Selasa, 10 November 2009

Operasi Cesar

Operasi Cesar atau dalam bahasa medis lebih dikenal dengan seksio cesarea (SC) sudah menjadi bagian dari kebudayaan manusia sejak dari zaman dulu dalam bentuk mitos. Menurut mitologi Yunani, Apollo mengangkat Asclepius, dari perut ibunya yang bernama Coronis. Sejumlah referensi tentang SC juga ditemukan dalam kebudayaan Hindu, Mesir, dan Romawi.

Istilah ini diyakini berasal dari proses kelahiran Julius Cesar dengan cara membelah perut ibunya (Aurelia). Tetapi anehnya Sang ibu masih hidup saat Julius Cesar menyerang Inggris. Pada saat tersebut, prosedur ini hanya dilakukan pada ibu hamil yang sudah mati atau dalam keadaan hampir mati, yang gunanya disamping untuk menyelamatkan nyawa bayi, jika tidak berhasil (bayinya mati) maka ibu dan bayi bisa dikuburkan secara terpisah.

Asal kata lain yang mungkin adalah kata "caedare," yang bearti memotong dan istilah kata "caesones" yang dipakai untuk mengatakan bayi yang dilahirkan dari ibu yang sudah meninggal. Sampai abad ke 16 prosedur ini di kenal dengan istilah operasi cesarea, sampai tahun oleh Jacques Guillimeau memperkenalkan istilah "seksio" dalam buku karangannya, sehingga sejak itu istilah "operasi" di ganti dengan "seksio".

Sebelum ini ibu yang menjalani SC selalu meninggal, karena teknik yang belum sempurna serta risiko infeksi ibu akibat tindakan yang tidak steril serta antibiotika yang memadai. Mungkin laporan pertama tentang ibu dan bayi yang sama2 selamat setelah menjalani prosedur ini adalah yang dilakukan oleh Jacob Nufer, pada istrinya sekitar tahun 1500-an. Namun catatan ini akhirnya diragukan kebenarannya.

Sedangkan sekarang prosedur ini merupakan tindakan yang sangat aman, sehingga dokter dan pasien sama2 tidak takut untuk melakukan SC ...gelakgulinggelakgulinggelakguling. Banyak alasan (indikasi) dilakukannya SC, baik itu dalam keadaan emergensi, atau mencegah timbulnya kondisi emergensi atau dilakukan secara terencana (elektif). Indikasinya seperti di bawah ini.

Plasenta praevia (Ari-ari tidak pada tempatnya): Hal ini terjadi jika plasenta letaknya rendah di dalam rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruhnya liang dalam rahim. Sekitar satu dari 200 wanita hamil akan mengalami plasenta previa dalam trimester akhir klehamilan. Tindakan SC dibutuhkan pada plasenta previa total atau parsial, sedangkan plasenta yang letaknya rendah (marginal) masih bisa dilakukan persalinan pervaginam, tergantung sikonnya.

Plasenta abrupsi (Plasenta lepas sebelum waktunya): Ini terjadi jika plasenta lepas dari dasarnya (dinding rahim) sebelum waktu yang seharusnya (saat bayi telah lahir). Insidennya sekitar 1 % dari seluruh kelahiran. Gejalanya berupa perdarahan yang disertai rasa nyeri.

Robekan rahim: sekitar 1 dalam 1500 persalinan, rahim mengalami robekan. Yang aman hal ini akan menyebabkan perdarahan yang bisa mengancam nyawa ibu dan janinnya.

Tali pusat menumbung: Tali pusat keluar terlebih dahulu ke dalam liang vagina atau keluar liang vagina sebelum bayi lahir. Insidennya rendah, namun jika terjadi maka dibutuhkan tindakan operasi yang emergensi.

Gawat janin: Penyebab tersering gawat janin adalah kurangnya asupan oksigen pada bayi oelh berbagai sebab seperti misalnya plasenta yang sudah tua (insufisiensi plasenta). Jika monitor janin memperlihatkan kurangnya oksigen pada janin, maka harus dilakukan SC.

Persalinan yang tidak maju: Hal ini terjadi jika pembukaan tidak lengkap2 atau persalinan tidak melambat bahkan terhenti atau bayi tidak berada dalam posisi yang optimal (malposisi). Ini dapat didiagnosa di dalam kala satu fase aktif dari persalinan (pembukaan 4-5 keatas).

Cesar Ulangan: dilakukan pada bekas cesar yang sudah 2 kali.

Disproporsi Kepala Panngul (DKP): ini terjadi jika bayi ukuran normal dan panggul ibu sempit, atau ukuran panggul normal tetapi ukuran bayi besar.

Herpes genitalia yang aktif: dilakukan agar bayi nya tidak terular jika dilahirkan pervaginam.

Diabetes: Bisa diabetes gestasional ataupun memang sudah menderita diabetes sebelum hamil. sering bayinya besar atau mendrita komplikasi hamil lainnya.

Gagal induksi: Induksi persalinan dilakukan pada kondisi KPD atau preeklampsia. Jika induksi tidak meberi respon (gagal) maka dilakukan SC.

Cacat bawaan: Jika diketahui bayinya mengalami cacat bawaan, maka dilakukan SC dengan tujuan untuk meminimalisir komplikasi lanjutan saat persalinan pergaginam.

Kembar: kembar dua bisa dilahirkan normal tergantung posisi bayi serta beratnya. Sedangkan kembar 3 atau lebih, sering dilakukan SC untuk kelahirannya.




Sumber: berbagai macam...