terenggut dari raga kita.

Saudaraku..., perjuangan masih panjang..., jangan patah karena lelah..., masih banyak ujian-ujian lain yang harus kita hadapi.., sebagai bentuk penghambaan untuk sama-sama bisa menempati surga-Nya kelak...

Mari kita sama-sama BELAJAR, BERJUANG, BERMANFAAT !! Umat menunggu kita.. :D



* satukan hati, pikiran, dan tindakan semata-mata untuk- Nya.., ambil energi positif dan semangat dari lingkunganmu.., karena kita tidak sendiri..., dan perjuangan harus dilanjutkan.. !



* bangkit dan tegakan kepala,muslim yg kuat lebih dicintai Allah dibanding muslim yg lemah
// danfer] http://frinholictea.blogspot.com/