Minggu, 22 November 2009

Letkol CKM dr. Terawan Agus Putranto, Sp.Rad (K) RI

dr. Terawan Agus Putranto, SpRad
“Semakin tinggi kedudukan seseorang, dia semakin dituntut untuk melayani orang lain” ujar Letkol CKM dr. Terawan Agus Putranto, Sp.Rad (K) RI. Sebelum menjadi dokter, ia seorang tentara. Ia mendapat beasiswa untuk mengikuti pendidikan kedokteran di FK Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Kelahiran Citi Sewu (utara Stasiun Tugu) Yogyakarta 5 Agustus 1964 ini, sejak kecil memang ingin sekali menjadi dokter. Lusus dokter tahun 1990 ia ditugaskan Bali, kemudian Lombok dan terakhir Jakarta. Ia kemudian mengambil spesialis radiologi di Surabaya. “Waktu itu, saya melihat radiologi kurang berkembang. Saya terketuk untuk mengembangkan radiologi intervensi,” ujarnya.
Radiologi intervensi adalah bidang kedokteran yang mempergunakan alat imaging untuk membantu memasukkan alat ke tubuh pasien, melalui lubang alamiah atau buatan untuk penanganan kasus pembuluh darah, syaraf dan tumor. Itu sebabnya, dr. Terawan dijuluki The Rising Star Radiologi Intervensi di Indonesia.
Dalam setahun, ia menangani 500 pasien berbagai kasus. Ia yakin, ilmu yang dimilikinya bisa menjadi alteratif untuk kasus-kasus emergency. “Kita tidak kalah hebat dengan negara di Eropa dalam bidang ini. Bahkan kita lebih unggul dibanding Singapura,” ujarnya.
Ia terkesan ketika menangani pasien wanita dengan kasus kanker di leher dan kepala. Setelah diterapi, pasien tersebut satu bulan kemudian hamil. “Berarti, radiologi intervensi aman digunakan pada pasien,” ujarnya.
Karena kesibukan, terkadang sang istri (Ester Dahlia) yang menemuinya di rumah sakit. Di saat lain, ia mengajak istri dan anaknya (Abraham Apriliawan) mengikuti undangan simposium atau untuk melakukan tindakan intervensi, di dalam atau di luar negeri. “Kalau tidak bisa melayani keluarga, jangan berpikir untuk melayani orang lain,” ujarnya tentang arti penting keluarga.
Dokter yang hobi makan lontong balap dan tahu campur ini, meski dilarang oleh anak, tetap bersikeras untuk menyanyi karena sudah menjadi hobi. “Nggak masalah saya tidak sampai selesai melantunkan syair lagu. Saya menyanyi untuk menghilangkan stress,” dr. Terawan tertawa. (ant)