Minggu, 22 November 2009

dr. H. Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH,MMB

dr. H. Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH,MMB
“Dokter merupakan profesi yang menuntut kemandirian. Ketika berhadapan dengan pasien, dokter menggunakan kemampuan ilmunya untuk mengambil keputusan, bukan karena perintah atau pengaruh dari seseorang,”ujar dr. H. Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH,MMB, (43 tahun) Wakil Sekjen PAPDI(Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia).

Ia bercita-cita menjadi dokter, sejak di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). “Dokter itu senang menolong dan membantu sesama yang sedang mengalami masalah kesehatan,” kelahiran Jakarta 19 Juni 1966 ini memberi alasan.

Pengalaman menarik menjadi dokter, saat ia mengikuti program PPT selama 3 tahun di Puskesmas di Kabupaten Batanghari, Jambi. Agar bisa diterima di desa tersebut, ia bersosialisasi dengan cara mendekati para dukun bayi. “Pendekatan saya lakukan untuk memberitahu bahwa saya datang bukan untuk menjadi pesaing tapi membantu masyarakat,” ujarnya. Pendekatan dilakukan karena dokter dokter sebelumnya yang mengikuti program PPT, merasa terkendala dan dibuat tidak nyaman. Misalnya, kediaman dokter sampai dilempari batu. Dr. Ari juga mempelajari bahasa daerah setempat. Agar selain bisa digunakan sebagai komunikasi dengan warga, juga membuatnya terlihat sungguh-sungguh dalam membantu masyarakat. Tak heran bila suami drg. Seri Fachrial ini kemudian memperoleh predikat sebagai Dokter Teladan tingkat kabupaten (1994).

Meski super sibuk, penggemar makanan pedas ini selalu meluangkan waktu bagi keluarga dengan cara unik, yaitu melalui hobi olahraga tenis. “Saya selalu menyalurkan hobi olahraga tenis ini bersama anak dan istri. Selain sebagai aktivitas kesehatan, olahraga ini ternyata bisa dijadikan media komunikasi dan bersilaturahmi,” katanya.

Apa harapannya bagi dunia kesehatan di Indonesia? “Pemerintah perlu membuat tempat khusus, untuk penempatan dokter asing. Harus ada kebijaksanaan yang tepat, sehingga dokter-dokter yang bekerja di Indonesia itu memang dokter yang dibutuhkan. Bukan dokter yang hanya mencari uang atau mencari makan, sekaligus kompetensi mereka tetap terjaga,” katanya. (ant)